Eksotisme “Liontin” Mandalika
Terletak di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Mandalika ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Oktober 2017.
Selain sebagai KEK, pembangunan Mandalika merupakan bagian dari pengembangan Proyek Strategis Nasional, Objek Vital Nasional, Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN), dan Destinasi Wisata Super Prioritas Indonesia.
Pengembangan KEK Mandalika dilaksanakan oleh PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) dan difokuskan pada kegiatan pariwisata sekaligus dengan tujuan untuk memajukan perekonomian NTB. Berada pada area seluas 1.250 Ha dan menghadap Samudera Hindia, KEK Mandalika menawarkan wisata bahari dengan pesona pantai dan bawah laut yang memukau. KEK Mandalika diharapkan dapat mengakselerasi sektor pariwisata daerah NTB dan Indonesia di tingkat dunia.
Rencana induk KEK Mandalika ini diibaratkan seperti menguntai sebuah kalung dengan beberapa liontin yang tengah dipercantik. Liontin pertama KEK Mandalika merupakan Kuta Beach Park, liontin kedua adalah Pantai Tanjung A’an, dan Sirkuit MotoGP menjadi liontin utamanya.
Selain menyiapkan liontin, tali kalung yang menyambung liontin ini pun harus dibuat. Dalam hal ini, jalan eksisting merupakan tali kalung pertamanya. Sementara tali kalung kedua, merupakan jalan bypass yang akan dibangun Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat (PUPR) dan menghubungkan Bandara Internasional Lombok (BIL) dengan Kawasan Pariwisata Mandalika sejauh 17,5 kilometer. Keberadaan jalan ini diharapkan akan mendukung aktivitas pariwisata di KEK Mandalika seiring rencana penyelenggaraan MotoGP pada 2021 mendatang.
Pembangunan kawasan KEK Mandalika mengusung konsep sport and entertainment destination dengan fasilitas yang akan mendukung aktivitas, seperti; kegiatan pantai berkonsep eco-friendly, internasional sport, taman hiburan, dan bazar UMKM. Pembangunan sirkuit MotoGP sendiri merupakan wujud dari konsep tersebut. Pihak ITDC meyakini dengan membangun sirkuit MotoGP di Mandalika dan menyelenggarakan perhelatan tersebut, Lombok kelak akan mencuri perhatian dunia internasional.
Adapun strategi pembangunan wilayah KEK Mandalika terbagi dalam tiga zona, yakni Zona Barat, Tengah dan Timur. Untuk Zona Barat dibangun pantai publik “Kuta Beach Park” yang ditata dengan kehadiran ratusan homestay. Kemudian, Zona Tengah dengan ikon sirkuit MotoGP dan hotel bintang 3 dan 4 yang tengah dibangun seperti Hotel Pullman dan Hotel Novotel. Sementara di Zona Timur, ITDC berfokus untuk mengembangkan resor dan destinasi-destinasi hotel berbintang lima.
Di antara hamparan keindahan alam KEK Mandalika yang berpadu dengan kearifan lokal yang masih dijaga, terdapat beberapa destinasi dengan daya tarik dan karakteristiknya yang khas. Ada Pantai Kuta dengan pantai publiknya, Pantai Seger, Pantai Serenting, Pantai Tanjung A’an, dan Pantai Gerupuk. Tak hanya itu, pengunjung juga dapat menikmati indahnya Bukit Merese dan Batu Payung yang menyajikan pemandangan garis pantai yang tak kalah menarik.
Aksesibilitas
Sejatinya, semua “Tali Kalung” KEK Mandalika bersimpul di BIL. Dalam hal ini, pemerintah berupaya memastikan kemudahan aksesibilitas wisatawan dari luar Lombok (baik domestik maupun internasional), sedari kedatangannya di BIL hingga menuju ke daerah KEK Mandalika. Termasuk integrasi transportasinya dari moda udara, laut, dan darat dari dan menuju daerah KEK Mandalika.
Di sektor transportasi udara, selain melayani rute penerbangan domestik ke Lombok, BIL juga telah melayani rute penerbangan internasional dari Kuala Lumpur, Perth, dan Singapura, sehingga membuka pintu untuk wisatawan mancanegara yang ingin melancong ke Lombok dan KEK Mandalika. Pada Januari dan Februari 2020, trafik pesawat dan penumpang yang melalui BIL sempat mengalami pertumbuhan positif hingga dua digit. Namun, menurun setelah pandemi Covid-19 melanda. Meski demikian, pihak Angkasa Pura I selaku operator bandara tengah melakukan beragam strategi untuk normalisasi kegiatan penerbangan dari dan ke Lombok dengan adaptasi kebiasaan baru.
KEK Mandalika sendiri terletak kurang lebih 50 km dari Pusat Pemerintahan Provinsi NTB. Dapat ditempuh sekitar 1 jam dari Kota Mataram dan 15 menit dari Bandara Internasional Lombok (BIL). Untuk mencapai KEK Mandalika dari BIL, terdapat beberapa alternatif transportasi yang dapat dimanfaatkan wisatawan. Mulai dari angkutan travel, taksi bandara, hingga Bus DAMRI.
Bagi wisatawan yang ingin menuju KEK Mandalika dari BIL dengan DAMRI, maka harus transit dahulu di pool Damri yang berada di kota Mataram, sebelum bertukar bus khusus yang menuju Mandalika.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sebelumnya telah menugaskan DAMRI untuk mengoperasikan bus guna melayani trayek tertentu. DAMRI melayani trayek menuju Mandalika lewat Pelabuhan Lembar dan melewati rute Gili Mas. Meski harus menempuh jarak sekitar 140 km, wisatawan yang melalui jalur ini tidak akan bosan dan kecewa, sebab sepanjang rute ini terhampar pemandangan destinasi wisata lainnya yang akan memanjakan mata penumpang bus DAMRI.
Waktu keberangkatan bus DAMRI dari pool Mataram menuju ke Pelabuhan Lembar dimulai dari pukul 07.00, tiba di Pelabuhan Lembar sekitar 07.30. Kemudian lanjut ke Gili Mas pukul 08.00, lalu ke KEK Mandalika dengan periode keberangkatan setiap 2 jam sekali.
Selain itu, wisatawan dari luar daerah Lombok yang ingin berkunjung ke KEK Mandalika atau sejumlah destinasi wisata lainnya di Lombok, juga dapat memanfaatkan angkutan bus melalui Terminal Tipe A Mandalika. Di terminal ini, terdapat berbagai bus yang melayani trayek AKAP, AKDP, hingga angkutan perintis yang telah disubsidi pemerintah, termasuk dari dan ke Pulau Sumbawa.
Sejak beroperasi pada 2019 lalu, Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah XII Bali dan NTB telah melakukan penataan terminal Mandalika. Selain itu, peningkatan kinerja terminal juga dilakukan terkait dengan keamanan, pengelolaan, dan pembinaan terhadap operator bus agar memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada pengguna.
Bus Khusus Kaum Disabilitas
Selain mengedepankan konsep eco-friendly, KEK Mandalika juga didesain ramah bagi para penyandang disabilitas. Dari sisi aksesibilitas, ITDC akan menyiapkan fasilitas yang akan memudahkan penyandang disabilitas menjangkau area sirkuit MotoGP, termasuk yang sudah dilakukan yaitu penataan ramp jalanan. Selain itu, pihak DAMRI berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Provinsi NTB tengah menggagas Bus Khusus Disabilitas yang dapat digunakan secara regular. Baik untuk kegiatan sekolah maupun untuk wisata penyandang disabilitas.
Rencananya bus ini akan di-launching pada Desember 2020 bertepatan dengan HUT NTB. Bus Khusus Disabilitas ini juga akan dimanfaatkan pada penyelenggaraan event MotoGP 2021. Khusus penyandang disabilitas akan diberikan layanan pengantaran dari Kota Mataram, Lombok Tengah, Lombok Timur menuju ke sirkuit Mandalika secara gratis.
Bus Khusus Disabilitas ini memiliki tangga hidrolik khusus untuk menaikkan penumpang dengan kursi roda, kemudian ruang bus yang dapat memuat hingga 11 kursi roda, dan tempat duduk biasa. Nantinya setelah berada di dalam bus, penumpang penyandang disabilitas dengan kursi roda akan dikunci posisinya sehingga mereka dipastikan aman dan nyaman selama perjalanan. Untuk sementara, terdapat satu unit Bus Khusus Disabilitas yang akan diuji coba, untuk selanjutnya di 2021 akan dilakukan penambahan unit tergantung dengan evaluasi di lapangan.
Menuju Mandalika
Agar KEK Mandalika menjadi destinasi pariwisata unggulan di tanah air, pemerintah terus melakukan pembenahan pada akses seperti jalan, transportasi, pelayanan, dan berbagai fasilitas untuk kawasan Mandalika dan sekitarnya. Tak terkecuali terhadap fasilitas penyeberangan, dalam hal ini pelabuhan.
Secara geografis, posisi Mandalika cukup dekat dengan Pulau Bali. Jarak antara Pulau Dewata ke Mandalika hanya terpaut 150-an km. Tentunya para wisatawan yang ingin menempuh jalur darat dari Bali, dapat memanfaatkan angkutan penyeberangan yang melalui Selat Lombok. Penyeberangan ini menghubungkan Pelabuhan Padang Bai (Bali) dengan Pelabuhan Lembar (Lombok) dengan jarak tempuh sekitar 4-6 jam.
Dari Kota Mataram, perjalanan menuju Pelabuhan Lembar dapat ditempuh dengan jarak sejauh 21,2 km atau sekitar 32 menit jika menggunakan kendaraan roda empat. Pelabuhan ini memiliki tiga terminal umum, yakni terminal umum, terminal lama untuk muatan logistik, dan terminal penyeberangan ASDP yang banyak melayani penyeberangan antar pulau (baik penumpang dan muatan barang).
Selain dari Bali, Pelabuhan Lembar juga menerima rute Long Distance Ferry dari Surabaya ke Lombok. Terdapat 2 kapal yang melayani penyeberangan ini, yakni KMP Legundi dan KMP DLM Oasis dengan jadwal rutin setiap hari. Tak hanya itu, pada pertengahan Agustus lalu, Pelabuhan Lembar juga membuka jalur penyeberangan Banyuwangi-Lombok. Tentunya jalur penyeberangan ini semakin memudahkan wisatawan dalam memilih alternatif transportasi yang ingin digunakan untuk mengunjungi Lombok.
Sebagai langkah mewujudkan integrasi transportasi dari Pelabuhan Lembar, ke depan akan dibangun terminal di sekitar lingkungan Pelabuhan. Nantinya, setelah turun dari feri, penumpang akan diantarkan shuttle bus ke terminal ini sebelum berpindah transportasi guna menuju ke destinasi wisata andalan Lombok, termasuk KEK Mandalika. Rencananya terminal angkutan darat ini akan dibangun pada 2021.
Di sisi lain, pelabuhan Gili Mas juga menjadi pintu baru bagi wisatawan yang ingin menyambangi KEK Mandalika ataupun destinasi wisata andalan lainnya di Lombok. Pembangunan pelabuhan Gili Mas dilakukan oleh PT Pelindo III dan sudah rampung sejak akhir 2019 lalu. Pelabuhan ini memiliki panjang dermaga sebesar 440 m dengan kedalaman 12-13 m.
Pada tahun yang sama, Pelabuhan Gili Mas untuk pertama kali disandari oleh kapal pesiar Sun Princess dengan Length Overall (LOA) 261 meter, lebar 32 meter, bobot mati 77.441 GT, dengan membawa lebih dari 2.000 penumpang. Kesuksesan perdana Pelabuhan Gili Mas ini kemudian membawa antusiasme operator kapal pesiar lainnya yang ingin berwisata di Pulau Lombok. Ini semakin mengukuhkan kesiapan Lombok dalam mendorong pencapaian target kunjungan wisatawan mancanegara.
Dari sisi timur, Pelabuhan Kayangan menjadi pintu masuk wisatawan dari Pulau Sumbawa, Flores, dan Sumba ke Lombok. Pelabuhan ini menjadi alternatif bagi wisatawan yang telah menjelajahi Labuan Bajo kemudian ingin mengunjungi KEK Mandalika atau destinasi wisata Lombok lainnya.
Menyongsong MotoGP 2021
Selain keindahan alamnya, Street-Race Circuit (Sirkuit Jalan Raya) seakan memiliki daya tarik tersendiri dan menjadi ikon Mandalika. Dengan panjang 4,3 km dan 17 tikungan, sirkuit ini dibangun dengan standar Fédération Internationale de Motorcyclisme (FIM) dan Fédération Internationale de I’Autombile (FIA) untuk kelayakan penyelenggaraan kejuaraan balap motor dunia. Selain itu, sirkuit MotoGP juga memiliki 40 garasi untuk tim dan paddock, serta grandstand untuk kapasitas 50.000 penonton. Pemerintah memperkirakan total penonton yang datang selama 3 hari pagelaran, uji coba, kualifikasi, dan race adalah sekitar 150.000 penonton.
Dalam kerangka menyiapkan Mandalika-Indonesia menjadi fasilitator event MotoGP 2021, sekaligus memantik KEK Mandalika menjadi destinasi wisata kelas dunia, Angkasa Pura I selaku pengelola Bandara Internasional Lombok (BIL) melakukan beberapa strategi dukungan infrastruktur. Diantaranya, pertama, perluasan terminal ke sisi barat dan sisi timur seluas 20.000 m2. Sehingga luas BIL nantinya akan menjadi 40.000 m2 (yang sudah eksisting seluas 20.000 m2) dengan daya tampung hingga 7 juta penumpang per tahun. Ini diharapkan dapat mengantisipasi lonjakan penumpang menyusul gelaran MotoGP 2021. Hingga September 2020, perluasan terminal BIL sudah berjalan 30% dan ditargetkan rampung pada Februari 2021.
Kedua, yakni perpanjangan landasan dan penguatan daya dukung landasan hingga bisa didarati pesawat berbadan lebar seperti Boeing 777. Saat ini, tengah dilakukan perpanjangan runway menjadi 3.300 m. Diperkirakan awal Oktober 2020 pekerjaan konstruksinya sudah bisa dimulai. Kemudian, pembangunan parallel taxiway di sisi timur untuk memudahkan akses pesawat keluar masuk. Ditambah dengan pembangunan apron atau tempat parkir pesawat untuk menampung 2 pesawat wide body. BIL sebelumnya sudah memiliki 4 tempat parkir pesawat wide body.
Dukungan infrastruktur ketiga adalah pembangunan fasilitas kargo. Ini untuk mengantisipasi tingginya permintaan atau pertumbuhan kargo, baik kargo incoming maupun kargo outgoing. Selain itu, perluasan kargo ini juga untuk memfasilitasi kebutuhan pengiriman barang tim MotoGP ke sirkuit Mandalika.
Dalam proses penyelenggaraan kejuaraan MotoGP, tentunya para pembalap baik dari pabrikan maupun satelit akan membawa perlengkapannya masing-masing. Perlengkapan seberat kurang lebih 350 ton tersebut berisi perlengkapan untuk Moto3, Moto2, dan MotoGP. Tidak ketinggalan sepasang safety car buatan BMW juga termasuk di dalamnya. Kesemuanya itu diangkut menggunakan 4 pesawat kargo Boeing 747-8 Freighter atau 747-8F. Ini merupakan pesawat kargo berbadan lebar khusus untuk mengangkut kargo atau logistik. Dengan pembangunan fasilitas di BIL tentunya dapat mempermudah akses para tim motoGP.
Sementara untuk penyediaan infrastruktur fasilitas untuk penonton seperti paddock dan grandstand akan dikirim melalui jalur laut. Oleh karenanya pihak ITDC terus berkoordinasi dengan pihak ASDP dan Pelindo III terkait dengan persiapan pelabuhan dalam menerima logistik untuk MotoGP 2021.
Pihak ASDP sendiri tengah menyiapkan pengembangan ruang tunggu pelabuhan dan penambahan dermaga khususnya di Padang Bai. Selain itu, pihak ASDP juga telah menyusun skenario untuk mengantisipasi lonjakan penumpang saat event MotoGP 2021 digelar, yaitu penambahan aktivitas penyeberangan dari dan ke Bali menjadi 40 trip, dengan keberangkatan setiap 1 jam sekali.
Selain itu, untuk mendukung kelancaran logistik MotoGP 2021, Pemerintah Provinsi NTB juga melakukan pelebaran ruas jalan menuju Mandalika menjadi double line. Baik dari jalan provinsi, ruas Gili Mas, dan dari pelabuhan menuju ke bypass BIL. Kemudian, BPTD Wilayah XII juga memastikan jalan menuju Mandalika akan dilengkapi dengan lampu dan marka jalan.
Saat ini, pihak ITDC tengah mendata kebutuhan jumlah bus yang ada di Lombok, bus-bus ini nantinya akan menjadi kunci tranportasi para penonton MotoGP. Mendukung hal ini, Kemenhub juga akan menyediakan 4 hub dan 6 spoke di setiap pintu-pintu kedatangan para wisatawan.
Transportasi Ramah Lingkungan
Pemerintah Provinsi NTB terus berkomitmen mewujudkan transportasi ramah lingkungan. Ini ditunjukkan dengan pengembangan kendaraan listrik, baik sepeda, sepeda motor, dan mobil listrik yang kian bertumbuh di NTB. Tak hanya dari pihak perseorangan maupun universitas, kini UMKM juga turut terlibat dalam memproduksi kendaraan listrik ini.
Bahkan di 2021, sepeda motor listrik juga akan dimanfaatkan secara massal di lingkungan pemerintahan Kota Mataram. Meski demikian, Dinas Perhubungan diharapkan dapat memfasilitasi terkait standarisasi kendaraan, legalitas, Sertifikasi Uji Tipe Kendaraan Bermotor (SRUT), serta regulasi jalur kendaraan listrik ini.
Pengembangan transportasi ramah lingkungan ini sejatinya berkaitan dengan cita-cita NTB dalam mendukung konsep pembangunan pariwisata hijau. Sebelumnya, Gili Trawangan sudah menerapkan kebijakan penggunaan transportasi ramah lingkungan, seperti cidomo, sepeda, dan sepeda listrik.
Selanjutnya, di KEK Mandalika juga akan didorong penggunaan sepeda hingga mobil listrik. Sehingga keinginan pemerintah NTB untuk mengembangkan pariwisata yang selaras dengan upaya pelestarian alam, demi natural and enviromental sustainibility masa depan yang lebih terjaga, dapat terwujud.
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat