Dewasa ini, mayoritas masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan sarana transportasi publik. Hal ini menjadi salah satu indikator bahwa sistem transportasi publik belum tertata dan terselenggara dengan baik sesuai harapan masyarakat luas.
Salah satu dampak negatif dari kurang diminatinya sistem transportasi publik adalah timbulnya kemacetan berkepanjangan. Kemacetan berpengaruh cukup signifikan bagi lingkungan, masyarakat dan negara. Kemenhub mencatat, kemacetan menyebabkan pemborosan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak 2,2 juta liter per hari dan hilangnya waktu produktif bagi sedikitnya 6 juta orang per hari. Akibatnya, negara mengalami kerugian ekonomi sebanyak Rp 71,4 triliun per tahun akibat pemborosan BBM dan waktu yang “terbuang”.
Ditengarai pula, kecelakaan lalu lintas sebanyak 74% berasal dari kendaraan bermotor (pribadi .red) roda dua dan empat. Penggunaan kedua sarana transportasi ini menjadi sangat populer karena ketiadaannya sarana transportasi publik yang terintegrasi, aman dan nyaman.
Selain itu kepadatan kendaraan di jalan berdampak pada kelestarian lingkungan. Betapa tidak, transportasi menjadi penyumbang terbesar kedua emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari sektor energi di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan tingginya polusi udara dan efek rumah kaca, terutama di kota-kota metropolitan.
Selaras dengan hal tersebut, potensi populasi di Indonesia yang diprediksi akan semakin meningkat pun menjadi “ancaman” yang nyata. Menurut data yang dilansir Kemenhub, populasi dan urbanisasi di Indonesia akan terus meningkat setidaknya 1000 populasi per tahun. Apabila sistem transportasi belum membaik, maka kerugian pun berpotensi akan terus dialami masyarakat setiap harinya. Oleh karenanya, kondisi ini tentu perlu ditindaklanjuti melalui solusi terintegrasi yang inovatif dan “bersahabat” dengan berbagai aspek kehidupan manusia.
Buy The Service (BTS)
Dalam rangka meminimalisir permasalahan tersebut, sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) No. 9 Tahun 2020 tentang Pemberian Subsidi Angkutan Penumpang Umum Perkotaan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Dirjen Hubdat) Kemenhub meluncurkan program Buy The Service (BTS). BTS merupakan program pembelian layanan angkutan massal perkotaan kepada operator dengan mekanisme lelang berbasis Standar Pelayanan Minimal (SPM) atau quality licensing.
Kemenhub melalui Dirjen Hubdat berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah (Pemda) mengimplementasikan program pembelian layanan ini, yaitu menggunakan strategi push strategy dan pull strategy. Push strategy dilakukan Pemda dengan mengatur ruang jalan serta ruang parkir kendaraan di masing-masing daerah. Sementara pull strategy dilakukan pemerintah pusat, dengan menjadi penanggung risiko dalam penyediaan layanan angkutan publik, memberikan lisensi pada operator, serta memberikan prioritas kepada angkutan publik agar memiliki keunggulan dibandingkan kendaraan pribadi. Kedua strategi tersebut secara optimal berupaya meningkatkan kepercayaan kepada masyarakat untuk menggunakan transportasi publik.
Direktur Jenderal (Dirjen) Hubdat, Budi Setiyadi memastikan, melalui program BTS pemerintah akan menyubsidi 100% biaya operasional kendaraan yang diperlukan operator. “BTS pada dasarnya memberikan subsidi kepada angkutan massal khususnya bus. Pemberian subsidi tersebut akan disesuaikan antara biaya ekonomi dengan daya beli masyarakat sehingga tarif bus bisa lebih murah,” tutur Budi.
Untuk itu, operator wajib melaksanakan SPM yang telah ditetapkan. SPM tersebut meliputi aspek keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, dan keteraturan. Dengan demikian, operator diharapkan dapat menyediakan layanan transportasi publik yang lebih baik kepada masyarakat. Muaranya, angkutan publik akan menjadi pilihan utama bagi masyarakat dalam bertransportasi karena adanya kepastian waktu, pelayanan terbaik, aman, dan nyaman selama perjalanan.
Dalam implementasinya, program pembelian layanan ini, akan diterapkan pada lima kota terpilih sebagai kota percontohan. Kota tersebut yaitu Solo, Palembang, Yogyakarta, Medan, dan Denpasar.
Optimalisasi Teknologi
Dalam melaksanakan SPM, Dirjen Hubdat menyediakan teknologi pendukung di masing-masing bus yang disebut Internet of Things (IOT). IOT terdiri dari lima elemen penting, yaitu Passenger Counting, Mobile DVR, GPS Tracking, Camera Surveillance, dan CP4.
Passenger Counting merupakan sensor yang digunakan menghitung jumlah keluar/masuk penumpang. Sensor akan menangkap secara otomatis dengan sistem digital, sehingga operator dapat mengetahui jumlah penumpang setiap harinya.
Mobile DVR (Digital Video Recorder) adalah perangkat elektronik yang berfungsi merekam video menjadi format digital. Perangkat ini digunakan untuk memantau dalam bus, dan dapat mengirimkan video dengan kecepatan sinyal 2G-3G-4G.
GPS Tracking yaitu perangkat hardware yang digunakan mendeteksi posisi dan rute perjalanan bus. Selain itu, GPS tracking juga dapat menampilkan kecepatan bus saat berjalan. Camera Surveillance atau yang lebih dikenal sebagai CCTV berfungsi meningkatkan keamanan dalam bus. Perangkat ini pun dilengkapi dua sistem yaitu IR dan AI.
Perangkat teknologi terakhir adalah CP4. CP4 berfungsi memantau kendaraan pada dashboard panel pengemudi. Selain itu CP4 juga digunakan sebagai absensi pengemudi dengan RFID Card.
Teman Bus
Seluruh perangkat teknologi yang menjadi standar BTS diaplikasikan melalui layanan Teman Bus (Transportasi Ekonomis, Mudah, Andal, dan Nyaman). Teman Bus telah beroperasi di Palembang dan Solo.
Teman Bus adalah angkutan publik yang disediakan Kemenhub untuk mengaplikasikan program BTS. Teman Bus memiliki dua jenis bus yaitu bus berkapasitas 40 penumpang dengan 20 tempat duduk, dan bus berkapasitas 60 penumpang dengan 30 tempat duduk. Masing-masing bus dilengkapi dengan kursi prioritas.
Untuk menikmati layanan Teman Bus, masyarakat dapat mengakses informasi secara lengkap seperti real time posisi dan jadwal Teman Bus, info rute dan halte, peta, serta FAQ melalui website, sosial media, dan aplikasi mobile yang bisa di-download di Google Play Store.
Tidak perlu khawatir, di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) masyarakat akan menikmati layanan Teman Bus dengan aman dan nyaman. Sebab, protokol kesehatan seperti menggunakan masker, hand sanitizer, serta pengecekan suhu tubuh menjadi peraturan yang harus diterapkan operator kepada masyarakat sebelum menaiki bus.
Teman Bus telah di-launching pada 1 Juni 2020 di Palembang, dan pada 4 Juli 2020 di Solo. Di Solo, layanan Teman Bus diaplikasikan pada transportasi Bus Batik Solo Trans (BST). Peluncuran tersebut dilakukan bersamaan dengan peluncuran koridor tiga dan empat BST di Balai Kota Solo.
Dirjen Hubdat menuturkan, layanan Teman Bus di Solo bertujuan menunjang mobilisasi masyarakat di Kota Bengawan. Jumlah armada untuk melayani dua koridor tersebut tercatat sebanyak 44 unit. Istimewanya, masyarakat dapat menikmati layanan tarif gratis di koridor tiga dan empat mulai Juli hingga Desember 2020.
Sementara itu di Kota Palembang, peresmian layanan Teman Bus dilakukan secara virtual oleh Dirjen Hubdat didampingi Direktur Angkutan Jalan Ahmad Yani, Sekditjen Perhubungan Darat Imran Rasyid, dan Walikota Palembang Hanojoyo.
Dirjen Hubdat menuturkan, pengoperasian Teman Bus merupakan layanan pertama di Kota Palembang dengan menerapkan program BTS. Sedikitnya 45 bus dipersiapkan untuk mengimplementasikan layanan Teman Bus. Hadirnya Teman Bus di Kota Pempek ini menjadi pendukung Trans Musi sebagai layanan BRT oleh Pemerintah Kota Palembang, yang telah beroperasi sejak 2010.
Setelah satu bulan beroperasi, Teman Bus mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat. Antusias dapat dilihat berdasarkan data dari masing-masing kota. Sejak 2 Juni hingga 11 Juli 2020, total penumpang bus di Palembang sebanyak 86,829 dan didominasi penumpang dengan rute tujuan Terminal Alang Alang – Denpo Lingkaran. Sedangkan di Solo, total penumpang sebanyak 22,452 dan didominasi penumpang dengan rute Terminal Kartosuro – Tugu Cembengan.
Antusiasme ini tampak pula dari banyaknya penumpang yang mengunggah foto saat bepergian menggunakan Teman Bus di media sosial. Meski begitu, adapula penumpang yang memberikan kritik dan saran yang membangun, agar layanan serta kenyamanan saat menaiki bus semakin meningkat.
Selanjutnya, Dirjen Hubdat akan melakukan soft launching tiga jalur baru Teman Bus di Yogyakarta pada Agustus 2020. Tiga jalur tersebut yaitu:
Dengan pengoptimalan program BTS, diharapkan seluruh operator dapat semaksimal mungkin memberi pelayanan terbaik bagi masyarakat. Dirjen Hubdat menambahkan, waktu perjalanan bus akan terus dipantau sehingga bus selalu datang tepat waktu sesuai jadwal. Penumpang pun dapat mengakses keberadaan bus. Sehingga dengan adanya kepastian dalam menggunakan bus, penumpang akan memilih transportasi publik sebagai pilihan utama dalam bertransportasi.
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat