Perkembangan konektivitas transportasi semakin meningkat dari hari ke hari. Transportasi kereta menjadi salah satu primadona, lantaran kemudahan dan keterjangkauan biaya yang dihadirkannya. Disisi lain, perekonomian daerah-daerah yang dilalui lajur kereta api berpotensi tumbuh semakin pesat. Hal ini didukung melalui pergerakan orang dan barang, dengan aksesbilitas yang semakin mudah.
Guna mengakomodir hal tersebut, dewasa ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian (Ditjen KA) tengah gencar melakukan pembangunan jalur kereta, baik yang ada di Pulau Jawa maupun diluar Pulau Jawa. Untuk pembangunan jalur kereta di Pulau Jawa, saat ini sedang dilakukan pembangunan KA Bandara jalur Kedundang—YIA dan LAA Yogyakarta—Klaten—Solo.
Pengoperasian Kereta Rel Listrik (KRL)
Kemenhub secara berkesinambungan berupaya optimal menyelesaikan pembangunan tiang-tiang jaringan LAA di sepanjang lintasan rel yang menghubungkan Yogya-Solo. Di wilayah Kabupaten Klaten, tiang LAA bahkan sudah terbangun sejak awal 2020. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu dekat, KRL akan mulai melaju di sepanjang jalur tersebut. Dengan demikian, Kota Yogya dan Solo akan menjadi wilayah selanjutnya yang dilintasi moda transportasi kereta rel listrik (KRL) setelah Jabodetabek dan Banten.
Direktur Jenderal Perkeretaapian (Dirjen) Kemenhub Zulfikri mengatakan, pengoperasiannya akan dilakukan secara bertahap. Awal Oktober 2020, rencananya KRL sudah bisa melayani perjalanan dari Yogyakarta ke Klaten, dan pada akhir tahun ditargetkan sudah sampai ke Kota Solo.
Nantinya KRL tersebut akan menggantikan KA Prambanan Ekspres (Prameks) yang selama ini melayani rute Yogya-Solo. Dengan menggunakan KRL, tentunya mobilitas warga sepanjang Yogja-Solo akan lebih meningkat dan meningkatkan roda perekonomian di Yogyakarta dan Solo.
Zulfikri mengungkapkan, penggantian moda transportasi ini dilakukan karena beberapa faktor, salah satunya terkait masalah efisiensi. Selain kapasitas yang lebih banyak, KRL juga dianggap lebih efisien dalam penggunaan energi, sehingga bisa mengurangi emisi karbon. Selain itu headway kedatangan kereta juga bisa ditingkatkan. Untuk tarif, kata Zulfikri, kemungkinan akan sama dengan KA Prameks, mengingat KRL bersifat menggantikan KA Prameks. Dan ini akan di uji coba hingga akhir tahun.
Sebagai permulaan, pihaknya telah memesan 10 train set, dimana untuk satu train set biasanya terdiri dari 10 rangkaian gerbong. Saat ini kereta tersebut tengah menjalani uji coba di PT INKA. KRL Yogya-Solo tersebut menggunakan sistem yang sama seperti KRL yang ada di Jabodetabek.
Sedangkan untuk kereta yang saat ini masih dioperasikan sebagai KA Prameks, ke depannya akan digunakan untuk melayani rute lain. Zulfikri menyebutkan, pihaknya masih membutuhkan banyak kereta, termasuk untuk KA Bandara.
Jalur Stasiun Kedundang – YIA
Untuk lebih memudahkan masyarakat yang ingin menuju Yogyakarta International Airport (YIA), Dirjen KA kini tengah menggenjot pembangunan jalur KA menuju YIA di Kapanewon (kecamatan) Temon, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jalur tersebut, yaitu dari Stasiun Kedundang menuju YIA.
Saat ini, kereta bandara baru beroperasi dengan rute Stasiun Tugu—Stasiun Wojo di Bagelen, Purworejo. Dari Stasiun Wojo, penumpang harus melanjutkan perjalanan dengan DAMRI jurusan Wojo—YIA (pp). Namun dengan dibangunnya jalur ini, masyarakat bisa menumpang kereta bandara dengan rute Stasiun Tugu—Kedundang—YIA (pp), tanpa harus transit lagi di Stasiun Wojo Pembangunan jalur kereta Stasiun Kedundang—YIA sepanjang 5,3 km ditargetkan rampung pada Juni 2021. Stasiun Kedundang yang berada di Temon, Kulon Progo ini merupakan stasiun yang sudah lama tidak beroperasi yang berlokasi di antara Stasiun Tugu dan Stasiun Wojo.
Stasiun yang letaknya paling barat di Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut nantinya akan menjadi persimpangan antara jalur KA menuju Bandara YIA dan menuju Stasiun Wojo. Pembangunan jalur kereta api dari Stasiun Kedundang menuju Bandara YIA akan menerapkan jalur kombinasi dengan mengedepankan sistem elevated atau melayang dengan ketinggian antara 3 – 6 meter.
Pembangunan jalur KA langsung ke Bandara YIA ini akan memangkas waktu yang ditempuh masyarakat untuk menuju YIA. Dimana, jika saat ini untuk waktu tempuh dari Stasiun Tugu ke Bandara YIA melalui Stasiun Wojo sekitar 60 menit. Hal ini karena penumpang masih harus menggunakan bus feeder menuju YIA. Namun nantinya jika jalur KA sudahtersambung dari Bandara YIA sampai Stasiun Kedundang, maka waktu tempuhnya hanya 35 menit dengan headway 15 menit sekali. Dengan akses yang semakin mudah, diharapkan YIA dapat beroperasi dengan optimal.
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat