Bus kereta atau trem merupakan angkutan massal yang dibangun untuk melayani penumpang dalam kota. Trem dioperasikan di banyak negara. Salah satunya di Melbourne, Australia. Di Melbourne, trem bukan sekadar alat transportasi, tetapi telah menjelma sebagai ikon kota tersebut.
Trem pertama yang beroperasi berupa gerbong yang ditarik kuda. Seiring waktu, pemerintah kota memutuskan membuat sistem trem kabel. Di beberapa bagian kota, didirikan stasiun penghela atau penarik dengan mesin-mesin besar yang berfungsi menggulung kabel baja untuk menarik trem-trem dari ujung seberang. Pada 1891, jaringan kabel baja ini selesai dibangun. Sejak itu, suara roda besi dan lonceng trem selalu menggema, memenuhi ruang Kota Melbourne.
Kemudian, untuk menciptakan trem dengan teknologi lebih canggih, yaitu berupa trem listrik, pemerintah kota membentuk sebuah institusi bernama “Melbourne and Metropolitan Tramways Board”. Kehadiran trem listrik menjadi sebuah terobosan besar sekaligus populer lantaran lebih praktis, berjalan lebih cepat, bisa berhenti di mana saja, dan mampu mengangkut penumpang dalam jumlah besar.
Selain itu, trem listrik merupakan alat transportasi yang canggih dan ramah lingkungan. Tak heran, dalam kurun waktu 30 tahun, sebanyak 800 trem listrik dibangun sebagai awal dari modernisasi sistem transportasi publik di Melbourne. Saat ini, jaringan trem Melbourne sudah mencakup 30 rute di wilayah metropolitan, dengan 498 buah trem yang mampu melayani 34.000 kali keberangkatan setiap minggunya.
Modifikasi
Demi membangun dan memberikan sebuah kenyamanan dan citra baik, berbagai rekayasa mesin maupun polesan eksterior dan interior telah dilakukan terhadap alat angkut publik ini. Proses modifikasi trem di Melbourne memang cukup panjang, terlihat dari cara pemberian nomor seri yang bervariasi. Seri pertama diberi nama A-class. Hingga saat ini, nomor seri trem Melbourne sudah sampai ke Z-class.
Trem seri A-class dibuat pada 1910, kemudian disusul seri B, H, J, M, dan yang terakhir S-class pada 1922. Kesemuanya dibuat di Melbourne. Secara fisik dan mekanis, trem-trem ini serupa sehingga semuanya dikategorikan sebagai A-class dengan ciri gerbong berhidung rata dan tanpa pintu.
Seri A-class memiliki panjang 10 meter dan lebar 2 meter. Trem digerakkan oleh 2 motor masing-masing berkekuatan 50 tenaga-kuda dan mampu membawa 36 penumpang. Trem seri ini dijuluki ‘Leaping Lily‘ alias Si Lily yang suka lompat-lompat karena trem kurang stabil saat berjalan dan banyak mengalami guncangan.
Pada 1917 dibangunlah seri C, E, N, dan P sebagai penyempurna dari kekurangan yang muncul pada seri A. Perbaikan berupa pembagian roda-roda menjadi dua bagian. Panjang gerbong dibuat menjadi 15 meter dan berbentuk saloon dengan harapan penumpang bisa merasa lebih nyaman. Sedangkan, tenaga mesin ditambah menjadi berkekuatan 65 tenaga-kuda.
Meskipun perbaikan ini belum mengurangi terjadinya guncangan, secara keseluruhan trem jenis C-class dianggap lebih nyaman dibandingkan A-class. Demi keamanan dan kenyamanan, ditambahkan pula semacam sabuk pengaman untuk penumpang.
Sepanjang 1920-an, muncul trem seri F dan G yang telah diubah interiornya, susunan tempat duduk, dan dilengkapi pintu-pintu di kedua sisi trem. Sayangnya, seri ini kurang berhasil meningkatkan kenyamanan. Barulah pada 1923, mulai diperkenalkan trem seri W-class yang disebut trem klasik dan dianggap paling sukses. Trem W-class berlantai rendah sehingga mudah dinaiki, mampu melaju dengan cukup stabil, serta memiliki interior, jendela dan pintu yang cocok untuk cuaca empat musim di Melbourne.
Usia operasi W-class ditengarai paling panjang, bahkan saat ini masih terdapat seri W berusia 60 tahun masih gagah melayani berbagai rute. Sebagian dari trem W-class, kini tetap dipertahankan dan masih melayani penumpang di rute city circle, yaitu rute gratis yang beroperasi mengitari pinggiran pusat bisnis Melbourne.
Pada 1975, muncullah seri Z-class yang mewakili modernisasi sistem trem. Berbeda dengan trem klasik, seri baru ini dirancang untuk berlari lebih cepat dan stabil, dengan daya angkut hingga 125 penumpang, termasuk yang berdiri. Pengaturan udara di kabin juga lebih canggih, menghembus udara hangat di musim dingin, dan menyebar kesejukan di musim panas. Pintu-pintu dibuat otomatis, jendela menjadi lebih lebar, dan memiliki tampilan yang lebih keren dan modis.
Menyusul seri Z-class, adalah seri A1, A2 dan seterusnya. Adapula seri B1 yang sudah menyerupai kereta api ringan (light train) dengan panjang mencapai 26 meter dan bisa terdiri dari dua gerbong bersambungan. Semuanya menggunakan teknologi serupa, mengandalkan motor-motor listrik berkekuatan tinggi, prinsip aerodinamika yang diterapkan untuk tubuh besi yang kokoh, interior yang lapang sekaligus nyaman, dan saat berjalan pun suaranya tidak lagi berisik, seperti trem klasik.
Sejak 2001, penumpang pun berkenalan dengan seri Citadis buatan Perancis. Bentuk trem ini sudah seperti kapsul, berlantai rendah, dan dilengkapi berbagai fasilitas terkomputerisasi. Setahun kemudian, seri ini didampingi oleh seri Combino buatan Jerman. Berbarengan dengan hadirnya trem-trem impor, jaringan rel dan halte penumpang pun diperbaiki. Tujuannya memang untuk meningkatkan ketepatan waktu layanan dan kenyamanan penumpang.*
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat