Tata kelola distribusi logistik melibatkan seluruh moda transportasi, baik moda darat laut, perkeretaapian dan juga udara. Operasional distribusi logistik melalui keempat moda transportasi ini berlangsung secara mandiri (masing-masing .red), maupun saling bersinergi dalam sebuah sistem yang terintegrasi baik.
Menghadapi pandemi Covid-19, distribusi logistik di Indonesia mendapatkan tantangan tersendiri. Tantangan utama adalah mempertahankan dan meningkatkan kinerja. Hal ini karena distribusi logistik merupakan hal penting untuk menjamin berlangsungnya ketersediaan kebutuhan primer masyarakat di pelbagai pelosok negeri. Salah satunya adalah berbagai peralatan kesehatan yang diperlukan dalam penanganan pandemi Covid-19.
Selain itu, kelancaran distribusi logistik juga sangat penting untuk menjamin kestabilan perekonomian nasional sekaligus menjaga tingkat harga barang di tengah masyarakat, mulai dari Sabang hingga Merauke. Terlebih, “serangan” pandemi Covid-19 melewati waktu-waktu krusial bagi bangsa Indonesia, seperti ibadah puasa di bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1441 H, dimana kedua momentum ini membutuhkan pasokan kebutuhan primer yang lebih tinggi dari hari-hari biasanya.
Oleh karenanya, kelancaran distribusi logistik menjadi kunci penting bagi pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19, sekaligus menjaga pergerakan perekonomian nasional. Berkaitan dengan arti penting tersebut, Kemenhub menajamkan fokus untuk meningkatkan kualitas kinerja distribusi logistik pada keempat moda transportasi. Berbagai kebijakan dan pelaksanaan teknis operasional disinergikan untuk mewujudkan tanggugjawab tersebut.
Pada moda transportasi darat, Kemenhub mengimplementasikan sejumlah strategi mumpuni untuk menjaga kestabilan distribusi logistik. Setidaknya ada 3 pilar utama yang diterapkan.
Pertama, penghentian sementara operasi penegakan hukum kendaraan Over Dimension Over Load (ODOL) demi mencegah penularan Covid-19. Langkah ini memberi dukungan yang cukup signifikan terhadap kelancaran distrubusi logistik. Di Bumi Minang, Sumatra Barat, pengawasan arus transportasi logistik melalui moda darat, mendapat prioritas tersendiri. Hal ini disebabkan karena distribusi logistik di Sumatra Barat didominasi moda transportasi darat. Badan Pengelola Transportasi Daerah (BPTD) Sumatra Barat mengeluarkan kebijakan penutupan sementara operasional Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) dan hanya melakukan kegiatan pendataan lalu lintas harian angkutan barang. Dengan menerapkan pendataan lalu lintas harian angkutan barang secara rutin, maka volume distribusi logistik dapat terawasi dengan baik guna menjamin ketersediaan pasokan sekaligus menangani potensi kendala.
Kedua, Kemenhub mengizinkan operasional kendaraan angkutan barang baik di jalan arteri, jalan tol, maupun di penyeberangan. Upaya ini diikuti dengan kebijakan strategis lainnya yaitu membatasi sementara angkutan kendaraan pribadi.
Ketiga, meningkatkan peran dan fungsi PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) sebagai salah satu mata rantai penting transportasi logistik, Berdasarkan data yang dikutip dari ASDP, selama periode Angkutan Lebaran mulai Minggu (17/5) atau H-7 hingga Senin (25/5) atau hari kedua Lebaran (HH), sebanyak 45.131 unit truk logistik telah menggunakan jasa penyeberangan di 9 lintasan penyeberangan. Jumlah ini naik 50,56% dibandingkan periode sama tahun lalu yaitu sebanyak 29.975 unit. Dalam implementasinya, sebagai contoh, Dinas Perhubungan (Dishub) Sumatra Barat melaksanakan Posko Bersama di Pelabuhan Penyebrangan Teluk Bungus sebagai akses pintu masuk dari Mentawai.
Distribusi logistik melalu moda kereta api, tidak banyak terpengaruh saat pendemi maupun pasca pendemi Covid-19. Kereta logistic tetap aktif beroperasi, kecuali rangkaian kereta logistik yang gerbong barangnya menjadi bagian dari rangkaian kereta penumpang.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkeretaapian terus melakukan koordinasi intensif dengan operator untuk tetap menyediakan angkutan barang logistik, utamanya angkutan bahan kebutuhan pokok, khususnya pada momen Lebaran agar tidak terjadi lonjakan harga. Di lain pihak, PT Kereta Api Indonesia (KAI) juga melakukan beberapa langkah inovasi dan promosi, antara lain mengangkut bahan kebutuhan pangan dengan Rail Express dan juga barang hantaran, baik dengan menggunakan KA logistik atau memanfaatkan dalam rangkaian KLB.
Untuk mencegah potensi penyebaran virus Covid-19 dalam angkutan logistik, PT KAI menerapkan protokol Kesehatan. Para petugas selalu di cek suhu tubuhnya, menggunakan face shield, sarung tangan dan masker, tak lupa juga tersedia handsanitizer. Paralel, setiap barang logistik yang memungkinkan disemprot dengan disifektan akan dilakukan penyemperotan. Guna menjaga kebersihan sarana kereta api juga, tak luput juga dilakukan penyemprotan disinfektan secara rutin dan berkala.
Berdasarkan data sementara, realisasi angkutan barang tertinggi melalui moda kereta api terjadi pada 8 Mei 2020 sebesar 112.527 ton dan terendah terjadi pada 24 Mei 2020 sebanyak 49.942 ton.
Dari kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) dilaporkan terdapat kenaikan harga pada jenis komoditas tertentu selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kemudian, data yang dihimpun Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) terjadi perubahan frekuensi pengiriman barang selama masa pandemi COVID-1 9 dari rata-rata frekuensi pengiriman barang biasanya. Selain itu, selama masa pandemi COVID-19 ini tidak terjadi peningkatan jumlah barang tertentu dikarenakan frekuensi pengiriman barang mengalami penurunan, tetapi tingkat kebutuhan mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah konsumen.
Pengelolaan transportasi logistik melalui moda udara juga mendapatkan perhatian khusus. Salah satu yang utama adalah dengan meningkatkan perubahan peranan pesawat penumpang sebagai salah satu transportasi logistik andal dan juga aman. Mendukung hal tersebut, sebagai contoh, Angkasa Pura II secara konsisten menyemprotkan disinfektan saat proses keluar masuk barang berlangsung. Hal ini tentu menjadi pilar penting dalam menjaga kelancaran transportasi logistik melalui udara, sekaligus tetap memperhatikan faktor kesehatan berdasarkan protokol kesehatan yang berlaku.
INBOX
Sejak awal penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), transportasi logistik di Sumatra Barat tetap terselenggara dengan baik dan berlangsung relatif lancar, bahkan mengalami peningkatan kinerja dan produktifitas yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan melalui kemampuan untuk mempertahankan kualitas kinerja transportasi logistik.
Meskipun ada penurunan volume barang logistik yang didistribusikan, namun secara umum keberadaan bahan pokok tidak ada kendala. Hal ini dimungkinkan karena pergerakan transportasi logistik tetap berjalan dengan lancar. Termasuk saat puasa dan lebaran.
BPTD Sumatra Barat mencatat bahwa keluar masuk angkutan logistik dari ke Padang, berimbang pergerakannya. Produk-produk yang keluar Kota Padang antara lain batu yang dikirim ke Pekanbaru untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tol. Selain itu didistribusikan pula hasil pertanian terutama beras, batu bara, dan semen (Semen Padang .red). Sementara produk yang masuk ke Kota Padang antara lain bahan baku semen, dan barang kelontong maupun elektronik yang berasal dari Jakarta.
Satu hal penting terkait dengan upaya pencegahan penyebaran pandemi Covid-19, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Teluk Bayur, sebagai salah satu mata rantai transportasi di Sumatra Barat, senantiasa memastikan kelancaran transportasi logistik, terutama pengiriman alat medis atau hasil laboratorium agar tidak terhambat. Logistik yang keluar masuk dari Teluk Bayur, berjalan dengan normal. Jika ada sedikit pengaruh, hanya ada pada ekspor impor industri. Sementara untuk layanan logistik tidak ada keluhan dari masyarakat.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (DPW ALFI) Cabang Sumatra Barat Isra Dharma Suyandra, menyebutkan “Nilai positif yang kami rasakan bahwa dengan tidak adanya dampak negatif dari penyebaran Covid-19 di pelabuhan, maka tidak terjadi gangguan/kendala terhadap distribusi atau logistik di Sumatra Barat. Memang secara volume, logistik di pertengahan April hingga Mei 2020 masih ada penurunan sekitar maksimal 20%, dan sekarang sudah kembali normal”.
Isra menambahkan, “Kami terus berusaha melakukan protokol kesehatan di lingkungan pelabuhan agar tidak sampai ada yang terkena Covid-19”. Menurut Isra, kegiatan logistik di Sumatra Barat tidak ada kendala dan cukup lancar. Hanya saja, tambah Isra, disaat diterapkan PSBB di Sumbar memang agak sedikit terkendala, sehingga para supir truk yang akan keluar dari pelabuhan harus lebih bersabar karena harus dilakukan pengecekan kesehatan di posko-posko yang ada, sehingga diperlukan waktu yang agak sedikit lama dari biasanya tanpa ada Covid-19.
“Dikarenakan kondisi di pelabuhan yang boleh dikatakan sebagai zona hijau terhadap penyebaran Covid-19, maka tidak ada satupun daerah di luar Padang yang menolak kedatangan supir truk dari Kota Padang,” aku Isra.
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat