Tapak Tilas Sejarah Di Sawahlunto

Dari sekian banyak tujuan wisata di Provinsi Sumatera Barat, Sawahlunto adalah salah satu kota dengan daya tarik wisata unik yang bisa Anda kunjungi. Kota kecil berjarak sekitar 95 Kilometer dari Kota Padang ini dulu dikenal sebagai kota pertambangan. Kini, Sawahlunto bertransformasi menjadi sebuah kota wisata. Selain memiliki keindahan alam yang memesona, Sawahlunto juga menghadirkan banyak tempat wisata bernuansa sejarah yang bisa Anda sambangi.

 

Singgah ke Lubang Mbah Soero

Lubang Mbah Soero adalah obyek wisata yang wajib Anda kunjungi saat bertandang ke Sawahlunto. Tempat ini dulunya merupakan fasilitas penambangan batu bara. Nama Soero sendiri  diambil dari nama mandor tambang batubara kala itu. Nama “Lubang Mbah Soero” diabadikan pada tambang batu bara pertama yang dibuka oleh Belanda di kawasan Batu Ombilin. Selanjutnya, tempat ini dijadikan sebagai objek wisata sejak 2007 silam.

Lobang Mbah Soero pernah ditutup oleh Belanda karena berbagai sebab. Salah satunya karena adanya rembesan air yang tak dapat dikendalikan lagi dari Batang Lunto yang ada di tepat di samping lobang ini. Kemudian keberadaan gas metan yang dinilai berbahaya, ikut menjadi pertimbangan utama. Namun saat ini, keadaan lubang sudah aman. Untuk mengatasi rembesan air, pengelola mengoperasikan beberapa pompa yang menjamin kondisi jalur yang dilewati pengunjung tetap kering sekaligus aman dilintasi. Sebagai pendukung aspek keamanan bagi para pengunjung, akses lubang juga dibatasi. Jalur lubang diperpendek dengan menutup beberapa akses dengan semen. Hal ini dilakukan guna memutus aliran penyebaran gas metan demi meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengunjung saat “berpetualang” di Lubang Mbah Soero.

Lubang Mbah Soero memiliki kedalaman sekitar 15 meter di bawah permukaan tanah. Penerangan sepanjang jalur berasal dari lentera kecil menempel di bagian atas atau samping dinding lubang. Sebenarnya panjang lubang mencapai ratusan meter. Namun yang dipakai untuk kegiatan wisata hanya beberapa puluh meter saja. Demi keselamatan, setiap pengunjung yang hendak memasuki Lubang Mbah Soero wajib mengenakan helm pengaman serta safety shoes yang disediakan pengelola.

Tertua Kedua di Indonesia

 Stasiun Kereta Api Sawahlunto yang dibangun pada 1912 menjadi saksi bisu masa penambangan batu bara pada jaman itu. Namun, kini bangunan stasiun tidak lagi berfungsi sebagai pemberhentian kereta api. Bangunan yang dibuat pada masa kolonial Belanda tersebut telah berubah fungsi menjadi museum. Museum Kereta Api Sawahlunto adalah museum kereta api tertua kedua di Indonesia setelah Museum Kereta Api Ambarawa.

Museum Kereta Api Sawahlunto menyimpan literatur tentang lokomotif uap dan sejarah perkeretaapian di Sawahlunto. Disini, Anda juga akan menemukan replika lokomotif berukuran kecil, jam kuno, hingga ketel-ketel uap. Disini juga terdapat lokomotif uap yang terkenal dengan sebutan “Mak Itam”.

Nama Mak Itam begitu termasyur di telinga sebagian masyarakat Minang. Lokomotif uap bernomor E 1060 ini pernah menjadi kereta wisata dengan rute Stasiun Sawahlunto – Muara Kalaban. Saat ini kereta Mak Itam sudah tidak dioperasikan dan ditempatkan di ruang khusus museum ini. Meski begitu para pengunjung masih dapat menyaksikan kereta legendaris yang berjaya dijamannya itu. 

Berkeliling Ke Museum Goedang Ransoem

Destinasi wisata menarik lainnya di Sawahlunto yaitu Museum Goedang Ransoem. Tempat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses pertambangan di Sawahlunto. Pada awalnya, gedung yang dibangun pada 1918 ini adalah kawasan dapur umum bagi pekerja tambang. Museum ini memiliki sejumlah benda koleksi peninggalan sejarah, dan peralatan memasak zaman Belanda. Seperti periuk berukuran raksasa, yang digunakan untuk memasak makanan bagi ribuan pekerja tambang batu bara.

Tak hanya alat memasak, koleksi museum juga menampilkan menu-menu makanan yang disediakan bagi para pekerja. Mulai dari telur, daging, ikan, sayuran hingga buah-buahan. Menu makanan tersebut tidak terbuat dari bahan-bahan asli, melainkan dari plastik yang bentuknya sangat mirip dengan aslinya. 

Goedang Ransoem sempat menjadi tempat aktivitas memasak untuk tentara dalam skala besar pada masa pendudukan Jepang hingga Agresi Belanda II. Di masa revolusi kemerdekaan, kawasan ini digunakan sebagai tempat memasak makanan tentara.

Setelah masa kemerdekaan, tempat ini sempat digunakan sebagai kantor perusahaan Tambang Batu Bara Ombilin, gedung SMP Ombilin (1960-1970), hunian karyawan Tambang Batu Bara Ombilin (sampai 1980), serta hunian masyarakat setempat (hingga 2004). Pada 2005 Pemerintah Kota Sawahlunto melakukan konservasi dan penataan museum. Selanjutnya, pada 17 Desember 2005, museum ini dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk masyarakat umum.

Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp