Ragam kegiatan yang menjadi sendi-sendi khas kehidupan masyarakat Mataram, Yogyakarta, terus bergerak maju. Tentu, berbagai aktivitas ini dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang disiplin dan ketat. Kesemuanya menjadi satu kesatuan utuh dari gaya hidup baru masyarakatnya menuju tatanan kehidupan yang produktif dan aman.
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemprov DIY) menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) No. 48 Tahun 2020 sebagai sebuah pedoman di era AKB di Yogyakarta. Aturan tersebut menetapkan Standard Operational Procedure (SOP) yang wajib diterapkan di 4 sektor, yakni kesehatan, ekonomi (logistik dan UMKM), transportasi, dan pariwisata.
Pergub ini pun menjadi acuan bagi sektor transportasi di masa AKB. Selain, tentunya, juga mengacu pada Permenhub No. 41 Tahun 2020 dan Surat Edaran (SE) Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (sekarang Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional – PEN) No.9 Tahun 2020.
“Bicara transportasi, maka kita tidak hanya bicara terkait sektor perhubungan. Melainkan, sinergi dan kolaborasi dengan elemen-elemen dari berbagai sektor. Kami, Dinas Perhubungan (Dishub) berkolaborasi, antara lain dengan Dinas Pariwisata, Pemprov, Pemkab/Pemkot, dan Bapeda,” jelas Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DIY, Tavip Agus Rayanto.
Karenanya, Dishub, sebagai salah satu motor penggerak transportasi daerah, mendukung penuh segala kebijakan Pemda. Selain penegakan protokol kesehatan di setiap lini transportasi, Dishub juga melaksanakan sosialisasi dan edukasi seputar masa AKB yang produktif dan aman.
Sosialisasi disampaikan secara terintegrasi, baik kepada stakeholder, para pelaku usaha di bidang transportasi dan terkait, maupun masyarakat. Di antaranya, sosialisasi tentang keamanan bertransportasi publik untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap angkutan umum, seperti bus kota, kereta, pesawat, termasuk angkutan tradisional seperti becak dan andong.
Dukung Pengembangan Wisata
Pengalaman berbeda dari tatatan bertransportasi pada era AKB ini pula yang tengah ditawarkan DAMRI. DAMRI menyediakan rute penugasan dengan muatan wisata yang diberi nama Rute Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Superior.
Rute penugasan ini memiliki tujuan/titik keberangkatan utama, yaitu Kota Yogya, YIA, dan Borobudur, yang melalui beberapa lokasi wisata di sekitar Kulonprogo, seperti Tebing Gunung Gajah dan Bukit Menoreh. Ke depannya, telah disiapkan rute jalur selatan, yaitu YIA—Bantul yang melalui kawasan wisata Mangunan.
“Agar lebih menarik, kami juga akan menawarkan inovasi di rute KSPN, yaitu sistem satu tiket (terkoneksi). Penumpang cukup membeli satu tiket dan bisa singgah di tempat wisata yang dilalui, kemudian menumpang kembali bus DAMRI berikutnya untuk sampai ke tujuan utamanya, tanpa harus membeli tiket lagi,” papar General Manager Perum DAMRI Cabang Yogyakarta, Rahmat Santoso.
Rahmat menambahkan, DAMRI tengah mengajukan konsep tiket terusan kepada Taman Wisata Candi (TWC). Nantinya, dengan tiket terusan ini, penumpang DAMRI bisa mengunjungi Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko sekaligus.
Selain mengembangkan destinasi wisata di Yogyakarta dan sekitarnya, rute DAMRI juga memberikan kemudahan akses bagi masyarakat yang hendak mencapai Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulonprogo. YIA berada sekitar 40 km dari pusat Kota Yogya sehingga masyarakat akan menempuh jarak dan waktu lebih panjang untuk mencapai YIA. Khususnya, masyarakat yang berasal dari arah timur (Prambanan, Klaten), utara (Magelang), dan selatan (Wonosari, Gunung Kidul).
Mengembalikan Kepercayaan Publik
Selama ini, masyarakat beranggapan angkutan umum mahal sehingga mereka lebih memilih menggunakan motor. Dengan modal satu liter, bisa digunakan untuk keliling kota. Selain itu, masa tunggu angkutan umum terkadang lama dan tidak tepat waktu. Terlebih, pandemi Covid-19 semakin menjauhkan masyarakat dari transportasi umum karena adanya kekhawatiran penularan Covid-19 di fasilitas umum.
“Keselamatan dan keamanan penumpang tetap menjadi prioritas kami. Terutama di masa AKB seperti sekarang ini, ketika masyarakat sudah harus kembali beraktivitas dan berdamai dengan pandemi. Kami selalu menerapkan protokol kesehatan secara disiplin, seperti wajib bermasker, penyemprotan disinfektan secara rutin, dan pengaturan kapasitas penumpang untuk jaga jarak, sehingga penumpang merasa aman saat naik armada kami,” urai Rahmat.
Dari sisi pelayanan, DAMRI pun memastikan jam keberangkatan dan kedatangan yang tepat waktu. Sekalipun armada kosong, tetap harus jalan sesuai waktu yang sudah ditetapkan. “Hanya saja, untuk di YIA, kami kadang menggeser jadwal untuk menyesuaikan dengan jadwal penerbangan,” tambah Rahmat. “Hal tersebut guna mengantisipasi terjadinya penumpukan penumpang. Apalagi, saat ini kapasitas penumpang masih dibatasi hanya 50%,” lanjutnya.
Untuk meningkatkan keamanan bagi penumpang dari penularan Covid-19, DAMRI juga menggiatkan pembayaran nontunai (cashless). Termasuk, pembelian tiket yang bisa dilakukan secara online melalui situs DAMRI maupun Traveloka.
Perjalanan KA
Penerapan AKB untuk menggairahkan wisata dan memulihkan ekonomi Yogyakarta juga menjadi prioritas di subsektor kereta dan udara. Sejak 12 Juni 2020, PT KAI Daerah Operasi (DAOP) VI Yogyakarta mengoperasikan kembali kereta reguler secara bertahap.
“Ada 3 hal pokok yang kami tekankan di sini, yaitu kebersihan (cuci tangan), wajib menggunakan masker, dan jaga jarak. Hal pokok ini wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap orang yang bertransportasi ataupun beraktivitas di wilayah kerja DAOP VI, termasuk stasiun, baik itu petugas, penumpang, ataupun tenant. Semua kami kawal dan jaga dengan ketat sejak awal,” jelas Kepala DAOP VI Eko Purwanto.
Eko menambahkan, meskipun kereta sudah beroperasi, tetap ada pembatasan. Selain kapasitas penumpang yang hanya bisa terisi 70%, penumpang yang akan naik kereta harus dipastikan dan dinyatakan sehat oleh petugas yang kompeten di bidang kesehatan dengan menunjukkan hasil rapid/swab test. Kemudian, untuk penumpang kereta jarak jauh, wajib menggunakan face shield yang telah disediakan KAI.
Adapun kereta yang telah beroperasi dari titik keberangkatan Yogyakarta, antara lain kereta api lokal Prambanan Ekspres (Prameks) jurusan Yogya—Solo, kereta jarak jauh Bengawan jurusan Purwosari—Pasar Senin, dan Sri Tanjung jurusan Yogya—Jember—Banyuwangi. Sedangkan, kereta yang melewati Yogyakarta, yaitu Kahuripan jurusan Blitar—Bandung. Kemudian, di setiap akhir pekan (Jumat, Sabtu, Minggu), beroperasi kereta api Turangga dan Bima.
Di wilayah kerja DAOP VI terdapat 8 stasiun utama, yaitu Stasiun Tugu Yogyakarta, Lempuyangan, Klaten, Solo Balapan, Sragen, Purwosari, Wates, dan Solo Jebres. Dengan jumlah perjalanan sebelum masa pandemi, adalah sebanyak 178 perjalanan kereta api setiap harinya. Kini, baru beroperasi sekitar 30 perjalanan.
“Sekarang ini, fokus kami adalah beroperasi dengan aman, sehat, selamat, dan tetap produktif. Tidak hanya penumpang, tetapi juga seluruh pegawai dan petugas di DAOP VI,” lanjutnya.
Potensi Wisata Baru
Hal serupa pun dialami subsektor udara, di mana terjadi penurunan yang sangat signifikan terhadap aktivitas penerbangan dari/ke YIA. Situasi pandemi mengakibatkan penurunan penumpang hingga 85%. Namun, di masa AKB saat ini, jumlah penumpang telah mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kendati, masih dilakukan pembatasan dalam operasionalnya.
“Saat ini, YIA sudah diakses lebih dari 30 ribu orang setiap harinya. Dengan 36—40 pergerakan maskapai, mampu mengangkut 3.000—4.000 penumpang setiap harinya. Di awal tahun ini, kami sebenarnya menargetkan 72 pergerakan setiap hari. Meskipun baru separuhnya, kami optimis target ini bisa tercapai begitu semuanya berjalan normal,” ungkap General Manager YIA, Agus Pandu Purnama. Salah satu yang mendasari keyakinan tersebut adalah kemampuan NAC (Notice of Airport Capacity System) di YIA yang sangat luar biasa, yaitu 28 slot per jamnya.
Di sisi lain, bandara ini menyimpan potensi wisata yang luar biasa. Antusiasme dan kebanggaan masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya akan kehadiran YIA membuat YIA tak pernah sepi pengunjung. Setiap harinya, masyarakat berdatangan, silih berganti, hanya untuk menyaksikan keindahan dan kemegahan bandara yang sarat akan unsur kearifan lokalnya.
Antusiasme masyarakat ini pun menjadi motivasi yang menumbuhkan optimisme tersendiri, tidak hanya bagi YIA. Melainkan, juga bagi sektor transportasi secara keseluruhan dan sektor pariwisata, yang keduanya akan menjadi penggerak utama roda perekonomian Yogyakarta. Inilah sebuah awal kehidupan baru bagi Provinsi DIY untuk bersiap menjadi salah satu destinasi wisata ‘Super Prioritas’.
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat