NMT, Alternatif Transportasi Perkotaan

Penggunaan non motorized transportation (NMT) seperti berjalan kaki maupun bersepeda di kalangan masyarakat, dengan tetap mengedepankan implementasi protokol kesehatan, menjadi salah satu solusi alternatif transportasi di kawasan perkotaan, khususnya kota-kota besar yang kerap diwarnai kepadatan lalu lintas.

Bagi masyarakat urban, transportasi perkotaan merupakan kebutuhan penting yang mendukung mobilitas dan aktifitas sehari-hari. Oleh karena itu, meskipun aktifitas masyarakat dibatasi karena Pembatasan Sosial Berkala Besar (PSBB) ataupun saat adaptasi menuju kebiasaan baru, angkutan umum massal perkotaan masih menjadi kebutuhan penting bagi sebagian masyarakat yang masih tetap harus beraktifitas.

Di sisi lain, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Kementerian Perhubungan (BPTJ Kemenhub)  Polana B Pramesti saat menjadi pembicara dalam webinar bertajuk Bijak Bertransportasi di Era Pandemi Covid-19, yang diselenggarakan Radio Sonora, (15/9), pandemi Covid-19 ternyata juga memunculkan peluang bagi penataan transportasi Jabodetabek. Salah satunya, dapat dilakukan dengan mendorong lebih banyak penggunaan non motorized transportation (NMT) seperti berjalan kaki maupun bersepeda di kalangan masyarakat dengan tetap mengedepankan implementasi protokol kesehatan.

NMT setidaknya dapat dilakukan untuk transportasi dengan jarak yang masih terjangkau dengan jalan kaki atau bersepeda serta  transportasi first mile dan last mile dalam proses  menggunakan angkutan umum massal. “Dalam pengembangan sistem transportasi perkotaan di manapun di dunia, non motorized transportation sebagai bagian  transportasi ramah lingkungan dan berkelanjutan merupakan alternatif transportasi yang lazim dikembangkan,” ujar Polana.

Pemanfaatan NMT akan mendatangkan benefit kesehatan baik untuk kepentingan publik secara keseluruhan  seperti mengurangi polusi ataupun benefit kesehatan secara personal yaitu meningkatkan gerak tubuh untuk kesehatan. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan rata-rata orang Indonesia masih cukup rendah dalam berjalan kaki yaitu hanya 3000 langkah/hari. Seharusnya minimal 6000 langkah dan ideal 10.000 langkah/hari agar memberikan dampak pada kesehatan.

Ketua Komunitas Bike to Work Poetoet Soedarjanto mendukung langkah BPTJ yang terus mendorong penggunaan NMT. Menurutnya, saat pandemi Covid-19 berlangsung, antusiasme masyarakat menggunakan sepeda sebagai alat transportasi sangat tinggi. Momentum tersebut, kata Poetoet, harus dimanfaatkan BPTJ untuk memfasilitasi mereka, misalnya dengan mendorong pengelola angkutan massal perkotaan seperti bus untuk menyediakan tempat atau bagasi untuk sepeda. “Atau misalnya dengan menyediakan tempat parkir sepeda di terminal,” ujar Poetoet.

Harapan lain disampaikan Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus, yang meminta agar BPTJ mendorong pemerintah daerah menyediakan infrastruktur jalan aman dan nyaman bagi pejalan kaki.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih, juga mengapresiasi positif langkah BPTJ yang ingin mendorong penggunaan NMT. Namun, dia mengingatkan bahwa penggunaan NMT seperti sepeda tetap harus memperhatikan protokol kesehatan. Di saat pandemi ini, para pengguna sepeda sebaiknya jangan berkelompok dan tetap jaga jarak saat bersepeda. “Selain itu, juga tetap menggunakan masker dan kostum yang dapat menghindari risiko penularan Covid-19,” tutur Daeng M. Faqih.

Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp