Pelabuhan Kuala Tanjung terletak di pesisir timur Sumatra Utara. Tepatnya, di Desa Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara. Pelabuhan Kuala Tanjung memiliki posisi yang sangat strategis. Lantaran, berada di perairan Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan dunia. Tak hanya dilalui 25 persen komoditas perdagangan dunia, jalur ini juga didukung hinterland yang kuat di 10 provinsi di Pulau Sumatra.
Dengan posisi yang strategis, Pelabuhan Kuala Tanjung berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai hub internasional yang menjadi simpul penting dalam jaringan logistik nasional, bahkan rantai pasok global. Maka, kehadiran Kuala Tanjung PIE diharapkan mampu mendukung dan meningkatkan kinerja sistem logistik nasional serta menciptakan value baru sebagai Indonesia’s Logistic Supply Chain and Hub.
Menteri Pehubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menegaskan bahwa kehadiran Pelabuhan Kuala Tanjung akan menekan biaya logistik dan meningkatkan daya saing logistik Indonesia di kancah dunia. Hingga, memberikan dampak positif secara maksimal terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam rencana pengembangannya, Pelabuhan Kuala Tanjung akan dikembangkan sebagai kawasan yang terintegrasi dengan kawasan industri. Untuk itu, Pemerintah melaksanakan dua Proyek Strategis Nasioinal (PSN), yaitu pengembangan Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung dan pembangunan Kawasan Industri Kuala Tanjung.
Pengembangan kawasan pelabuhan berupa pembangunan terminal multipurpose (KTMT) telah rampung (Tahap I) dan sudah beroperasi sejak Desember 2018. Sedangkan, pembangunan Terminal Hub Internasional (Tahap II) akan mulai dilaksanakan pada 2024 mendatang, yaitu setelah KTMT mendekati kapasitas ultimate-nya serta kawasan industri Kuala Tanjung mulai bertumbuh. Dengan demikian, kawasan pelabuhan dan industri dapat bersinergi dalam menjalankan peran dan fungsinya masing-masing.
Performa Ciamik Terminal Baru
Sejak beroperasi 2019 lalu, KTMT menampilkan performanya yang ciamik. KTMT menunjukkan tren pertumbuhan yang positif dan signifikan sepanjang 2020. Secara nyata, pertumbuhan tampak dari aktivitas pelabuhan yang semakin bergeliat, semakin banyaknya kapal yang labuh dan ramainya aktivitas bongkar muat.
Tercatat, kunjungan kapal sebanyak 277 call pada 2020, naik lebih dari dua kali lipat (113%) dibandingkan 2019 sebanyak 130 call. Dari aktivitas bongkar muat, terjadi peningkatan 126% pada bongkar muat peti kemas, dari 23.937 TEUs (2019) menjadi 54.011 TEUs (2020).
Bahkan, peningkatan hingga melampaui 200% terjadi pada bongkar muat curah cair dan general cargo. Aktivitas bongkar muat curah cair naik 258%, dari 102.200 ton (2019) menjadi 366.102 ton (2020). Sedangkan, general cargo mengalami kenaikan 247%, dari 16.970 ton (2019) menjadi 58.890 ton (2020).
Pertumbuhan kinerja Pelabuhan Kuala Tanjung tersebut didukung dengan pengembangan kawasan pelabuhan menjadi sebuah terminal multipurpose yang berstandar dunia. Dengan dermaga sepanjang 500×60 meter, trestle 2,8 km, dan kedalaman kolam pelabuhan hingga 17 meter LWS, KTMT dapat mengakomodasi kapal-kapal besar berbobot 60 ribu DWT (Dead Weight Tonnage) dengan berbagai jenis muatan, seperti peti kemas, curah cair, hingga general cargo.
KTMT juga memiliki container yard seluas 14 Ha yang dilengkapi alat bongkar muat, antara lain 3 unit Ship to Shore (STS) Crane, 8 unit Automated Rubber Tyred Gantry (ARTG) Crane, dan alat angkut 21 terminal tractor. Kemudian, tersedia 22 tangki timbun dengan 4 jaringan pipa dan 8 pompa yang mampu melayani arus curah cair (khususnya CPO) hingga 1.000 ton per jam.
Selain itu, KTMT digadang sebagai pelabuhan modern yang mengusung teknologi dan ramah lingkungan. Sebagian besar peralatan bongkar muatnya, bekerja secara elektrik (nondiesel onboard). Sedangkan seluruh operasional peti kemas dan curah cair, sudah didukung sistem TI yang terintegrasi Terminal Operating System (TOS).
Melihat performa KTMT sebagai sebuah terminal baru yang meningkat cukup signifikan pada 2020, Menhub optimis kinerja Pelabuhan Kuala Tanjung akan terus meningkat ke depannya. Terlebih, dengan tersedianya pelayaran direct call rute internasional, tidak hanya meningkatkan kinerja pelabuhan. Namun, juga akan menjadi magnet bagi calon investor untuk berinvestasi di Kawasan Industri Kuala Tanjung.
Dengan hadirnya Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai hub internasional, pelayaran domestik nantinya akan dilayani di Pelabuhan Belawan. Untuk itu, Pemerintah bersama PT Pelindo I telah memindahkan kapal-kapal berute internasional secara bertahap, dari Pelabuhan Belawan ke Pelabuhan Kuala Tanjung.
Disamping itu, Kemenhub juga mengambil sejumlah langkah strategis untuk mendorong geliat pelabuhan yang tentunya akan berujung pada peningkatan kinerja pelabuhan secara terus-menerus. Di antaranya, memberikan insentif bagi jasa labuh dan navigasi sehingga para pengusaha ekspor-impor lebih kompetitif dalam mengirimkan kargonya dan melakukan direct call ke Pelabuhan Kuala Tanjung.
Kemenhub juga mendorong peralihan moda logistik di wilayah Sumatra, dari jalur darat ke jalur laut yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Mengingat, hingga saat ini, moda logistik di Sumatra masih didominasi angkutan darat.
Akses Jaringan Transportasi
Untuk mendukung peran strategis Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai hub internasional, dikembangkan kawasan industri, yaitu Kuala Tanjung Industrial Zone (KTIZ) seluas 3.400 Ha. Kawasan yang terintegrasi dengan kawasan pelabuhan (KTMT) ini memiliki potensi segmen industri yang beragam. Di antaranya, industri aluminium, minyak sawit/CPO, besi dan baja, karet, petrokimia, dan pupuk.
Nantinya, KTIZ akan diperkuat dengan berbagai layanan pendukung, seperti bunkering service, logistic service, dan warehousing. Kemudian, juga layanan utilitas dasar, seperti listrik, jaringan pipa gas, air bersih, dan pengelolaan limbah.
Tak kalah penting, ketersediaan akses yang mudah untuk mencapai kawasan Kuala Tanjung PIE. Dalam rencana pengembangannya, Kuala Tanjung PIE akan didukung akses jaringan transportasi terpadu berupa jalan nasional dan jalan Tol Trans Sumatra dan jalur kereta api.
Selain meningkatkan efisiensi arus logistik, keberadaan jalur kereta api juga meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas antara Kawasan Kuala Tanjung PIE, KEK Sei Mangke, dan kawasan sekitarnya. Melalui Ditjen Perkeretaapian, Kemenhub telah menyelesaikan pembangunan jalur KA Bandar Tinggi—Kuala Tanjung yang, kini telah siap untuk mendukung operasional Kuala Tanjung PIE.
Masyarakat sekitar pelabuhan pun dapat merasakan manfaat dari keberadaan Pelabuhan Kuala Tanjung. Pengembangan pelabuhan, baik pada tahap konstruksi maupun operasional, telah menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Masyarakat dilibatkan sebagai tenaga kerja lapangan saat pembangunan, seperti konstruksi bangunan gedung, lapangan penumpukan, dan konstruksi dermaga.
Begitu pun, saat KTMT telah beroperasi. Masyarakat setempat yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dapat bekerja sebagai pegawai organik maupun nonorganik, tenaga kerja bongkar muat, serta tenaga operasional lainnya. Selain sebagai lahan sumber mata pencaharian, kehadiran Pelabuhan Kuala Tanjung juga memberi kemudahan dan kelancaran logistik bagi masyarakat dan industri sekitar.
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat