KRL Lintas Yogyakarta-Solo Meningkatkan Aksesibilitas dan Kemudahan Bertransportasi

Peresmian Kereta Rel Listrik (KRL) Yogya-Solo menjadi indikator awal upaya menyiapkan transportasi massal yang ramah lingkungan. KRL mempunyai waktu tempuh yang lebih cepat dan dengan layanan yang jauh lebih nyaman dibanding kereta diesel sebelumnya.

Hadirnya KRL Yogya-Solo diharapkan akan menambah pilihan masyarakat akan moda transportasi yang efektif untuk bepergian. Selain mendorong sektor pariwisata dan ekonomi, KRL Yogya-Solo diharapkan dapat menyelesaikan persoalan transportasi di dua provinsi itu, yakni Jateng dan DIY.

KRL Lintas Yogyakarta-Solo sejatinya telah beroperasi mulai tanggal 10 Februari 2021 namun peresmiannya ini baru dilaksanakan pada 1 Maret 2021 oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurut Jokowi KRL ini ramah lingkungan dan lebih cepat dibanding Prameks.

“Ini adalah sebuah transportasi massal yang ramah lingkungan, tadi saya diberi tahu, disampaikan bahwa KRL ini lebih cepat dibandingkan Prameks 10 menit lebih cepat,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut Jokowi juga mengungkapkan bahwa biaya operasional KRL ini juga lebih murah. “Kemudian dari sisi biaya operasi pun lebih murah. Ini adalah sebuah efisiensi yang bagus sekali” jalasnya. Untuk kedepannya Jokowi menginginkan baik transportasi massal maupun pribadi, semuanya berkonsep ramah lingkungan dengan angkutan atau kendaraan berbasis listrik.

Dengan hadirnya KRL Yogya-Solo, Jokowi berharap akan terjadi peningkatan di sektor pariwisata dan ekonomi. “Kita harapkan KRL ini bisa membantu baik mobilisasi orang maupun barang dari Yogja ke Solo dan Solo ke Yogja bisa meningkatkan pariwisata dan ekonomi kita,” ungkapnya.

Sementara itu, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, pembangunan elektrifikasi jalur Kereta Api Yogya–Solo sejalan dengan program Presiden RI Joko Widodo yang selalu menekankan untuk mengedepankan konektivitas, integrasi antar moda, dan modernisasi pada seluruh aspek transportasi di Indonesia. “KRL Yogja-Solo merupakan KRL pertama yang beroperasi di luar Jabodetabek. Ke depannya KRL seperti ini akan dikembangkan di kota-kota lainnya,” ucapnya.

Transportasi Massal Berbasis Rel

Pembangunan dan pengembangan transportasi perkeretaapian telah dilakukan bertahap baik di Pulau Jawa, Sumatra, dan Sulawesi. Khususnya di Pulau Jawa yang terus mengalami peningkatan jumlah penduduk yang signifikan setiap tahunnya, kebutuhan akan transportasi massal berbasis rel tentunya menjadi sebuah keharusan.

Banyak hal dilakukan terkait hal tersebut, diantaranya pembangunan elektrifikasi jalur Kereta Api Yogya-Solo, yang merupakan salah satu Program Prioritas dalam Pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pembangunan ini juga sejalan dengan komitmen Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk menyediakan layanan transportasi perkotaan yang mengedepankan konektivitas, integrasi antar moda, dan modernisasi pada seluruh aspek.

Khusus pada lintas Yogya-Solo, dipilihnya KRL adalah untuk pengembangan jalur kereta api di kawasan aglomerasi Yogya-Solo dan sekitarnya didasarkan pada beberapa faktor diantaranya:

  • Kajian studi yang memproyeksikan okupansi kereta lintas Yogya-Solo akan naik secara signifikan hingga tahun 2035, dengan kisaran jumlah penumpang mencapai 6 juta orang pada tahun 2021. Jika tidak diantisipasi maka lintas Yogya-Solo akan sangat padat dan
  • Potensi wisata yang tersebar luas di wilayah Yogya-Solo-Semarang dan sekitarnya, sudah tentu memerlukan dukungan transportasi massal yang nyaman, cepat, tepat waktu, dan harga yang terjangkau.
  • Pembangunan KRL di lintas Yogya-Solo ini relatif lebih efisien karena jarak yang ideal dan sudah memiliki jalur ganda.

Oleh karenanya pembangunan KRL ini adalah salah satu upaya Kemenhub dalam rangka menyediakan transportasi massal ramah lingkungan, mengurangi polusi, dan kemacetan yang mulai dirasakan kota Yogyakarta dan Solo, dan tentunya membiasakan masyarakat untuk mulai bepergian dengan angkutan umum. Pembangunan KRL Yogya-Solo sepanjang 62 KM telah dimulai sejak tahun 2019 dan selesai tepat waktu pada akhir tahun 2020.

Hadirkan KRL di Lintas Yogya-Solo

Dilakukannya penggantian KRD Prameks dengan KRL tentunya bukan tanpa alasan. Dari sisi okupansi KRL jauh lebih besar dibanding Prameks, akselerasi dan keandalan yang lebih baik sehingga headway bisa lebih kecil dan kenyamanan para penumpang baik dari sisi layanan ticketing maupun di dalam kereta juga meningkat.

Tidak itu saja, penggunaan kereta listrik ini lebih ekonomis dibanding kereta diesel sehingga biaya operasi pembentuk tarif lebih rendah. Hal lain yang tidak kalah penting adalah penggunaan energi listrik ini juga mendukung pengurangan polusi udara dan menjaga lingkungan dibandingkan KA diesel. Oleh sebab itu pengembangan kedepan adalah memanfaatkan energi listrik sebagai penggerak kereta.

Sementara itu untuk mengoptimalkan pengoperasian KRL Yogya-Solo, Kemenhub juga telah menambah titik stasiun layanan KRL dari semula 7 Stasiun saat dilayani KRD Prameks menjadi 11 Stasiun. Stasiun tambahan tersebut yaitu Srowot, Gawok, Delanggu dan Ceper. Penambahan ini diharapkan dapat mengubah kebiasaan masyarakat untuk lebih mau lagi menggunakan KRL. Ke-11 stasiun tersebut yaitu Stasiun Yogyakarta, Stasiun Lempuyangan, Stasiun Maguwo, Stasiun Brambanan, Stasiun Srowot, Stasiun Klaten, Stasiun Ceper, Stasiun Delanggu, Stasiun Gawok, Stasiun Purwosari, dan berakhir di Stasiun Solo Balapan.

Untuk tarif KRL Yogya-Solo adalah Rp8000, flat untuk semua stasiun pemberhentian. Tarif tersebut telah mendapatkan subsidi dari Pemerintah melalui skema Public Service Obligation (PSO). Namun demikian secara bertahap besaran tarif akan dilakukan penyesuaian. Kedepan, tidak menutup kemungkinan tarif KRL Yogya-Solo akan dihitung rupiah per km seperti KRL Jabodetabek. Untuk cara pembayarannya pun sama dengan KRL Jabodetabek yaitu dengan menggunakan Kartu Multi Trip (KMT), Commuterpay atau kartu uang elektronik bank.

Dalam sehari, terdapat 20 perjalanan KRL PP dengan waktu tempuh untuk sekali perjalanan dari Yogya ke Solo rata-rata 68 menit dengan 11 Stasiun pemberhentian. Waktu ini lebih cepat dibandingkan KRD Prameks yang memiliki waktu tempuh rata-rata 75 menit dengan 7 stasiun pemberhentian. Tentunya dengan kecepatan ini, masyarakat dapat bekerja dan beraktivitas dengan waktu yang lebih efisien.

Hadirnya KRL Yogya-Solo diharapkan meningkatkan aksesibilitas dan kemudahan bertransportasi serta memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga sekitar, khususnya yang berada di Yogyakarta, Klaten, dan Solo.

Subsidi Tujuh KA Perintis

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) meningkatkan alokasi anggaran Subsidi dan Lintas Pelayanan Angkutan KA Perintis sepanjang 2021. Diharapkan, dengan kenaikan anggaran ini pelayanan kereta api akan semakin baik. Pada 2021 total kontrak sebesar Rp. 211,7 Miliar untuk 7 lintas pelayanan KA Perintis. Nilai ini mengalami kenaikan sebesar 33% dari total nilai kontrak tahun 2020 sebesar Rp. 159,01 Miliar untuk 5 lintas pelayanan KA Perintis.

Direktur Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian Zulfikri mengatakan, kontrak ini merupakan satu penugasan pemerintah kepada PT KAI untuk menyelenggarakan angkutan keperintisan tahun anggaran 2021. Penugasan ditetapkan melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 346 Tahun 2020 tanggal 28 Desember 2020 tentang Penugasan Kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Untuk Menyelenggarakan Angkutan Perintis Bidang Perkeretaapian Tahun Anggaran 2021.

Pelaksanaan penugasan yang dinyatakan dalam kontrak angkutan perintis tahun 2021 meliputi:

  • KA Perintis Cut Meutia dengan lintas pelayanan Kuta Blang-Krueng Geukeuh sepanjang 21 Km. Frekuensi 8 KA/hari.
  • KA Perintis Amir Hamzah dengan lintas pelayanan Binjai –Besitang sepanjang 78,5 Km. Ini merupakan KA perintis baru yang akan beroperasi pada TA. 2021 dengan Frekuensi 4 KA/hari.
  • KA Perintis Datuk Belambangan dengan lintas pelayanan Tebing Tinggi – Pelabuhan Kuala Tanjung sepanjang 40 Km. Ini merupakan KA Perintis baru yang akan beroperasi pada TA. 2021 dengan Frekuensi 8 KA/hari.
  • KA Perintis Lembah Anai dengan lintas pelayanan Bandara Internasional Minangkabau–Kayu Tanam sepanjang 38 Km. Frekuensi 6 KA/hari;
  • KA Perintis Minangkabau Ekspres dengan lintas pelayanan Pulau Aie – Bandara Internasional Minangkabau sepanjang 25,5 km. Frekuensi 12 KA/hari.
  • KA Perintis LRT Sumatra Selatan dengan lintas pelayanan Bandara – DJKA sepanjang 23 km. Frekuensi 88 KA/hari.
  • KA Perintis Bathara Kresna dengan lintas pelayanan Purwosari – Wonogiri sepanjang 37 km. Frekuensi 4 KA/hari.

Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp