Jalur KA Ganda Pertama dengan Konstruksi Slab on Pile

Konstruksi Slab on Pile (SOP) ini dipilih tentunya dengan mempertimbangkan kondisi trase, misalnya tanah berair dan sering banjir saat musim hujan atau pada rawa-rawa.

Pembangunan KA Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) yang dibangun mulai dari Stasiun Kedundang ke Bandara YIA telah memasuki tahap akhir. Direktur Jenderal Perkeretaapian Zulfikri mengatakan pembangunan fisik jalur KA Bandara YIA secara umum  telah selesai dikerjakan, tinggal beberapa pekerjaan minor misalnya pengecatan bangunan stasiun, pemenuhan fasilitas penumpang, ruang Kepala Stasiun, dan juga ticketing gate yang dilakukan secara simultan.

Pembangunan jalur ganda  KA Bandara YIA dimulai pada Desember 2019, yang terdiri dari 2 segmen, yaitu segmen peningkatan jalur eksisting di wilayah Stasiun Kedundang sepanjang 1 Km dan penambahan jalur baru ke arah Stasiun Bandara YIA sepanjang   5,4 Km.

Proyek ini mencakup tiga pengerjaan utama, yaitu konstruksi jalur sepanjang 5,1 km yang merupakan elevated/layang, termasuk di dalamnya 16 unit konstruksi jembatan dan 300 m merupakan at grade, pembangunan stasiun Kedundang dan emplasemen Stasiun Bandara YIA. Selain itu, juga dilakukan pembangunan berupa fasilitas operasi seperti persinyalan dan telekomunikasi. Khusus untuk bangunan Stasiun Bandara dan overcapping-nya dikerjakan oleh  PT. Angkasa Pura I.

Zulfikri menjelaskan untuk jalur KA dengan panjang 5,1 km tersebut menjadi jalur ganda pertama  yang menerapkan konstruksi Slab on Pile (SOP). “Sebelumnya kita telah menerapkan metode ini di KA Bandara Adi Soemarmo Solo yang sudah beroperasi untuk jalur tunggal,”  jelasnya.

Konstruksi SOP merupakan sistem fondasi yang ditumpu oleh sistem kelompok tiang pancang dan diikat oleh pile cap (capping beam). Hal ini digunakan untuk menahan dan meneruskan beban dari  struktur atas ke dalam tanah yang mempunyai daya dukung (nilai spt) untuk menahannya. Oleh karenanya sistem fondasi tidak menggunakan tanah urukan, pengerasan atau beton, tapi dengan beberapa tiang pancang.

Konstruksi SOP ini dipilih tentunya dengan mempertimbangkan kondisi trase, misalnya tanah berair dan sering banjir saat musim hujan   atau pada rawa-rawa. “Melihat kondisi trase ke arah bandara yang sebagian tanahnya berupa sawah yang cenderung tergenang air, maka penerapan SOP ini menjadi pilihan tepat karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain waktu konstruksi yang lebih cepat, mudah dikerjakan, mutu konstruksi lebih terjamin karena precast pabrikan, pembebasan tanah yang tidak terlalu lebar, dan tidak menggangu saluran drainase atau irigasi,” imbuhnya.

Untuk konstruksi SOP ini sudah banyak diterapkan dalam pembangunan jalan layang, termasuk jalan tol. Selain teknik ini lebih murah, juga terjamin kualitas strukturnya dan biaya perawatan yang lebih sedikit. “Jalur layang ini juga menghilangkan perlintasan sebidang, yang berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas,” papar Zulfikri.

Proyek Kereta Api Bandara ini adalah salah satu Proyek Strategis Nasional yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. Proyek ini telah dicanangkan oleh Presiden Jokowi dengan total anggaran mencapai Rp1,1 Triliun yang bersumber dari APBN. “Anggaran besar ini masuk di dalam DIPA Direktorat Jenderal Perkeretaapian mulai tahun 2019, secara multiyears atau tahun jamak. Ini salah satu bukti dukungan Pemerintah dalam rangka membangun perkeretapian nasional agar lebih baik lagi,” ujar Zulkifri.

Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp