Jawa Tengah sedang gencar meningkatkan konektivitas melalui pembangunan sektor transportasi, khususnya integrasi destinasi pariwisata unggulan yaitu Yogyakarta, Solo, hingga Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur. Pembangunan transportasi ditujukan untuk memperlancar mobilitas penumpang dan dilakukan terhadap seluruh aspek transportasi baik sarana prasarana, sistem, maupun SDM. Hingga pada akhirnya, masyarakat akan lebih memilih untuk bertransportasi publik.
Adapun fokus utama pembangunan infrastruktur dan layanan transportasi untuk menghubungkan kedua wilayah, terletak pada tiga simpul transportasi yaitu: Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) dengan dukungan transportasi antarmoda, elektrifikasi jalur Kereta Api (KA) lintas Yogyakarta – Solo, dan revitalisasi Terminal Bus Tipe A Tirtonadi.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengapresiasi seluruh operator di setiap simpul transportasi atas dukungan serta bantuan dalam meningkatkan layanan kepada penumpang. Menhub Budi memastikan penumpang merasa aman dan nyaman dalam menggunakan transportasi publik, terutama di masa pandemi.
“Kami ingin masyarakat pengguna jasa transportasi di kota Yogya dan Solo tetap produktif beraktivitas dan bertransportasi, namun tetap aman dari penularan Covid-19. Kita harapkan sektor pariwisata di sini semakin membaik,” pungkas Budi Karya.
Selain ketiga simpul transportasi tersebut, pengembangan transportasi di Jawa Tengah pun mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 79 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan Kendal-Semarang-Salatiga-Demak-Grobogan, Kawasan Purworejo-Wonosobo-Magelang-Temanggung dan Kawasan Brebes-Tegal-Pemalang.
Peningkatan Konektivitas
Sejak diresmikan sebagai solusi kepadatan lalu lintas penerbangan di Bandara Adi Sucipto, Bandara YIA memberikan kenyamanan serta pengalaman baru masyarakat ketika menginjakkan kaki di Yogyakarta. YIA berperan penting dalam mewujudkan Borobudur dan Yogyakarta sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Mendukung peran tersebut, berbagai kemudahan akses menuju YIA pun menjadi perhatian Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Selain DAMRI yang telah melayani rute dari dan menuju YIA melalui sejumlah titik keberangkatan di pusat kota Yogyakarta, Bandara YIA memberikan kemudahan bagi masyarakat yang akan bepergian dari dan menuju bandara dengan layanan KA Bandara.
“Setelah sebelumnya pada Mei 2019 KA Bandara YIA beroperasi melalui Stasiun Wojo, nantinya layanan KA Bandara YIA dapat langsung masuk ke dalam Bandara YIA melalui Stasiun Bandara YIA,” ujar VP Public Relations KAI, Joni Martinus.
Pembangunan yang sebelumnya ditargetkan selesai akhir Desember 2021 pun ternyata berprogres lebih cepat dan diresmikan pada 27 Agustus 2021. Kini hadirnya KA Bandara dapat memangkas waktu tempuh Yogyakarta – Bandara YIA yang semula 90 menit menjadi 40 menit. KA Bandara YIA akan berhenti di empat stasiun pelayanan yaitu Stasiun Tugu Yogya, Stasiun Wates, Stasiun Solo Balapan, dan Stasiun KA Bandara.
Beroperasinya KA Bandara YIA sekaligus menjadikan YIA sebagai bandara dengan konektivitas dan moda transportasi pendukung terlengkap dan terintegrasi (kereta api, bandara, shuttle bus, DAMRI, taksi, dan angkutan darat lainnya). YIA pun mampu mengakomodir kebutuhan transportasi tidak hanya wilayah Yogyakarta, namun hingga ujung batas wilayah Jawa Tengah (Cilacap, Purwokerto, Kebumen, dan Banjarnegara).
Pengembangan Bandara
Selanjutnya selain Bandara YIA, pemerintah juga fokus pada pengembangan Bandara Jenderal Besar Soedirman Purbalingga atau Bandara JB Soedirman. Diresmikan sejak Juni 2021, Bandara JB Soedirman melayani penerbangan komersial dua kali dalam seminggu dengan rute Purbalingga-Jakarta dan Purbalingga-Surabaya.
Meski pembangunannya masih terus dikembangkan, Bandara JB Soedirman diharapkan dapat memberi kontribusi dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan aksesibilitas masyarakat Jawa Tengah khususnya bagian barat dan selatan (Banjarnegara, Purbalingga, Wonosobo, Cilacap, Banyumas).
Kemudian dari bagian timur Jawa Tengah, pemerintah fokus pada pembangunan Bandara Ngloram , Blora. Terletak di lokasi cukup strategis yaitu pada perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Bandara Ngloram nantinya bisa terkoneksi antarmoda transportasi. Saat ini, pembangunan terminal penumpang Bandara Ngloram sudah mencapai 98 persen dan ditargetkan melayani penerbangan komersial pada Oktober 2021.
Elektrifikasi Jalur KA
Kereta api masih menjadi transportasi primadona masyarakat karena memiliki enam keunggulan dibandingkan moda lainnya. Salah satunya adalah berorientasi pada pengguna (user oriented) yang berarti kereta api hadir sesuai dengan kebutuhan pengguna yaitu menjadi transportasi yang efektif dan efisien. Untuk itu, melihat kebutuhan masyarakat akan transportasi rute Yogya – Solo, pengembangan transportasi kedua adalah pengoperasian Kereta Rel Listrik (KRL) Yogya – Solo.
KRL Yogya – Solo merupakan KRL pertama yang beroperasi di luar Jabodetabek. Sebagai transportasi massal, KRL dinilai lebih efisien, ekonomis, dan ramah lingkungan. Sehingga dapat mempercepat mobilitas penumpang, serta meningkatkan pariwisata dan ekonomi.
Dalam satu hari, KRL Yogya – Solo melayani 20 perjalanan dengan tarif Rp8000 untuk semua pemberhentian stasiun. Kemudian agar pengguna layanan KRL semakin nyaman, di Stasiun Solo Balapan sebagai stasiun pemberhentian terakhir, sedang dilakukan revitalisasi stasiun yaitu membangun peron khusus jalur rel KRL. Sehingga nantinya pengguna KRL akan memiliki ruang tunggu sendiri yang terpisah dengan penumpang KA jarak jauh maupun KA bandara. Rencananya pembangunan peron akan selesai di akhir 2021.
Selain KRL Yogya – Solo, rute KA jarak jauh tetap beroperasi dengan syarat dan ketentuan yang berlaku yaitu menerapkan protokol kesehatan, membawa surat rapid antigen, dan sertifikat vaksin minimal dosis pertama. Sedangkan KA Aglomerasi tidak beroperasi selama PPKM.
Revitalisasi Terminal Tipe A
Revitalisasi terminal tipe A di sejumlah daerah di Indonesia dirancang untuk menggerakkan ekonomi lokal. Terminal Tipe A Tirtonadi Solo menjadi salah satu terminal yang sudah mulai direvitalisasi sejak 2007. Selain sebagai simpul transportasi, Terminal Tipe A Tirtonadi dilengkapi area pusat bisnis yang diharapkan mampu menggerakkan ekonomi warga.
Berdiri di lahan seluas lima hektar, Terminal Tipe A Tirtonadi dibangun kembali menjadi terminal yang jauh lebih bersih, aman, dan nyaman bagi penumpang. Bangunan dua lantai tersebut kini dilengkapi fasilitas pendingin ruangan, ruang tunggu yang nyaman dengan bangku panjang, televisi, dan monitor yang menunjukkan jadwal keberangkatan bus. Adapun lantai dua terminal menjadi pusat bisnis dengan pembangunan function hall, sport center, dan pusat kuliner.
Selanjutnya revitalisasi tidak hanya penambahan fasilitas di dalam terminal. Terminal Tipe A Tirtonadi kini terintegrasi dengan Stasiun Solo Balapan melalui jembatan penyeberangan layang atau sky bridge. Jembatan setinggi 5meter dengan lebar 3 meter ini memiliki panjang 680 meter dan sekaligus menghubungkan tiga moda transportasi, yaitu bus, kereta api, dan pesawat. Moda transportasi pesawat bisa diakses melalui Stasiun Solo Balapan yang juga menyediakan layanan KA Bandara menuju Bandara Adi Soemarmo dengan tarif Rp18 ribu.
Selama pandemi, meski terjadi penurunan jumlah penumpang sebanyak 50% baik kedatangan maupun keberangkatan, Terminal Tipe A Tirtonadi tetap melayani perjalanan baik bus AKAP, AKDP, dan Aglomerasi. Terminal Tipe A Tirtonadi juga menyediakan layanan rapid antigen bagi penumpang dengan tarif Rp80 ribu dengan syarat menunjukkan tiket perjalanan.
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat