Pensiunnya kereta api Prameks di 2021 ini, bukan berarti berhenti total melayani penumpang, namun relasinya berubah menjadi Yogyakarta – Kutoarjo dan sebaliknya dengan hanya delapan perjalanan saja setiap harinya. Di masanya, Prameks menjadi satu-satunya KA lokal yang melintasi Solo – Yogyakarta – Kutoarjo. Jarak yang ditempuh untuk kereta lokal terbagi dua, lokal jarak dekat dan lokal jarak menengah. Biasanya, jarak dekat berjarak tempuh 10-60 kilometer, sedangkan untuk jarak menengah berjarak tempuh 50-100
kilometer.
Riwayat
KA lokal rute Solo – Yogyakarta telah beroperasi sejak tahun 1960-an. Saat itu, kereta yang beroperasi ini sering disebut KA “Kuda Putih”. Dinamakan Kuda Putih karena pada kepala kereta terdapat lambang dua ekor kuda berbentuk hiasan kupu-kupu di atas kabin masinis. Kereta yang juga berjuluk “Turangga Seta” ini merupakan Kereta Rel Diesel (KRD) pertama di Indonesia. Kereta ini diberikan nomor seri MCDW 300, dan selanjutnya diproduksi oleh Pabrikan Jerman sebanyak tujuh buah.
Pada 1963, setiap satu rangkaiannya terdiri atas dua unit kereta yang semuanya berkabin masinis. Dikarenakan KRD ini sekilas mirip seperti bus, sehingga banyak yang menyebutnya dengan rel bus.
KRD Kuda Putih memiliki panjang sekitar 18.690 milimeter (mm), berat 32 ton, dan daya mesin 215 horse power (hp). Kereta yang dapat memacu tenaganya hingga 90 km/ jam ini, digunakan untuk jarak dekat dan menengah. Eksistensi kereta ini mulai populer ketika dekade 1970-an, dimana masyarakat yang bekerja maupun lainnya menggunakannya untuk perjalanan Solo – Yogyakarta atau sebaliknya.
Seiring berjalannya waktu, di era 1980-an kereta ini sering mengalami kerusakan. Suku cadang yang sulit didapatkan mengakibatkan armada tak bisa berjalan dengan optimal,
sehingga kereta ini diistirahatkan. Berhenti beroperasinya KRD Kuda putih membuat masyarakat yang melakukan perjalanan atau kebutuhan antar Solo – Yogyakarta menjadi terhambat, mengingat saat itu antusiasme penggunaan kereta ini cukup besar.
Munculnya Prameks
Setelah beberapa tahun beristirahat, pemerintah melalui PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) VI Yogyakarta membuat terobosan baru untuk mengembangkan jalur yang dulunya sempat ramai di Solo – Yogyakarta. Akhirnya, pada 20 Mei 1994, diluncurkanlah KA Prameks sebagai terobosan baru tersebut.
Di awal operasinya, Prameks menggunakan rangkaian KA Senja Utama Solo yang sedang istirahat. Munculnya KA Prameks, diikuti dengan terbukanya jalur lokal Solo – Yogyakarta yang sebelumnya sempat lama tak beroperasi.
Awalnya, rute yang dilayani Solo – Yogyakarta atau sebaliknya 2 kali sehari dengan tarif Rp2.000. Kemudian, Maret 2000, perjalanan diperpanjang dari Stasiun Solo Balapan ke Stasiun Solo Jebres, lalu diperpanjang lagi sampai Stasiun Palur di timur Solo.
Setelah jalur rel ganda KA Yogyakarta – Kutoarjo selesai dibangun, September 2007, PT KAI Daop VI Yogyakarta melakukan uji coba Prameks rute Yogyakarta – Kutoarjo sejauh 83 kilometer (km). Di akhir pekan, penumpang Prameks makin penuh, dikarenakan banyaknya warga Solo dan Kutoarjo yang antusias ingin jalan-jalan ke Yogyakarta. Waktu tempuh KA Prameks ini sekitar 75 menit yang melayani naik dan turun penumpang di lima stasiun, yaitu Yogyakarta, Wates, Wojo, Jenar, dan Kutoarjo.
Saat ini, tarif KA Prameks rute Yogyakarta – Kutoarjo sama seperti relasi Solo – Yogyakarta, yakni Rp8.000 per orang sekali jalan. Adapun cara pembeliannya dapat dilakukan melalui aplikasi KAI Access seperti yang selama ini telah dilakukan.
Pada 2010, mulailah digunakan rangkaian KA berupa Kereta Rel Diesel Elektrik (KRDE) dan KRD. KRDE yang dipakai adalah kereta rel listrik (KRL) Holec buatan Belanda yang direnovasi dan dimodifkasi oleh PT INKA tahun 1980.
Tenaga listrik KRDE ini dihasilkan mesin diesel merek Cummins. Diesel dianggap lebih murah dan praktis ketimbang tenaga listrik yang piranti pendukungnya harus dibangun di sepanjang rute. Sedangkan untuk jenis KRD yang dipakai adalah buatan sekaligus hibah dari Pemerintah Jepang tahun 1970-an, meskipun mesinnya tetap memakai Cummins.
Sementara itu, Prameks juga pernah berhenti sementara pada 2012, dikarenakan minimnya rangkaian kereta yang bisa beroperasi. Dari 3 rangkaian kereta yang ada saat itu, hanya satu yang layak beroperasi. Berawal dari dua kali sehari untuk pergi dan pulang, pengoperasian Prameks ditambah lagi dengan lima kali pergi pulang sehari. Selain itu, menanggapi antusiasme padatnya perkembangan jalur di Solo – Yogyakarta, pihak PT KAI Daop VI Yogyakarta menambahkan gerbong eksekutif.
Hingga tahun 2020, penumpang Prameks terus berkembang. Bahkan, kereta ini diadikan sebagai transportasi utama bagi orang yang bekerja atau “nglaju” dari Solo – Yogyakarta dan sebaliknya.
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat