Hadapi Tantangan MEA, Indonesia Butuh Pelaut Andal dan Kompetitif

Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia sebagai negara maritim. Ketersediaan sumber daya manusia, dalam hal ini, pelaut andal, adalah sebuah keharusan.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) mempersiapkan pelaut-pelaut andal melalui pendidikan maritim di Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran Jakarta.

Kemenhub ingin sumber daya pelaut Indonesia mampu bersaing dengan pelaut negara lain jelang berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2025.

Kepala BPSDMP Kemenhub, Djoko Sasono, mengatakan menjadi pelaut bukan perkara mudah. Mereka dihadapkan pada tantangan alam serta harus meninggalkan keluarga dalam waktu lama.

Selain itu, seorang pelaut juga membawa misi sebagai duta bangsa di kancah internasional. Oleh karena itu, kata Djoko, pelaut harus memiliki soft skill yang mumpuni bukan cuma berbekal materi kemaritiman selama mengenyam pendidikan.

“Dalam upaya membangkitkan dunia maritim Indonesia dan berhadapan dengan MEA, sumber daya pelaut harus mampu bersaing dan memiliki keunggulan baik sikap, pengetahuan dan keahlian,” ujar Djoko.

“Kita semua harus selalu produktif dan aktif dalam meningkatkan kemampuan diri sebagai pelaut profesional yang mampu bersaing secara global khususnya dalam menghadapi MEA,” dia menambahkan.

 

Sertifikasi Pelaut

MEA merupakan realisasi pasar bebas di kawasan Asia Tenggara. Pemberlakukan MEA memungkinkan peningkatan kerja sama negara-negara Asean dalam bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan pertahanan.

Wilayah laut Indonesia yang luasnya mencapai 3,25 km2 menyimpan banyak kekayaan sumber daya alam. Batas-batas kedaulatan negara juga sebagian besar berada di laut. Untuk memastikan hal tersebut dapat memberikan manfaat signifikan bagi negara dan warganya diperlukan tenaga kepelautan yang andal.

Mengacu pada urgensi tersebut, Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran (BP3IP) Jakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan di bawah BPSDMP kembali menyelenggarakan perpanjangan sertifikat pelaut melalui revalidasi, renewal, pemutakhiran dan endorsement.

Direktur BP3IP Jakarta, Ahmad menjelaskan kegiatan ini bertujuan meningkatkan kualitas SDM di bidang kepelautan yang memiliki nilai profesional, etika, standar global dan integritas (Prestasi). Perpanjangan sertifikat untuk para pelaut dilakukan dengan metode pelayanan langsung di tempat.

Kegiatan ini telah dilaksanakan di beberapa kota, yakni Banjarmasin, Samarinda dan Batam. Khusus di Batam, peserta sertifikasi juga berkesempatan mengikuti Sarasehan Diklat Standard Training Certificated Watchkeeping (STCW) dan Non STCW.

“Hal ini dilakukan agar para pelaut lebih mudah mengakses layanan pendidikan dan tidak perlu menghabiskan waktu serta biaya untuk ke Jakarta,” kata Ahmad, Kamis (14/7).

Metode pelayanan sertifikasi di tempat memungkinkan para pelaut meningkatkan kompetensinya tanpa harus meminta izin cuti yang cukup lama. Dengan demikian, tugas dan pekerjaan para pelaut tidak terganggu.

Dalam mengikuti sertifikasi, para pelaut melakukan pembelajaran secara asynchronous. Dalam praktiknya, pembelajaran asynchronous dilakukan secara daring dengan memberikan bahan ajar dan pengerjaan tugas tidak langsung. Bahan ajar dan tugas dapat berbentuk video beserta bahasa isyarat dan terjemahannya maupun bentuk lainnya.

“Program diklat dengan metode asynchronous ini dapat membantu para pelaut meningkatkan kemampuan dan kompetensinya dengan memanfaatkan teknologi tanpa harus meninggalkan pekerjaan dalam waktu lama,” ia mengakhiri. 

Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp