Transportasi menjadi bagian penting dalam mendukung mobilitas masyarakat baik di wilayah perkotaan maupun penyangga. Namun demikian, transportasi juga menghadirkan sisi buruk yakni pencemaran udara.
Emisi gas buang mesin kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) menyebabkan pemanasan global yang memicu perubahan iklim. Dampaknya bagi manusia perlahan mulai terasa; pergeseran musim, mencairnya es di kutub, sampai naiknya permukaan air laut.
Dalam satu dekade terakhir, negara-negara di dunia menaruh perhatian pada isu perubahan iklim. Mereka berlomba-lomba berinovasi pada kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan kendaraan ramah lingkungan bagi transportasi massal bukan hanya menekan kemacetan, juga berkontribusi mereduksi emisi gas buang yang menyebabkan efek rumah kaca.
Berikut ini penerapan transportasi non-bahan bakar fosil yang dilakukan oleh sejumlah negara maju di dunia dalam upaya menekan laju pemanasan global sekaligus meningkatkan kualitas hidup warganya.
· Swiss
Swiss menjadi pelopor dalam transportasi public yang berorientasi pada lingkungan dengan mengoperasikan bus listrik TOSA (Trolleybus Optimization Systeme Alimentation). Dalam operasionalnya, armada ini memanfaatkan teknologi flash charging untuk mengisi baterai hingga 400 kW hanya dalam waktu 15 detik.
Selain itu, bus TOSA juga dilengkapi dengan mesin pengisian daya yang tersedia setiap tiga atau empat stasiun. Penumpang dikenakan tarif saat naik atau turun. Menariknya, sumber listrik yang mengisi baterai bus TOSA berasal dari pembangkit listrik tenaga air.
· Korea Selatan
Sejak 2017, Pemerintah Kota Busan, Korea Selatan, telah mengoperasikan bus listrik ELEC CITY untuk memberikan pilihan transportasi ramah lingkungan. Bus ini dilengkapi dengan baterai lithium-ion polymer berkapasitas 256 kWh yang memungkinkan berkendara hingga 319 km dengan waktu pengisian daya selama 72 menit. Bus ini juga mampu beroperasi sejauh 170 km setelah melakukan pengisian singkat selama 30 menit.
Bus ELEC CITY memiliki spesifikasi keselamatan dan kenyamanan bagi penumpang. Armada transportasi massal ini memiliki lantai rendah, berbadan lebih lebar dan tinggi. Di bagian pintu masuk dan keluar dilengkapi pelat miring sebagai pengganti tangga untuk memudahkan kursi roda dan kereta bayi untuk masuk dan keluar.
· Polandia
Bagi Anda yang berkesempatan berkunjung ke Warsawa, ibukota Polandia, Anda akan dengan mudah menemukan trem listrik sebagai sarana transportasi umum yang minim polusi bagi penduduknya. Trem merupakan kereta listrik yang beroperasi di atas rel khusus di tengah kota.
Berbeda dengan kendaraan umum lainnya, trem menghasilkan lebih sedikit polutan, efektif dalam mengurangi debu mikro, dan memiliki kecepatan maksimum 70 km/jam serta mampu mengangkut sekitar 240 penumpang.
· Prancis
Taksi merupakan salah satu pilihan transportasi publik di kota-kota besar di Prancis. Sayangnya, taksi dianggap menjadi penyebab meningkatnya pencemaran udara di Prancis. Dengan jumlah kursi penumpang yang sedikit tidak sebanding dengan emisi yang dikeluarkan.
Baru-baru ini, Prancis memperkenalkan inovasi transportasi publik terbaru yang pastinya ramah lingkungan, yaitu taksi air berdaya listrik. Taksi ini memiliki 5 kursi, kecepatan maksimum 28 km/jam. Tenaga taksi air ini berasal dari listrik yang disimpan pada baterai. Artinya, sama sekali tidak menghasilkan gas rumah kaca seperti CO2.
· Australia
Bus bertenaga surya pertama di dunia beroperasi di Adelaide, Australia Selatan, dengan nama Tindo yang diisi ulang menggunakan 100% tenaga matahari.
Dengan kapasitas hingga 40 penumpang, bus ini juga dilengkapi dengan sistem pendingin udara (AC) untuk kenyamanan. Tindo mengandalkan 11 modul baterai Zebra dengan teknologi natrium/nikel klorida. Dalam sekali pengisian penuh, bus dalam menempuh jarak hingga 200 km, bahkan dalam kondisi lalu lintas perkotaan yang padat.
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat