Pelabuhan Makassar adalah salah satu pelabuhan utama di Indonesia selain Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta), Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya), dan Pelabuhan Belawan (Medan). Pelabuhan yang terletak di provinsi Sulawesi Selatan ini merupakan hub utama di kawasan timur Indonesia.
Sejak 2015 dilakukan pengembangan Pelabuhan Makassar menjadi Makassar New Port (MNP) yang masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). MNP diproyeksikan menjadi pelabuhan terbesar di wilayah timur Indonesia.
Pengembangan MNP bertujuan memperlancar dan meningkatkan efisiensi arus logistik, menstimulasi kegiatan ekspor impor di kawasan timur, serta mengefisienkan biaya ekspor yang selama ini dilakukan melalui Tanjung Priok dan Tanjung Perak. Dalam Program Tol Laut, kehadiran MNP menyinergikan 12 provinsi di wilayah timur Indonesia dan menghubungkan 34 provinsi.
“Di Pelabuhan Makassar, aktivitas pelayaran kargo domestik lebih banyak ketimbang pelabuhan utama lain yang lebih banyak aktivitas ekspor impornya. Di sini, memang pusatnya logistik wilayah timur, menjadi hubnya Tol Laut untuk kapal-kapal dari barat ke timur,” jelas Kepala Otoritas Pelabuhan Utama Makassar Muh. Anto Julianto.
Makassar New Port (MNP)
Pembangunan MNP dilaksanakan secara bertahap dan ditargetkan rampung pada 2025. Pada Tahap IA, sejumlah sarana dan prasarana yang telah dibangun antara lain dermaga sepanjang 320 m, container yard seluas 16 Ha dengan kapasitas 580 ribu TEUS, 4 unit Quay Container Crane (QCC), dan 16 unit Rubber-Tyre Gantry (RTG).
Pengoperasian MNP Tahap IA sejak November 2018 mampu mengurai kepadatan operasional, khususnya kegiatan peti kemas. Lalu lintas peti kemas MNP mengalami pertumbuhan rata-rata 30% per tahun. Sementara, rata-rata kunjungan kapal peti kemas di MNP mencapai 24 call per bulan dan bongkar muat peti kemas 11.877 TEUS per kapal.
Saat ini, pengembangan MNP Tahap 1B dan 1C tengah berlangsung. Progres konstruksi per 16 Mei 2022 telah mencapai 87,24%. Pada Tahap 1B, dermaga yang tengah dibangun sepanjang 330 m sedangkan pada Tahap 1 C dermaga yang dibangun sepanjang 350 m dengan kapasitas masing-masing 1 juta TEUS.
Tak hanya infrastruktur, dalam pengembangannya MNP bertransformasi melalui inovasi berbasis teknologi. “Diantaranya, penggunaan peralatan bongkar muat yang sebelumnya berbahan bakar fosil, sekarang sudah elektrik,” jelas Kepala Divisi Operasi PT Pelindo (Persero) Regional 4, Yusida M. Palesang.
“Elektrifikasi memaksimalkan kesiapan alat dan menekan down time sehingga berdampak pada kelancaran kegiatan operasional sekaligus mendukung MNP sebagai green port,” lanjutnya.
Salah satu tantangan dalam operasional MNP adalah akses dari dan menuju pelabuhan masih melewati daerah padat penduduk dan ramai kegiatan masyarakat. Saat ini, operator MNP tengah melaksanakan pembangunan jalan tol dalam tiga tahap.
Tahap pertama, pembangunan jalan tol yang menghubungkan pelabuhan lama dengan MNP. Kedua, pembangunan jalan akses dari bandara menuju MNP. Ketiga, pembangunan jalan yang menghubungkan MNP dan bandara.
“Dengan adanya jalan tol, lalu lintas keluar masuk kontainer bisa langsung dari tol menuju MNP sehingga pergerakan kontainer bisa cepat. Tidak lagi melalui jalan yang sempit, melewati pasar dan pemukiman penduduk,” ujar Anto Julianto.
Pelayaran Mudik
Geliat hilir mudik penumpang di Pelabuhan Makassar eks Soekarno-Hatta menunjukkan kenaikan pada musim Lebaran tahun ini. Pada puncak mudik di H-4 dan H-3 Lebaran tercatat lebih dari 31 ribu penumpang memadati pelabuhan.
Berdasarkan survei Badan Litbang Kementerian Perhubungan diperkirakan sepanjang 2022 ada 1,4 juta penumpang yang keluar masuk melalui Pelabuhan Makassar. Jumlah tersebut tersebut naik 234% dari tahun 2021 atau 73% dari tahun 2019.
“Jumlah penumpang di Pelabuhan Makassar saat mudik sekitar 2.000 sampai 3.000 orang. Terpaut jauh jika dibandingkan 2019, minus 50—60%. Tetapi, jika dibanding 2020 dan 2021, naik sampai 300%,” ungkap Anto.
Anto mengatakan, tujuan kebanyakan penumpang dari Makassar adalah Jawa dan Nusa Tenggara. Sementara, penumpang yang datang ke Makassar kebanyakan berasal dari Papua.
“Kalau penumpang, sebenarnya lebih banyak di Pelabuhan Parepare, terlebih di masa mudik Lebaran. Dari Parepare, banyak masyarakat yang ke Kalimantan dan Jawa. Tapi, memang fasilitas di Parepare tidak selengkap di Pelabuhan Makassar sehingga masih perlu ditingkatkan lagi dari aspek keselamatan dan keamanannya,” paparnya.
Selama musim mudik Lebaran tahun ini, Pelabuhan Makassar menyelenggarakan transportasi mudik yang mengedepankan aspek keselamatan, keamanan, dan kesehatan. Diantaranya optimalisasi potensi armada dengan mengimbau kepada seluruh operator kapal agar tidak terjadi penumpukan penumpang. Perusahaan pelayaran maupun operator kapal pun wajib meng-update informasi jadwal kapal.
Setiap kapal yang berlayar dipastikan telah mengantongi uji kelaiklautan dari Kesyahbandaran Utama Makassar. Tak kalah penting, langkah antisipasi cuaca, kesiapsiagaan tanggap darurat, dan—tentu saja disiplin protokol kesehatan. Dengan demikian, dapat terselenggara angkutan laut mudik yang berkeselamatan, sehat, dan aman.
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat