Pada tahun 2021 lalu, di Papua Barat terdapat 11 ribu hektar tanaman jagung, serta 7 juta tanaman pangan dan hortikultura. Hingga saat ini, pemanfaatan lahan maksimal di Papua Barat baru mencapai 33%. Sementara, secara umum potensi lestari sumberdaya perikanan laut sebesar 1.524.800 ton/tahun dan perikanan darat sebesar 268.100 ton/tahun. Angka tersebut belum termasuk potensi lahan untuk pengembangan budidaya laut dan tambak diperkirakan sebesar 1.663.200 hektar.
Berada di pulau paling timur negara Indonesia, potensi perekonomian Papua Barat sangat bergantung pada jalur distribusi barang melalui udara maupun laut. Salah satu infrastruktur vital di Papua Barat dalam mendukung aktivitas perdagangan adalah Pelabuhan Depapre di kota Jayapura.
Kehadiran Pelabuhan Depapre membawa asa bagi masyarakat Papua, khususnya yang tinggal di wilayah 3TP (Terpencil, Terluar, Tertinggal, Pedalaman). Pelabuhan ini tidak hanya berorientasi pada peningkatan akses dan konektivitas Papua dan Papua Barat, tetapi juga berfungsi sebagai support system penggerak perekonomian daerah di tanah Papua.
Pembangunan Pelabuhan Depapre sejalan dengan amanah Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat. Pembangunan gerbang laut ini, baik dari sisi darat maupun laut, dilakukan dalam rentang tahun 2015 sampai dengan 2020.
“Harapan kami seluruh pemangku kepentingan baikdari Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan unsur terkait lainnya, bersama-sama berperan aktif dan berkolaborasi dalam upaya meningkatkan kinerja Pelabuhan Depapre,” kata Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, dalam Forum Group Discussion (FGD) bertajuk Review Strategi Akselerasi Pengembangan Pelabuhan Depapre dan Infrastruktur Jalan Sentani Depapre Menuju Kebangkitan Ekonomi Masyarakat”.
Total investasi yang terserap dalam pembangunan sekitar Rp175 miliar yang berasal dari APBN. Dari total kebutuhan lahan seluas 74 hektar, telah dibebaskan lahan seluas 24,83 hektar. Pembebasan lahan dilakukan secara bertahap, mulai dari 2007 sampai 2013. Kebutuhan lahan juga dipenuhi dari pekerjaan reklamasi dengan luasan sekitar 15,67 Hektar.
Letak pelabuhan yang menghadap langsung ke Samudra Pasifik dinilai sangat strategis, baik secara geografis, geopolitik, maupun geostrategis, untuk dikembangkan menjadi Kawasan Strategis Nasional. Kawasan yang digadang menjadi hub di Indonesia Timur ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai gerbang perdagangan internasional di wilayah Asia Pasifik.
Pelabuhan Tol Laut
Pelabuhan Depapre disiapkan sebagai pelabuhan Tol Laut yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi logistik, transaksi barang dan jasa, serta mengembangkan potensi komoditas lokal. Sejak diresmikan pada Januari 2021, pelabuhan ini telah melayani Trayek T-19 yang menghubungkan wilayah Papua dan Papua Barat.
Trayek Tol Laut T-19 berangkat dari Pelabuhan Pangkal di Sorong. Lalu, singgah di beberapa pelabuhan, seperti Sarmi, Depapre/Jayapura, Biak, Merauke, dan Pomako, untuk kemudian kembali ke Sorong.
Sesuai Rencana Induk Pelabuhan Nasional, Pelabuhan Depapre akan terus dikembangkan untuk bidang kemaritiman yang lebih luas lagi yang akan menggerakkan roda perekonomian daerah. Adapun upaya pengembangan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Jayapura mencakup optimalisasi pelabuhan multipurpose dan container yard yang sudah beroperasi.
Kemudian, peningkatan transaksi kapasitas dan volume produk komoditas unggulan daerah, seperti batu ciping, pasir abu, dan kayu. Pengembangan potensi komoditas unggulan bukan hanya memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat Papua, juga sekaligus mengoptimalkan kinerja kapal Tol Laut lantaran tidak ada muatan yang kosong. Prioritas pengembangan juga dilakukan lewat optimalisasi destinasi pariwisata di wilayah sekitar pelabuhan.
Selain sisi kepelabuhanan, pengembangan juga harus dilakukan terhadap infrastruktur pendukung. Dalam hal ini, peningkatan dan perbaikan akses jalan dari dan menuju Pelabuhan Depapre. Kepala KSOP Kelas II Jayapura Agustinus mengatakan, akses jalan Sentani menuju pelabuhan belum memadai.
Padahal, fasilitas kepelabuhanan udah berfungsi dengan baik. Kondisi serupa juga ditemui pada akses jalan Terminal Petikemas Pelabuhan Jayapura (Port Numbay) yang mengakibatkan terhambatnya jalur logistik sehingga perlu mendapat perhatian, baik dari pemerintah pusat, pemda, maupun para pemangku kepentingan.
“Infrastruktur jalan yang menjadi akses ke pelabuhan, belum terlalu baik. beberapa bagian mengalami kerusakan sehingga menghambat lalu lintas kendaraan dari dan ke pelabuhan yang didominasi truk barang/ kontainer,” ujar Agustinus.
Kapal Perintis Papua
Selain berfungsi sebagai pelabuhan petikemas, Pelabuhan Depapre juga melayani angkutan laut perintis bagi penumpang. Kapal perintis ini menjadi angkutan primadona bagi masyarakat Papua karena menghubungkan berbagai daerah di Papua, khususnya wilayah 3TP.
Saat ini, Agustinus menyebutkan, ada lima trayek kapal perintis di Papua dengan Pelabuhan Jayapura sebagai pangkalan. Dari kelima trayek, tiga trayek di antaranya singgah di Pelabuhan Depapre, yaitu Trayek R-92, R-93, dan R-95.
Trayek R-93 dan R-95 dilayani kapal perintis yang dioperatori swasta. Sedangkan, trayek R-92 dilayani armada kapal milik PT Pelni. PT Pelni juga mendapat penugasan untuk melayani dua trayek lainnya, yaitu R-91 dan R-94.
Selain angkutan penumpang, kapal perintis juga menjadi angkutan logistik primadona di wilayah Papua. Dengan tarif angkutan barang maupun tiket penumpang yang terjangkau, tak ayal jika angkutan perintis menunjukkan tren peningkatan, baik penumpang maupun muatan barang.
Seiring waktu, angkutan perintis menunjukkan tren positif, baik dari sisi penumpang maupun muatan barang. Hal tersebut tak terlepas dari harga tiket penumpang maupun tarif tiket barang yang sangat terjangkau bagi masyarakat.
Tercatat, hingga Agustus 2022, realisasi muatan barang pada Trayek R-93 dengan armada KM. Lestari Permai mencapai 227 ton. Sedangkan, jumlah penumpang sebanyak 720 orang. Untuk KM. Sabuk Nusantara 29, realisasi muatan barang sebesar 66 ton dan penumpang sebanyak 7.167 orang.
Layanan kapal perintis di Pelabuhan Depapre tidak hanya meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas di Papua. Akan tetapi, turut berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, peningkatan trayek pelayaran perintis selaras dengan Tol Laut yang merupakan program strategis nasional.
Sinergi, kolaborasi, dan peran aktif dari seluruh pemangku kepentingan sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kinerja Pelabuhan Depapre, baik sebagai pelabuhan peti kemas maupun pelabuhan kapal perintis. (*)
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat