Kembangkan Potensi Wisata dengan Pembangunan Jalur Kereta

Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) merealisasikan pembangunan sarana dan prasarana perkeretaapian dalam mendukung geliat pariwisata.

Indonesia memiliki banyak potensi wisata untuk dikembangkan. Sektor pariwisata dapat dimaksimalkan untuk meraup devisa tanpa harus terus-terusan bergantung pada sektor lain seperti migas dan perdagangan.

Dalam menggenjot sektor pariwisata perlu dukungan akses serta konektivitas yang terwujud dalam penerapan transportasi berbasis wisata. Saat ini, di Indonesia tersedia empat moda transportasi yakni darat, laut, udara dan perkeretaapian.

Khusus moda perkeretaapian, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui DJKA terus berusaha menghadirkan jaringan kereta api dengan penunjang infrastruktur sarana dan prasarana memadai di berbagai wilayah Indonesia.

Kereta api dinilai dapat menjadi alternatif dalam mendukung geliat pariwisata. Dasar inilah yang mendorong DJKA merealisasikan penambahan panjang lintasan, merevitalisasi stasiun, serta menghidupkan kembali stasiun yang memiliki daya tarik wisata.

Sebagai contoh, kereta api Batara Kresna yang menghubungkan Solo dengan Wonogiri, Sepur Kluthuk Jaladara yang membelah kota Solo, kereta api wisata yang menggunakan lokomotif uap rute Ambarawa-Jambu-Bendono, kereta api wisata Cepu, dan Museum Kereta Api Ambarawa.

Konektivitas Aglomerasi Joglosemar

Kawasan Joglosemar adalah segitiga emas yang meliputi Yogyakarta, Solo, Semarang. Kawasan ini menjadi pusat perkembangan ekonomi di Jawa Tengah baik dari sektor pariwisata maupun industri.

Salah satu obyek wisata terkenal yang ada di sekitar wilayah Joglosemar adalah Candi Borobudur. Bangunan bersejarah yang terletak di Magelang ini merupakan salah satu dari lima destinasi wisata super prioritas yang terus dikembangkan sebagai “Bali Baru”.

Beroperasinya jaringan kereta api aglomerasi Joglosemarkerto memudahkan wisatawan domestik maupun mancanegara mencapai lokasi Candi Borobudur. Selain itu, wilayah yang dilewati jalur kereta dapat menikmati dampak positifnya yakni memudahkan mobilitas warga.

Tidak menutup kemungkinan dengan tersedianya jalur kereta yang menghubungkan tiga kota besar di Jawa Tengah berkontribusi memunculkan spot-spot wisata baru. Jika sudah demikian, masyarakat sekitar tinggal memetik buah manis dari operasional kereta api aglomerasi Joglosemarkerto. (Infografis 1)

Pengembangan Wisata di Jalur KA Jawa Barat

Di Jawa Barat, pembangunan jalur ganda (double track) kereta api Bogor-Sukabumi segmen Paledang-Cicurug telah selesai. Kemenhub memastikan jalur tersebut sudah dapat digunakan.

Setelah merampungkan proyek jalur ganda, DJKA selanjutnya akan merevitalisasi stasiun-stasiunyang melayani lintas Bogor-Sukabumi menjadi destinasi wisata heritage. Rencana ini bertujuan agar stasiun tersebut dapat menjadi daya tarik wisatawan dari Jakarta, Bogor, Sukabumi, dan sekitarnya.

Sudah sejak lama, wilayah Cicurug dikenal sebagai kampung para seniman ukir kayu jati. Nantinya, masterplan revitalisasi Stasiun Cicurug akan mengakomodir kebutuhan ruang pameran para seniman tersebut.

Wali Kota Bogor, Bima Arya, menyambut baik rencana Kemenhub mengintegrasikan layanan kereta api dengan wisata sejarah yang ada di sepanjang jalur kereta Bogor-Sukabumi.

“Di Bogor nantinya akan ada wisata sejarah Batutulis yang diintegrasikan dengan stasiun melalui konsep Transit on Development (TOD) Batutulis,” paparnya.

Kembali beroperasinya jalur kereta Bogor-Sukabumi mencuatkan optimisme kebangkitan sektor ekonomi dan pariwisata di Jawa Barat, khususnya wilayah yang dilalui jalur kereta tersebut. Dalam operasionalnya, kereta api Bogor-Sukabumi bukan hanya melayani angkutan orang, namun juga komoditi pangan.

“Kehadiran kereta api juga akan mengurangi tingkat kemacetan jalan. Kami harapkan ke depan angkutan barang dari dan ke Sukabumi bisa beralih menggunakan kereta api,” ucap Wakil Bupati Sukabumi, Iyos Soemantri.

Pembangunan jalur ganda Bogor-Sukabumi merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN). Dengan pembiayaan yang berasal dari Surat Berharga Syariah Nasional dan APBN multiyears/tahun jamak.

Adapun lintasan jalur ganda Bogor-Sukabumi dengan total sepanjang 57,650 kilometer spoor (km’sp) ini telah selesai dikerjakan sepanjang 26,6 km’sp pada segmen Paledang Bogor – Cicurug. Sedangkan untuk segmen parsial Cicurug – Sukabumi dengan total sekitar 31,05 km’sp akan mulai dikerjakan pada tahun ini. (Infografis 2)

Selain itu, pada tiga tahun terakhir, Kemenhub bersama PT KAI berusaha menghidupkan kembali (reaktivasi) jalur-jalur kereta api yang hilang di Jawa Barat. Upaya ini untuk memenuhi kebutuhan transportasi massal warga Jawa Barat yang telah disetujui Presiden Joko Widodo. (Infografis 3)

Untuk tahap awal, Kemenhub bersama KAI memprioritaskan reaktivasi jalur Cibatu-Garut. Jalur yang ditutup pada 1982 ini memiliki rute sepanjang 19,3 kilometer. Dengan reaktivasi jalur ini diharapkan mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah yang dilalui jalur kereta api.

Reaktivasi lintas Cibatu-Garut ini dilaksanakan sesuai dengan rencana tata ruang dan rencana pembangunan (RT/RWN, RIPN 2030). Dikuatkan oleh Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 50 Tahun 2020 tentang Penugasan kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk Penyelenggaraan Prasarana Perkeretaapian Umum Lintas Cibatu-Garut.

Tujuannya, memberikan kemudahan akses ke lokasi wisata, serta menawarkan efisiensi waktu distribusi logistik dan pemasaran produk industri kecil.

Di wilayah Garut, terdapat potensi wisata seperti curug, pemandian air panas, Taman Gunung Papandayan dan Guntur, Candi Cangkuang, Kampung Naga, dan lainnya. Sedangkan, komoditas unggulan Garut meliputi olahan coklat, hasil pertanian, hasil perkebunan, serta produk kerajinan kulit, dan sebagainya. (Infografis 4)

Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp