N-250 Gatotkaca, Kebanggaan Indonesia

Indonesia pernah memiliki pesawat terbang pertama hasil karya anak negeri sendiri bernama N-250 Gatotkaca. Pesawat ini menjadi bukti sejarah kehadiran transportasi udara kebanggaan bangsa Indonesia. Namun, pesawat kebanggaan tersebut tak bertahan lama, tinggal riwayat, dan kini beristirahat di Museum Pusat Dirgantara Mandala (Muspusdirla) Yogyakarta.

Karya Anak Bangsa

Berangkat dari mimpi besar B.J. Habibie, bapak teknologi Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) di era Orde Baru, menjadi tonggak awal sejarah terciptanya Pesawat N-250 Gatotkaca. Produksi N-250 bermula saat PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (PT IPTN) mendapat tugas dari pemerintah saat itu, untuk merancang bangun dan memproduksi sepenuhnya pesawat tersebut.

Pada 1989 BJ Habibie memperkenalkan N-250 di Paris Airshow Le Bourget Paris, dan saat itu dunia pun dibuat tercengang dengan pesawat N-250 yang dirancang oleh putera-puteri Indonesia. Tak lama berselang, di tahun 1992 pemotongan material N-250 memasuki tahap produksi ditandai dengan menekan spindle mesin computer numerical control machine (CNC) untuk melakukan pemotongan pertama material untuk bagian sayap di hanggar Fabrikasi (Aerostructure). Adapun komponen N-250 yang pertama dibuat, yaitu bagian sayap kiri atas berbahan baku aluminium alloy.

Kemudian, pada 1994 disebut sebagai tahun kelahiran N-250 Gatotkaca. Tepatnya pada 10 November 1994, prototipe N-250 pertama berkapasitas 50 penumpang itu keluar dari hanggar (roll-out) dan ditarik 50 karyawan IPTN. Selanjutnya, N-250 melakukan uji coba penerbangan perdananya pada 10 Agustus 1995.

N-250 mempunyai makna tersendiri, di mana ‘N’ berarti Nusantara, ‘2’ berarti bermesin dua, dan ‘50’ adalah kapasitas tempat duduk yang mampu menampung sebanyak 50 penumpang. Semula pesawat tersebut rencananya akan dibuat dengan kapasitas 30 penumpang saja, namun di tahun 1989 rencana tersebut diubah menjadi 50 penumpang.

Pesawat yang diproduksi IPTN yang kini bernama PT Dirgantara Indonesia (DI) ini dibuat untuk jangka waktu 30 tahun, dan dirancang tanpa mengalami dutch roll atau istilah untuk pesawat oleng. N-250 memiliki kecepatan terbang maksimal 610 km per jam (330 mil per jam), di mana kecepatan ekonomis pesawat ini sebesar 555 km per jam menjadi angka yang tertinggi di kelas turboprop 50 penumpang. Sedangkan, untuk ketinggian operasinya adalah 25.000 kaki (7.620 meter) dengan daya jelajah 1.480 km. N-250 dibuat untuk menjadi alat transportasi antarpulau atau antarkota, sehingga bentuknya tidak terlalu besar.

N-250 Gatotkaca menjadi satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mengunakan fly by wire system dengan memiliki jam terbang 900 jam. Selain itu, beberapa teknologi mutakhir lain yang digunakan pada pesawat ini, antara lain full glass cockpit with engine instrument and crew alerting system (EICAS), engine control with full autorithy digital engine control (FADEC). Pesawat ini juga dilengkapi electrical power system with variable speed constant frequency (VSCF), generator yang biasa dipakai dalam pesawat tempur, dan saat itu baru diterapkan pada B737-500. Kemudian, desain strukturnya lebih efisien, kokpit yang lebih luas, dan terbangnya pun lebih cepat dibandingkan dengan saingannya ATR 72 (Perancis), De Havilland-Q 400 (Kanada) dan MA60 (Cina).

Dimuseumkan

Siapa sangka pada 1998 lalu Indonesia mengalami krisis moneter, sehingga pengembangan Pesawat N-250 Gatotkaca tidak dapat dilanjutkan, dan akhirnya resmi dihentikan. Akibat penghentian proyek pengembangan N-250 yang berkepanjangan, akhirnya di tahun 2020 keluarlah Surat Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (SKEP) Nomor 284/VIII/2020 tanggal 14 Agustus 2020 yang menyebutkan, penugasan penerimaan hibah Pesawat N-250 Prototype Aircraft 01 (PA01) milik PT DI untuk ditempatkan di Museum Pusat Dirgantara Mandala (Muspusdirla) Yogyakarta.

Pesawat N-250 PA01 Gatotkaca merupakan pesawat pertama hasil dari grand strategy tahap 3 yang dicanangkan oleh B.J. Habibie, yakni Tahap Pengembangan Teknologi. Rencana membawa Pesawat N-250 ke museum di Yogyakarta, tak lain bertujuan untuk memamerkannya kepada masyarakat atas keberhasilan putra bangsa dalam dunia dirgantara. N-250 sedianya menjadi koleksi ke-60 yang dimiliki museum tersebut.  

Dalam proses me”museum”kannya, PT DI sudah melakukan proses pembongkaran pesawat. Diawali dengan membuka semua panel akses di bagian utama, baik itu engine, propeller, maupun struktur utama pesawat N-250, seperti body, wing, dan vertical stabilizer.

Tentunya, pelaksanaan pembongkaran mengedepankan safety, baik itu personel maupun peralatan yang digunakan. Hal itu dilakukan agar bagian-bagian struktur pesawat yang dibongkar tidak mengalami kerusakan hingga nanti dipasang kembali di Yogyakarta. Pada saat pengangkutan Pesawat N-250 PA01 Gatotkaca yang dibawa melalui jalur darat dari Bandung menuju Yogyakarta, diperkirakan menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 500 km.

Penyerahan N-250 PA01 Gatotkaca ke Muspusdirla Yogyakarta sebagai bentuk menjaga aset negara. N-250 mempunyai nilai historis yang tinggi, dan merupakan sejarah berdirinya industri dirgantara, sehingga masyarakat dapat melihat langsung di museum, sekaligus menjadi ajang edukasi dan motivasi bagi para penerus bangsa.

Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp