Indonesia sebagai negara kepulauan membutuhkan transportasi yang efektif juga efisien dalam upaya pemerataan pembangunan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Terlepas dari peran transportasi laut, kehadiran bandara besar dapat memfasilitasi penerbangan ke sejumlah wilayah yang masih belum terjangkau moda laut dan darat.
“Selain itu, berperan terhadap keselarasan pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang digambarkan sebagai lokasi dan wilayah di sekitar bandara yang menjadi pintu masuk dan keluar kegiatan perekonomian,” kata Kepala Otoritas Bandara Wilayah V Makassar, Sigit Widodo.
Mengacu pada narasi besar Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yakni “menghubungkan Indonesia”, bandara juga berfungsi sebagai penghubung sektor pariwisata yang masuk dalam program strategis nasional (PSN), khususnya di kawasan timur Indonesia.
“Kunci untuk membuat bandara menjadi ramai dan berhasil secara konektivitas, harus selalu terhubung baik dengan para stakeholdernya,” dia menambahkan.
Terletak di kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), yang berada di jalur perlintasan barat dan timur Indonesia, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin (SHIAM) memegang peran penting sebagai penghubung kegiatan ekonomi dari dan ke Kawasan Indonesia Timur (KIT).
Dengan keuntungan lokasi strategis di tengah-tengah kepulauan Indonesia, Bandara Sultan Hasanuddin membutuhkan peningkatan fasilitas agar mampu mengakomodir lalu lintas orang maupun logistik.
“Kesiapan bandara dan potensi yang harus disiapkan yaitu melihat jumlah penumpang yang semakin meningkat. Peningkatan jumlah penumpang merupakan barometer seberapa besar ekonomi masyarakat yang semakin meningkat,” Sigit melanjutkan.
Pengembangan Bandara
Pemerintah melalui Kemenhub terus mendukung proyek pengembangan Bandara Hasanuddin sebagai konektivitas udara wilayah timur Indonesia. Pengembangan yang dilakukan difokuskan pada peningkatan layanan dengan mengutamakan standar keselamatan dan keamanan penerbangan.
Sejak 2019, PT Angkasa Pura (AP) 1 sebagai operator bandara telah memulai proyek pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin untuk mengatasi permasalahan utama lack of capacity. “Proyek pengembangan ini dimulai sejak diberikannya surat perintah kerja pada 15 Februari 2019,” terang General Manager (GM) AP 1 Makassar, Wahyudi.
Wahyudi menjelaskan proyek pengembangan Bandara Hasanuddin menggandeng kontraktor Wijaya Karya (WIKA) yang mencakup perluasan terminal eksisting dari awal sekitar 51.815 meter persegi (m²) dengan kapasitas 7 juta penumpang per tahun, menjadi sekitar 144.480 m² dengan kapasitas 15,5 juta penumpang per tahun.
Selain itu, pengembangan juga meliputi perluasan terminal penumpang domestik eksisting ke sisi selatan, gedung parkir, dan akses jalan utama terminal. Beberapa pekerjaan tersebut masuk ke dalam pengembangan Tahap I Paket I, sesuai masterplan pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin.
“Kedepannya, Bandara SHIAM yang dikelola AP 1 terus dikembangkan hingga tahap ultimate, di mana pengembangan dibagi ke dalam empat tahap,” ungkap Wahyudi.
Pengembangan tahap II akan dimulai pada 2024 untuk mengakomodir penambahan penumpang yang diperkirakan bakal mencapai 21 juta orang per tahun, serta penambahan parking stand menjadi 47 parking stand.
Selanjutnya, pengembangan tahap III akan dimulai pada 2034. Pada tahap ini, pengembangan menitikberatkan pada penambahan kapasitas terminal menjadi 30,8 juta penumpang per tahun dengan 64 parking stand. Sementara pengembangan tahap IV yang akan dimulai pada 2044 difokuskan pada penambahan kapasitas ultimate terminal mencapai 40 juta penumpang per tahun dengan 78 parking stand.
“Pada masa pandemi ini, proyek pengembangan bandara tetap dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 yang ketat. Hal ini merupakan wujud komitmen AP 1 dalam mengatasi masalah lack of capacity tersebut,” terangnya.
Nantinya, setelah seluruh tahap pengembangan rampung, pengelola bandara akan melakukan penyesuaian flow penumpang untuk memudahkan proses check-in dan akses keluar terminal bandara.
“Misalnya, terminal check-in, nantinya akan berpindah ke tempat yang baru di lantai 3 paling atas, sedangkan lantai dasar akan menjadi terminal kedatangan yang selama ini berada di bandara eksisting akan dipindahkan kesana,” ujarnya.
Tidak hanya melayani pernebangan komersial, pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin juga dipersiapkan sebagai embarkasi haji dan umroh bagi calon jemaah dari wilayah Indonesia timur. Tahun 2022 ini diprediksi sebanyak 68 ribu orang akan berangkat umroh melalui Bandara Sultan Hasanuddin.
Selain perluasan terminal serta penambahan infrastruktur pendukung seperti junction yang menghubungkan bangunan terminal lama dan baru, fasilitas umum seperti kursi tunggu serta alat penyejuk udara (AC) akan diperbanyak untuk menjamin kenyamanan penumpang saat berada di area bandara. Kemudian, fasilitas lain yang tak kalah penting untuk dibenahi yaitu penerangan di toilet
Mengadopsi konsep smart airport, seluruh banner serta media pemberitahuan konvensional di area bandara akan dialihkan ke bentuk elektronik.
Akomodir Pergerakan Orang dan Angkutan Logistik
Sebagai penghubung wilayah Indonesia timur lewat udara, Bandara Sultan Hasanuddin memainkan peran vital dalam peningkatan ekonomi, baik lewat pergerakan orang maupun distribusi logistik. Beberapa maskapai penerbangan menuju Kawasan Indonesia Timur (KIT) harus transit di bandara yang memiliki dua landas pacu seluas 3100 meter x 45 meter serta 2500 meter x 45 meter ini.
Berdasarkan data Angkasa Pura Airports, pada triwulan I tahun ini, Bandara Sultan Hasanuddin telah melayani 2.169.687 penumpang dan 18.260 pergerakan pesawat. Adapun trafik kargo di Bandara Hasanuddin tercatat 19.902.726 kg.
Selama periode Lebaran 2022, Bandara Sultan Hasanuddin mencatat kenaikan penumpang sebesar 302 persen dibandingkan tahun lalu. Mulai dari H-7 sampai H+7, posko terpadu mencatat jumlah penumpang yang tiba mencapai 241.472 orang, sedangkan yang berangkat melalui Bandara Sultan Hasanuddin tercatat sebanyak 231.622 orang. Peningkatan penumpang pesawat dari dan ke Bandara Sultan Hasanuddin pada Lebaran tahun ini didorong kebijakan pemerintah yang melonggarkan perjalanan menggunakan transportasi, termasuk transportasi udara.
“Tahun ini akhirnya pemerintah melonggarkan aturan perjalanan orang dalam negeri dengan moda transportasi udara pada periode Hari Raya Idul Fitri 1443 H. Inilah yang menjadi acuan masyarakat untuk mudik. Bagi mereka yang sudah booster, tak mesti lagi melampirkan surat keterangan swab dan antigen. Makanya banyak warga yang memilih mudik,” jelas Wahyudi.
Gerbang Masuk Wisatawan
Selain bandara transit, Bandara Sultan Hasanuddin merupakan gerbang masuk bagi wisatawan yang tertarik menikmati pariwisata di kota para daeng. Taman Nasional Bantimurung dan Rammang-Rammang merupakan kawasan wisata yang dekat dengan Bandara Sultan Hasanuddin. Kawasan konservasi Bantimurung dikenal luas sebagai “The Kingdom of Butterfly”, sedangkan Rammang-Rammang terkenal dengan keindahan deretan perbukitan batu karsts.
Selain mendukung geliat wisata di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) khususnya di Makassar dan sekitarnya, Bandara Sultan Hasanuddin berperan memberikan akses dukungan transportasi udara dari dan ke destinasi wisata lain di provinsi terdekat. Sejak 2020 lalu, sejumlah maskapai nasional membuka rute baru Makassar ke Bandara Toraja.
Ini menjadi kabar baik bagi para wisatawan yang ingin berkunjung ke Tana Toraja untuk menyaksikan dari dekat ritual suku Toraja seperti rambu tuka (pesta syukuran) dan rambu solo (upacara pemakaman). Lainnya, wisatawan dapat mengunjungi wisata langka berupa kuburan batu, rumah adat Tongkonan serta panorama menakjubkan pegunungan yang indah serta kerajinan rakyat.
Kebijakan pemerintah Indonesia melonggarkan persyaratan bagi penumpang luar negeri memungkinkan operator Bandara Sultan Hasanuddin kembali melayani rute internasional mulai 28 April lalu. Pembukaan kembali penerbangan internasional ditandai dengan mendaratnya maskapai AirAsia AK330 asal Kuala Lumpur, Malaysia, yang mengangkut 140 penumpang.
Pengaktifan kembali rute internasional sebanyak dua kali per pekan yakni pada hari Kamis dan Sabtu diharapkan mampu mendorong kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulsel serta wilayah lain di Kawasan Indonesia Timur (WIT). Pada akhirnya, konektivitas ini akan bermuara pada kebangkitan sektor pariwisata yang sempat mati suri dalam dua tahun terakhir sebagai dampak pandemi Covid-19. Geliat pariwisata tentu akan berbanding lurus dengan perbaikan masyarakat sekitar.
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat