Sebagaimana arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi), pembangunan dan pengembangan infrastruktur di 5 destinasi pariwisata super prioritas harus dituntaskan di tahun 2020, dan selanjutnya untuk tahun 2021 akan difokuskan pada destinasi pariwisata yang lainnya.
Tentunya, ketersediaan infrastruktur transportasi udara akan semakin mempermudah akses ke kawasan wisata, dan mendongkrak lapangan kerja baru, sehingga dapat memberi nilai tambah bagi perekonomian mayarakat. Pariwisata Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, dan ke depannya bukan hanya sebagai prioritas penghasil devisa, namun pariwisata akan melaju menjadi andalan utama devisa negara. Hal itu, sejalan dengan pernyataan Presiden Jokowi yang telah menetapkan pariwisata sebagai leading sector dan core economy Indonesia.
Percepatan Pembangunan
Untuk meningkatkan pemasukan devisa dari sektor pariwisata, Kemenhub telah mengalokasikan dana untuk pembangunan infrastruktur dan pelayanan transportasi di 5 (lima) Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.
Adapun alokasi pembangunan khususnya terhadap sektor udara untuk kelima destinasi tersebut, yaitu Pertama, destinasi Danau Toba yang akan di topang oleh 2 (dua) bandara internasional yaitu, Bandara Silangit, dan Bandara Kualanamu. Untuk Bandara Silangit, akan dilakukan perpanjangan runway yang ada sekarang 2.800 meter (m) menjadi 3.200 m, sehingga dapat melayani pesawat komersil yang besar.
Selain kedua bandara tersebut, destinasi Danau Toba juga akan di topang oleh 1 bandara domestik yaitu Bandara Sibisa, yang rencananya akan dilakukan perpanjangan runway dari 1.200 m menjadi 2.000 m, dengan lebar 30 m. Bandara Sibisa juga akan dilengkapi apron berukuran 10×50 meter yang dapat menampung 3 pesawat sekelas ATR-72 yang dapat membawa wisatawan mendarat langsung ke sini. Karena, bandara ini dekat dengan Parapat yang merupakan pintu masuk kawasan Danau Toba.
Kedua, pada destinasi Borobudur dapat diakses melalui Bandara Adi Sutjipto, dan Yogyakarta Internasional Airport (YIA) Kulonprogo. Selain itu, dapat juga diakses melalui Bandara Ahmad Yani Semarang, dan Bandara Adi Soemarmo Solo, yang dilanjutkan melalui jalur darat.
Adapun Bandara YIA mempunyai panjang runway atau landasan mencapai 3.250 m x 45 m dengan nilai PCN 93 F/C/X/T, sehingga dapat melayani pesawat terberat seperti Boeing B-777 dan pesawat terbesar seperti Airbus A380. Nantinya, bandara ini bisa melayani pesawat besar seperti Boeing B777, B787, Airbus A330, A350 yang bisa terbang langsung ke Jepang, Korea, China, Australia, dan negara-negara di Timur Tengah. Selain itu, YIA memiliki terminal penumpang dengan luas sebesar 219.000 meter persegi (m²) yang dapat melayani 20 juta penumpang per tahun, memiliki garbarata empat unit, dan parking stand 23 slot seluas 159.140 m².
“Untuk akses dari dan ke YIA, telah disiapkan transportasi antarmoda sebanyak 4 trayek khusus untuk bandara dari total 13 trayek yang dilayani, selain itu dapat juga menggunakan kereta api khusus menuju ke YIA,” ujar Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi.
Ketiga, untuk destinasi Mandalika, Kemenhub telah mempersiapkan pintu masuk penerbangan melalui Bandara Internasional Lombok (BIL). Menhub Budi Karya Sumadi menyebutkan bahwa seluruh pembangunan infrastruktur di destinasi Mandalika untuk pengembangan pariwisata, termasuk di dalamnya untuk penunjang persiapan pelaksanaan MotoGP tahun 2021 di Mandalika.
Untuk pengembangan landasan BIL, saat ini tengah dilakukan perpanjangan runway dari panjang 2.750 m menjadi 3.300 m. Dengan perpanjangan runway menjadi 3.300 m ini, nantinya BIL dapat didarati pesawat berbadan lebar seperti Boeing 777. Pesawat yang sama jika dalam wujud pesawat kargo dengan kapasitas muatan maksimal, juga bisa mendarat.
Selain memperpanjang runway, juga dilakukan perluasan terminal bandara, dari yang saat ini luasnya 20 m² menjadi 40 ribu m². Dengan luas saat ini 20 ribu m², BIL dapat menampung 3,5 juta penumpang per tahun. Nantinya, melalui perluasan ini, BIL dapat menampung 7 juta penumpang per tahun.
Untuk pengembangan fasilitas kargo meliputi, perluasan terminal kargo, parkir truk, dan jalan akses khusus kargo. Kemudian, terkait dengan rapid exit taxiway, yaitu jalan yang menghubungkan apron, tempat parkir pesawat dengan landasan pacu. Dengan fasiltias ini, pesawat yang baru mendarat akan bisa lebih cepat meninggalkan landasan pacu, sehingga memungkinkan peningkatan jumlah penerbangan. Selain itu, juga akan ada pembangunan paralel taxiway di sisi timur dan barat landasan pacu, perluasan parkir pesawat sisi barat dan perbaikan access road airside, dan fasilitas penunjang.
Keempat, destinasi Labuan Bajo, dimana di sektor udara dilakukan perpanjangan runway Bandara Komodo pada tahun 2020 menjadi 2.450 m x 45 m dengan alokasi anggaran APBN. Sedangkan untuk perpanjangan selanjutnya menjadi 2.750 m x 45 m, perluasan apron, perluasan terminal penumpang domestik dan internasional, pembangunan terminal kargo, pembangunan helipad, pengembangan area komersial, parkir dan fasilitas pendukung lainnya, serta pengoperasian dan perawatan baik airside maupun groundside, pembiayaannya melalui skema pendanaan KPBU.
Nantinya, perpanjangan runway Bandara Komodo dapat didarati pesawat besar seperti Airbus 320, dan dapat meningkatkan kapasitas hingga lebih dari 4 juta penumpang per tahunnya. Selain perpanjangan runway, Bandara Komodo juga akan dikembangkan dengan cakupan perluasan apron seluas 20.200 m², perluasan terminal domestik seluas 6.500 m², pembangunan terminal internasional seluas 5.538 m², pembangunan terminal kargo seluas 2.860 m², serta pembangunan beberapa fasilitas pendukung lainnya.
Kelima, destinasi Likupang, di mana pintu masuk penerbangan melalui Bandara Internasional Sam Ratulangi, Manado. Untuk mendukung destinasi wisata super prioritas Likupang, Bandara Sam Ratulangi dilakukan pengembangan perpanjangan runway menjadi 2.800 m. Selain itu juga dilakukan pengembangan perluasan terminal penumpang dari 26.481 m² menjadi 57.296 m². Dengan perluasan terminal ini, maka kapasitas terminal tersebut meningkat dari 2,6 juta per tahun menjadi 5,7 juta penumpang per tahun.
Kemenhub akan terus meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah (Pemda) dan melibatkan partisipasi masyarakat sekitar pada proses pembangunan untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, terutama di wilayah sekitar KSPN. Selain itu, Kemenhub juga terus ‘ngebut’ untuk bisa segera menyelesaikan pembangunan infrastruktur dan fasilitas transportasi di 5 KSPN tersebut tepat waktu, tepat sasaran, dan dioperasikan secara profesional sesuai standar pelayanan. Hal itu tak lain dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa, pendapatan daerah, pengembangan wilayah, peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, dan pengembangan usaha.
Portofolio Rute Baru
Untuk bisa terus mendukung destinasi wisata super prioritas, selain adanya konektivitas dan integrasi yang lebih baik lagi khususnya di transportasi udara, dari mulai bandara internasional maupun domestik, sangat diperlukan adanya penciptaan portofolio rute-rute baru.
“Penciptaan portofolio rute baru ini agar semakin kaya rutenya, sehingga tidak hanya satu destinasi tertentu saja yang selalu ramai tetapi bisa mencapai juga destinasi-destinasi lain,” ujar General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok, Nugroho Jati.
Jati mengatakan, destinasi wisata super prioritas yang telah ditetapkan, nantinya dapat dibuat sistem transportasi yang rutenya melayani secara konektivitas dimulai terbang pada pagi hari dari satu lokasi, ke lokasi lain, kemudian ke destinasi berikutnya, dan itu dilakukan Pergi Pulang (PP), sehingga bisa dilakukan bundling dalam paket penjualan. “Sistem ini semacam hop on dan hop off. Artinya, 1 kali beli tiket bisa digunakan untuk beberapa destinasi yang ditetapkan, dengan waktu yang ditentukan secara fleksibel harinya,” terangnya.
Sistem bundling ini nantinya dapat menyeimbangkan antara rute-rute yang menguntungkan dengan rute-rute yang kurang menguntungkan. Istilahnya ada subsidi silang, sehingga tidak menimbulkan tebang pilih terhadap masing-masing destinasi wisata yang menjadi super prioritas. Tentunya, perlu dilakukan terlebih dahulu penataan konsepsi secara nasional yang tidak hanya berbicara terkait infrastruktur bandaranya saja, tetapi juga berbicara tentang infrastruktur ruang udaranya maupun penerbangannya itu sendiri.
Menurutnya, nantinya akan ada penambahan slot ruang udara yang mungkin tidak terlihat namun semuanya ada rute-rute di sana yang sekiranya butuh di tata akan seperti jalan tol yang paralel. “Ada 4 jalur ke arah barat akan jauh lebih baik daripada hanya satu jalur, tetapi perpotongannya ada di mana-mana. Hal itu secara infrastruktur ruang udara akan berdampak pada keamanan dan keselamatan serta pelayanan, karena mayoritas akan mencari jarak terdekat, sehingga operator penerbangan bisa lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar.”
Jati menyebutkan, jika dapat diambil rute yang terdekat akan jauh lebih baik, misalkan dari satu titik ke titik yang lain bisa dilakukan secara langsung. “Tentunya, regulasi dan kebijakannya pun akan diatur sesuai dengan kebutuhan, efisiensi, dan peningkatan wisatawan baik domestik maupun internasional terhadap destinasi wisata super prioritas. Inilah yang nantinya dapat mewujudkan harapan tentang konektivitas maupun integrasi sistem transportasi udara di Indonesia,” harapnya optimis.*
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat