Penerapan Eco Airport di Bandara Internasional Indonesia

Pemanasan global (global warming) menjadi isu lingkungan paling krusial dalam 10 tahun terakhir. Mobilitas manusia memanfaatkan berbagai macam moda transportasi berdampak pada kenaikan akumulasi karbondioksida di atmosfer bumi.

Selain kendaraan berbahan bakar minyak (BBM), asap pabrik dan pembangkit listrik tenaga batu bara, sektor penerbangan juga ikut berkontribusi pada perubahan iklim. Menurut data Badan Energi Internasional, industri penerbangan menyumbang 2% emisi CO2 secara global pada tahun 2022. Pada tahun 2050 diprediksi menjadi 3% dengan asumsi trafik tumbuh 5% per tahun.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) selaku pemangku kebijakan di bidang transportasi menaruh perhatian pada isu tersebut. Kemenhub melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah mengeluarkan surat nomor AU.105/1/4/DRJU-212 yang menginstruksikan kepada seluruh pengelola bandara internasional, baik PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II maupun Kepala Bandara Unit Pelaksana Teknis (UPT) segera menerapkan konsep bandara ramah lingkungan (eco airport). Instruksi tersebut diperkuat PP Nomor 40 tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara dan Keputusan Dirjen Perhubungan Udara SKEP/124/ VI/2019 tentang Eco Airport.

Eco airport dapat diartikan sebagai bandara yang telah melakukan penataan dalam pemenuhan standar lingkungan dan upaya menerapkan strategi lingkungan untuk konservasi sumber daya dan energi, menggiatkan konsep pengurangan, pemanfaatan kembali, pendauran ulang, serta meningkatkan kreativitas di bidang lingkungan.

Contoh sederhananya, setiap limbah dari pesawat, dapur pesawat, makanan dan terminal semuanya harus melalui pengolahan limbah pada waste water treatment plant (WWTP). Bandara berkelanjutan dengan pendekatan eco airport memiliki beberapa program yang harus diterapkan.

Pertama, dekarbonisasi (net zero emissions). Seperti Airport Carbon Accreditation (ACI), pendataan emisi bandar udara melalui Airport Carbon and Emission Reporting Tools (ACERT), penggunaan LED, kendaraan listrik, dan energi terbarukan. Kawasan bandara patut mendapat perhatian, supaya pergerakan kendaraan untuk penumpang maupun barang tidak terlalu banyak dan jauh. Karena bila terlalu jauh, tentunya akan mengeluarkan energi dan emisi yang banyak.

Pengembangan kawasan aerotropolis menjadi satu upaya untuk meminimalkan pergerakan penumpang dan barang di kawasan bandara. Selain itu, memanfaatkan lahan parkir seminimal mungkin. Meskipun parkir memang menjadi sumber revenue yang cukup besar di bandara, tetapi memperluas lahan parkir artinya akan mengundang banyaknya penggunaan kendaraan pribadi. Dampaknya adalah emisi, kemacetan, dan sebagainya.

Kedua, desain bandara yang berkelanjutan secara fisik. Implementasinya berupa mendesain terminal yang bisa mengolah sampah atau limbah, serta tidak bertumpu pada pendingin udara dan pencahayaan yang dapat memakan energi besar. Selain itu juga ada beberapa hal terkait pengembangan bandara berkelanjutan yaitu bandara harus bisa terlindung dari risiko perubahan iklim. Misalnya perubahan suhu, cuaca ekstrem, hingga gempa.

Ketiga, pengembangan bandara tanpa merusak alam dan biodiversitas daerah setempat. Hal ini meliputi pengawasan terhadap kebisingan, kualitas udara, emisi karbon, dan kemacetan akibat operasional bandara. Keempat, keberadaan bandara harus dapat meningkatkan kesehatan pegawai, masyarakat sekitar, dan pengguna. Bandara juga harus dapat berperan lebih di tengah masyarakat (community engagement), dengan menyediakan  lapangan kerja baru untuk masyarakat sekitar.

Penerapan fasilitas yang ramah lingkungan di bandara tentu bisa membantu pencegahan lingkungan tercemar, sehingga mengurangi risiko penurunan kondisi kesehatan makhluk hidup, terutama manusia.

Dikutip dari situs resmi Angkasa Pura I (AP I), konsep eco airport sudah dijalankan di empat bandar udara di tanah air. Direktur Utama Angkasa Pura I, Faik Fahmi, mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan 15 bandara lain yang mereka kelola untuk sertifikasi green airport.

Bandara Eco Airport di Indonesia
1. Bandara Internasional Ahmad Yani, Semarang
Penerapan konsep eco airport pada Bandara Internasional Ahmad Yani di Semarang, Jawa Tengah, terlihat pada pengembangan terminal baru. Bangunan terminal baru didominasi penggunaan kaca yang ramah lingkungan berupa sun-energy green.

Sun-energy green dianggap ramah lingkungan karena dapat merefleksikan sinar matahari untuk mengoptimalkan efisiensi pendingin ruangan di area terminal penumpang. Selain itu, Bandara Internasional Ahmad Yani juga mempunyai program pengelolaan limbah, termasuk pengolahan air limbah, limbah padat, serta limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan pengelolaan sampah terpadu (waste management).

2. Bandara Internasional Yogyakarta, Kulon Progo
Bandara Internasional Yogyakarta menerapkan konsep eco airport dengan penggunaan kaca yang ramah lingkungan. Bandara ini juga punya sistem pengelolaan air yang mengedepankan aspek lingkungan. Di Bandara Internasional Yogyakarta, air hujan dimanfaatkan dan diolah sumber air alternatif untuk operasional bandara. Bandara ini menggunakan Rain Water Tank untuk pemanfaatan air hujan.

3. Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali
Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, telah menerapkan secara penuh standar ISO 14001 dalam upaya mengusung konsep bandara ramah lingkungan. Bandara ini menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang terpasang di sejumlah fasilitas bandara. Solar cell ini menjadi sumber listrik alternatif yang mampu mengurangi ketergantungan listrik dari suplai pembangkit listrik tenaga batu bara.

4. Bandara Internasional Banyuwangi
Bandara ini mengoptimalkan sistem udara alami ke dalam bangunan sebagai pengganti mesin penyejuk udara (air conditioner/AC). Area bandara dipenuhi tanaman hijau, sehingga membuat suasana jadi asri dan sejuk. Mengurangi beban listrik untuk penerangan di siang hari, bagian atap bandara menggunakan sunroof sebagai pencahayaan alami di siang hari. Selain itu, bandara ini juga melakukan konservasi dengan menyediakan kolam-kolam air hujan yang terpasang dekat toilet. Bandara Internasional Banyuwangi pernah masuk daftar 20 besar bandara dengan arsitektur terbaik di ajang Aga Khan Awards for Architecture (AKAA) di tahun 2022.

Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp