Jembatan Udara & Angkutan Darat Perintis: Perkuat Jalur Logistik di Papua

Konsep angkutan multimoda yang mengintegrasikan Tol Laut, Jembatan Udara, dan angkutan darat perintis tak hanya membuka alur logistik. Namun, utamanya adalah membangun konektivitas dan membuka aksesibilitas untuk pemerataan pembangunan hingga ke seluruh pelosok Tanah Air, khususnya di Papua.

Jembatan Udara

Pada 2021, Ditjen Perhubungan Udara (Hubud) Kemenhub menargetkan pengembangan rute angkutan udara perintis kargo dan subsidi angkutan udara kargo sebanyak 40 rute dengan 6 koordinator wilayah. Yaitu, Timika 8 rute, Dekai 11 rute, Masamba 2 rute, Tarakan 4 rute, Tanah Merah 3 rute, dan Oksibil 12 rute.

Sampai dengan 2024, dalam Renstra-nya, Kemenhub telah menetapkan target 41 rute jembatan udara yang terdiri dari 39 rute kargo perintis dan 2 rute subsidi kargo. Dari 41 rute tersebut, 35 rute khusus untuk jembatan udara Papua.

Program Jembatan Udara memang difokuskan di wilayah Papua karena sulitnya akses darat di Papua. Hal tersebut disebabkan kondisi topograf Papua yang bervariasi, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, dan terdapat rangkaian pegunungan tinggi sepanjang 650 km di bagian tengah pulau. Kondisi tersebut menyebabkan masyarakat yang berada di kawasan sekitar pegunungan sangat mengandalkan transportasi udara.

Maka, Kemenhub pun menginisiasi jembatan udara sebagai angkutan udara kargo dari satu bandara ke bandara lainnya dan/atau dari bandara ke bandara di daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan (3TP), terutama di wilayah Papua. Kehadiran jembatan udara diharapkan mampu membuka akses, meningkatkan konektivitas, serta menggerakkan ekonomi di Papua.

Inisiatif tersebut direalisasikan Kemenhub melalui penyediaan layanan Angkutan Udara Perintis Kargo dan Subsidi Angkutan Udara Kargo. Pada TA 2020, terdapat 27 rute angkutan udara perintis kargo dan subsidi angkutan udara kargo. Rute tersebut terbagi dalam 3 koordinator wilayah, yaitu Timika 7 rute, Dekai 10 rute, Masamba 2 rute, Tarakan 3 rute, dan Tanah Merah 5 rute.

Sejak digulirkan 2017, jembatan udara dinilai efektif menurunkan biaya logistik di Papua dan wilayah 3TP lainnya. Dengan konsep angkutan multimoda, jembatan udara telah mendukung Program Tol Laut dalam mewujudkan ketersediaan (availability), kemudahan akses dan konektivitas pengiriman (accessibility), serta mengurangi disparitas harga barang sehingga lebih terjangkau oleh masyarakat (afordability).

Angkutan Darat Perintis

Untuk mendukung tol laut dan menjamin ketersediaan logistik ke seluruh pelosok Indonesia, Ditjen Perhubungan Darat (Hubdat) Kemenhub juga memberikan subsidi angkutan barang perintis. Subsidi diberikan melalui penugasan kepada Perum Damri untuk melakukan pelayanan angkutan barang di daerah 3TP.

Pada 2020, Perum Damri telah menjalankan layanan angkutan barang perintis yang menyambungkan sejumlah pelabuhan Tol Laut dengan bandara maupun titik tujuan distribusi lainnya. Di antaranya, Pelabuhan Selat Lampa— Ranai di Natuna (Kepulauan Riau), Pelabuhan Pomako—Bandara Mozes Kilangin (Timika), Pelabuhan Pomako—Gerai Maritim, Kantor/Gudang BUMD PPM—Bandara Mozes, dan Pelabuhan Merauke—Bandara Tanah Merah.

Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp