Dengan luas wilayah 1,9 juta km2, Indonesia merupakan negara terluas ke-14 sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia. Saat ini, tercatat lebih dari 17.000 ribu pulau yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pulau-pulau kecil dan tidak berpenghuni. Dengan karakteristik wilayah seperti demikian, Indonesia membutuhkan dukungan transportasi dalam upaya pemerataan kesejahteraan.
Angkutan udara perintis, juga dikenal sebagai penerbangan perintis, merujuk kepada layanan penerbangan yang melayani rute-rute yang kurang popular atau terpencil yang sulit dijangkau oleh layanan penerbangan komersial besar. Layanan penerbangan perintis memungkinkan mobilitas penduduk, pengiriman barang, dan pelayanan medis ke wilayah-wilayah yang jauh dari pusat kota.
Angkutan udara perintis berimplikasi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena mampu mencapai wilayah yang terpencil, membuka dan membangun serta mengembangkan daerah-daerah yang terisolasi yang selanjutnya mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan sosial budaya, pendidikan, kesehatan, Pariwisata dan lain sebagainya.
Layanan angkutan udara perintis terwujud berkat kerja sama antara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (DJPU) Kemenhub melalui Direktorat Angkutan Udara dengan Badan Usaha Angkutan Udara (BUAU). Dalam pelaksanaannya, angkutan udara perintis melayani rute penerbangan daerah terpencil, tertinggal, terluar dan perbatasan (3TP).
Program angkutan udara perintis menjadi bukti komitmen negara hadir dalam memfasilitasi pemenuhan kebutuhan pokok dan logistik yang berkelanjutan. Dampak yang mungkin timbul dari program ini adalah menekan disparitas harga pokok di wilayah 3TP.
Di tahun 2023 ini, program angkutan udara perintis penumpang dan kargo telah beroperasi di 21 koordinator wilayah (korwil). Data DJPU menunjukkan angkutan udara perintis telah melayani 220 rute penumpang dan 41 rute kargo. “Setelah penandatanganan kontrak pada akhir 2022 lalu, akhirnya semua koordinator wilayah telah melakukan penerbangan perdana perintisnya, baik penumpang maupun kargo,” ucap Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Maria Kristi Endah Murni.
DJPU Kemenhub menganggarkan dana sebesar Rp 500,1 miliar untuk subsidi program angkutan udara perintis penumpang dan kargo di sepanjang tahun ini. Subsidi yang dialokasikan bertujuan untuk memberikan keringanan tarif bagi masyarakat karena sebagian biaya operasional dari operator telah dibayarkan oleh pemerintah. Bagi angkutan perintis barang/kargo, subsidi yang diberikan pemerintah memungkinkan pengiriman barang tidak dikenakan biaya lagi. Pada akhirnya, skema tersebut dapat menjaga stabilitas barang di daerah terpencil.
Adapun operator transportasi udara yang telah bekerja sama dengan pemerintah dalam program angkutan udara perintis, yakni PT Asi Pudjiastuti Aviation, PT Nasional Global Aviation, PT Asian One Air, PT Smart Cakrawala Aviation, PT Semuwa Aviasi Mandiri, dan Trigana Air Service.
Dalam pelaksanaannya, operator-operator penerbangan tersebut melayani angkutan udara perintis kargo subsidi sebanyak 40 rute dan satu rute angkutan udara kargo yang dikenal dengan nama program Jembatan Udara tersebar di enam korwil, yaitu Tarakan, Masamba, Dekai, Timika, Oksibil, dan Tanah Merah.
“Mekanisme pengangkutan kargo tersebut dimulai dari tol laut menuju gudang penyimpanan lalu dikirim melalui darat dengan Damri ke gudang kargo di bandara. Selanjutnya, didistribusikan menggunakan pesawat menuju bandara atau lapangan terbang di daerah 3TP,” jelas Direktur Angkutan Udara DJPU Kemenhub, Putu Eka Cahyadi.
Tak bisa dipungkiri subsidi menjadi harapan keberlangsungan program angkutan udara perintis. Namun demikian, pemerintah mengindikasikan subsidi yang diberikan bersifat stimulus. Artinya, pemberian subsidi angkutan udara perintis mendorong berkembangnya rute komersial sehingga nantinya subsidi dapat dialihkan ke daerah lain yang membutuhkan.
“Harapan kami, semakin banyak daerah yang tadinya dilayani angkutan perintis naik kelas menjadi komersial, karena tujuan dari pemberian subsidi adalah semakin meningkatnya taraf hidup dan daya beli masyarakat di daerah tersebut,” ucap Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi.
Untuk tahun 2024, Kemenhub telah menganggarkan subsidi angkutan udara perintis sebesar Rp 554 miliar, jumlah ini lebih besar dari tahun 2023. Anggaran tersebut nantinya akan dialokasikan untuk 42 rute penerbangan perintis kargo, 220 rute penerbangan perintis penumpang, satu subsidi kargo, serta subsidi BBM penumpang dan kargo.
Realisasi angkutan udara perintis
Berdasarkan data DJPU, realisasi angkutan udara perintis penumpang sepanjang tahun 2022 mencapai 99,7 %, semenyara penerbangan perintis kargo mencapai 98%. Kendala alam seperti cuaca buruk, keamanan dan ketersediaan barang menjadi faktor penyebab realisasi penerbangan perintis tidak mencapai 100%. Namun demikian, program penerbangan perintis sepanjang tahun lalu mampu menurunkan harga di sejumlah wilayah terpencil. “Hal ini juga menjadi salah satu cara pengendalian inflasi di beberapa wilayah,” ucap Putu.
Hasil survei lapangan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan per 31 Januari 2023, penurunan harga ditemukan di Kabupaten Mimika. Harga minyak goreng yang sebelumnya Rp100 ribu per liter turun setengah harga menjadi Rp50 ribu per liter. Harga daging ayam juga turun 50% dari Rp200 ribu per kilogram menjadi Rp100 ribu per kilogram.
Catatan yang sama juga ditemukan di wilayah lain di Papua. Di Kabupaten Nduga, masyarakat kini bisa menikmati harga minyak goreng Rp25 ribu dari yang sebelumnya menyentuh Rp50 ribu per liter. Harga beras juga mengalami penurunan dari Rp30 ribu per kilogram menjadi Rp15 ribu per kilogram.
Wilayah lainnya yang mengalami penurunan harga bahan pokok, yakni Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Luwu Utara. Di Nunukan, harga terigu turun dari Rp33 ribu per kilogram menjadi Rp18 ribu per kilogram, harga gula yang awalnya Rp32 ribu per kilogram menjadi Rp19 ribu per kilogram. Di Luwu Utara, masyarakat bisa bernapas lega pasalnya harga minyak goreng turun hampir setengah harga dari awalnya Rp65 ribu per liter menjadi Rp35 ribu per liter.
“Kedepannya, diharapkan program ini terus berjalan untuk membuka keterisolasian daerah 3TP, meningkatkan pemerataan pembangunan, dan menekan disparitas harga, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat,” Putu menambahkan.
Tantangan
Data di atas dapat menjadi gambaran bagaimana program angkutan udara perintis memberi dampak nyata dalam pengendalian harga barang di wilayah yang jauh dari pusat kota. Idealnya, jangkauan program ini dapat diperluas guna merealisasikan pemerataan kesejahteraan ke seluruh negeri. Namun demikian, program ini bukan tanpa hambatan.
Permasalahan yang dapat dipetakan dalam pelaksanaan program angkutan udara perintis mencakup banyak aspek. Banyaknya rute dan karakter korwil yang bakal dibuka berbanding terbalik dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) di bidang transportasi udara. Saat ini, SDM yang memiliki kualifikasi khusus di 85 area/daerah pegunungan masih kurang. Tantangan lainnya, terbatasnya armada pesawat perintis, kondisi keamanan dan teknis bandara perintis, termasuk juga faktor alam seperti cuaca buruk dan bencana alam.
Untuk masalah keamanan, DJPU telah berkoordinasi dengan pemda dan pihak keamanan TNI/Polri dalam memberikan pengawalan dan pengamanan selama operasional penerbangan angkutan udara perintis.
“Tentunya, keamanan tersebut sifatnya menyeluruh, tidak hanya di bandara saja. Hal itu dilakukan untuk terus mengembangkan dan mendukung berbagai kebutuhan dari angkutan udara perintis,” pungkas Putu.
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat