Berada di Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Terminal Tirtonadi yang berdiri di atas lahan seluas lima hektar awalnya merupakan sebuah taman yang indah bernama Taman Tirtonadi. Taman ini sangat populer di kalangan masyarakat Solo pada masanya.
Seiring berjalannya waktu diikuti dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan transportasi, pemerintah memutuskan mengubah fungsi taman menjadi terminal karena lokasinya yang strategis di pinggir jalan antar provinsi sehingga cocok dijadikan sebagai pusat transportasi. Setelah resmi beroperasi pada Juli 1976, Terminal Tirtonadi terus mengalami perkembangan dan perluasan.
Transformasi Terminal Tirtonadi
Sebagai salah satu bagian dari sistem transportasi yaitu simpul jaringan transportasi umum, terminal memegang peranan penting dalam memperlancar kegiatan transportasi. Dalam hal ini, terminal berfungsi sebagai tempat pemberangkatan dan kedatangan kendaraan serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung untuk kenyamanan penumpang. Diantaranya, ruang tunggu, toilet, dan area komersil.
Adapun agar pengelolaan terminal lebih efektif dan efisien, pemerintah membagi terminal menjadi tiga tipe yaitu A, B, dan C. Setiap tipe terminal memiliki karakteristik, kapasitas, dan fungsi yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi wilayah.
Dengan posisi yang strategis diikuti kapasitas dan fasilitas yang memadai, Terminal Tirtonadi menjadi salah satu terminal tipe A terbesar di Jawa Tengah. “Terminal Tirtonadi merupakan posisi yang sangat strategis karena ada di tengah wilayah Surakarta. Sehingga aksesibilitasnya sangat tinggi berbeda dari kondisi terminal yang lain,” Kata Kepala Kantor Terminal Tipe A, Joko Umboro Jati.
Terminal Tipe A Tirtonadi beroperasi setiap hari melayani angkutan penumpang Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP). Terminal ini mampu menampung kapasitas maksimum hingga 140 bus. Hingga November 2024, Terminal Tirtonadi telah melayani kedatangan dan keberangkatan kendaraan dan penumpang dengan total 17.921 kendaraan dan 141.139 penumpang. (Infografis 1)
Dari sisi operasional, penyelenggaraan Terminal Tirtonadi terbagi atas empat zona, yakni zona penumpang yang telah memiliki tiket, zona calon penumpang yang belum memiliki tiket, zona perpindahan penumpang, dan zona pengendapan kendaraan.
Disamping itu, pengembangan fasilitas terminal pun terus dilakukan. Sesuai arahan Kementerian Perhubungan, pengembangan terminal tipe A saat ini diarahkan pada konsep mixed use, yaitu penggunaan sebuah bangunan untuk lebih dari satu kegunaan.
Dengan konsep tersebut, Terminal Tirtonadi kini dilengkapi dengan sejumlah fasilitas yang lebih modern. Tidak hanya sebagai tempat naik turun penumpang, tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial, ekonomi, seni dan budaya masyarakat. (Infografis 2)
“Pengembangan dan inovasi terus kami lakukan tidak hanya ditujukan untuk masyarakat pengguna transportasi, tetapi juga masyarakat sekitar kawasan terminal,” terang Joko Umboro.
Joko Umboro menuturkan, hadirnya beragam fasilitas di Terminal Tirtonadi diharapkan dapat menunjang kebutuhan masyarakat sekaligus menarik minat lebih banyak orang untuk datang ke terminal. Sebagai contoh, saat ini masyarakat khususnya sebuah komunitas bisa dengan mudah menyewa Sport Hall dengan tarif Rp50.000/jam untuk mengadakan turnamen olahraga atau sekedar berlatih.
“Cara booking nya cukup dengan konfirmasi melalui WhatsApp yang sudah disosialisasikan melalui media sosial dan papan pengumuman di terminal,” kata Joko Umboro.
Selain itu, tersedia juga Gedung Convention Hall dengan berbagai fasilitas seperti AC, toilet, lantai karpet, dan musholla yang umumnya disewa untuk acara pernikahan atau pertunjukan musik. Sedangkan guna meningkatkan edukasi tentang transportasi umum dan sarana prasarana terminal, Terminal Tirtonadi juga membuka wisata edutrip bagi siswa-siswi taman kanak-kanak hingga sekolah dasar.
“Terminal Tirtonadi bekerja sama dengan Bus Trans Jateng dalam menggelar acara edutrip bagi siswa-siswi. Setiap bulannya, tingkat kunjungan anak melalui edutrip tidak kurang dari 500 anak. Kita sambut dan berikan fasilitas dengan mengakses ruang tunggu, tempat pemberhentian bus, tempat pemberangkatan bus, lokasi pembelian tiket bus, Skybridge dan Taman Lalu-lintas Portable,” kata Joko Umboro.
Adapun dari sisi konektivitas, Terminal Tirtonadi telah terhubung dengan Stasiun Solo Balapan melalui Skybridge sepanjang 438 meter. Jembatan ini memudahkan masyarakat untuk berpindah transportasi dari bus ke kereta atau sebaliknya tanpa keluar dari terminal. Dengan kelengkapan yang dimiliki, menjadikan terminal ini layak disetarakan dengan bandara.
Kemandirian Pengelolaan
Berkat pengembangan fasilitas diikuti pelayanan terbaik bagi masyarakat, Terminal Tirtonadi menyabet penghargaan sebagai Terminal Penumpang Terbaik II tingkat nasional. Penghargaan tersebut, memperkuat transformasi Terminal Tirtonadi menjadi Badan Layanan Umum (BLU) sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 11 Tahun 2024 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Terminal Tipe A Tirtonadi.
“Karena Terminal Tirtonadi (di Solo Jawa Tengah) sebagai pilot project maka harus lebih optimal dengan menerapkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, kredibilitas, tanggung jawab dan keadilan,” kata Kepala Bagian SDM dan Umum Ditjen Hubdat Kemenhub Eko Agus Susanto dalam keterangan di Jakarta.
Dalam hal ini, Terminal Tirtonadi memiliki tugas dan fungsi, susunan organisasi, tata kerja, dan kewajibannya sendiri. Layanan BLU diharapkan mampu menghasilkan manfaat yang mendukung stabilisasi ekonomi dan fiskal, pengelolaan ini sejalan dengan praktik bisnis yang sehat yakni senantiasa meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat