Sinergi Semua Lini Transportasi Majukan DPSP Likupang

Berada sekitar 48 km di sebelah timur laut Kota Manado, Likupang merupakan sebuah kecamatan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Untuk mencapai Likupang, dapat menempuh perjalanan selama 45 menit dari ibu kota provinsi, Manado.

Popularitas Likupang sebagai destinasi wisata memang belum setenar Taman Nasional Bunaken yang mendunia. Bahkan, masih banyak yang keliru menganggap Likupang sebagai Kupang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sejatinya, panorama Likupang tak kalah memukau dengan Taman Laut Bunaken. Bumi Nyiur Melambai—begitu julukan Likupang ini menyajikan hamparan pasir putih nan lembut yang berpadu birunya laut dengan bukit-bukit diselimuti beraneka ragam tumbuhan.

Dengan potensi alam yang dimiliki, Likupang ibarat mutiara yang tersembunyi di ujung utara Pulau Sulawesi. Hal inilah yang kemudian menjadi pertimbangan pemerintah menetapkan Likupang sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) seperti yang tertuang dalam RPJMN 2020 – 2024.

Untuk mendorong pengembangan sektor pariwisata di Likupang yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, pemerintah juga menetapkan Likupang sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2019 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Likupang.

Menariknya, pengembangan DPSP Likupang mengusung konsep Regenerative Tourism Area atau Kawasan Pariwisata Regeneratif. Dalam hal ini, pembangunan tidak hanya fokus pada infrastruktur, juga mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan dan sosial.

Pengembangan Bandara

Sebagai bentuk dukungan terhadap DPSP Likupang, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah merumuskan serangkaian langkah strategis untuk mengoptimalkan konektivitas nasional terhadap kawasan Likupang. Dalam hal ini, Kemenhub menaruh perhatian pada pengembangan Bandara Sam Ratulangi Manado yang merupakan pintu gerbang Sulawesi Utara.

Pengembangan bandara meliputi perluasan dan beautifikasi terminal eksisting, perluasan gedung terminal baru, serta penambahan sarana infrastruktur bandara. Perluasan dan beautifikasi area terminal meliputi area check-in, boarding lounge, make-up area, lobi, dan penambahan unit toilet. Sedangkan perluasan terminal baru meliputi pembuatan area imigrasi, karantina, bea cukai, dan boarding lounge.

Pengembangan bandara mencakup perluasan dan penambahan kapasitas terminal penumpang Bandara Sam Ratulangi. Awalnya, luas terminal penumpang 26.481 meter persegi dengan kapasitas 2,6 juta per tahun akan ditingkatkan menjadi 57.296 meter persegi dengan kapasitas hingga 5,7 juta penumpang per tahun.

“Selain pengembangan fisik, kami juga mendorong agar bandara ini bisa dimanfaatkan untuk wisata maupun maskapai. Kami berkomunikasi dengan stakeholder, pemda, dan maskapai serta memberikan stimulus-stimulus yang bisa menarik minat maskapai untuk datang ke Manado, baik maskapai dalam maupun luar negeri,” jelas General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Sam Ratulangi Minggus Eko Tri Budoyo Gandeguai.

Imigrasi Bandara Sam Ratulangi mencatat ada 52.080 kunjungan wisatawan mancanegara di bandara kebanggaan masyarakat Manado tersebut dalam rentang Agustus 2022 sampai Agustus 2023. Jumlah tersebut naik 298,62% dari periode Agustus 2021 hingga Agustus 2022 sebanyak 13.065 turis asing. Selain mengeksplorasi pariwisata Manado, banyak wisatawan mancanegara tertarik mengunjungi Likupang untuk menikmati kekayaan wisatanya, mulai dari perairan, bukit, sampai budaya.

Tantangan yang dihadapi dalam menarik minat wisatawan berkunjung ke Likupang adalah masih tingginya harga tiket pesawat dan terbatasnya jumlah penerbangan. Langkah strategis yang dapat dilakukan adalah meminta maskapai menambah jumlah penerbangan langsung, khususnya dari luar negeri.

Selain itu, ketersediaan kursi ditambah sehingga bisa menstabilkan harga dan terjangkau untuk wisatawan. Langkah tersebut direspon baik oleh maskapai mancanegara, maskapai China Southern Airlines menambah frekuensi empat penerbangan dari yang awalnya dua penerbangan. Kemudian, Singapore Airlines melalui Scoot yang saat ini memiliki empat jadwal penerbangan mengajukan penambahan satu atau dua menggunakan Singapore Airlines dengan pesawat berbadan lebar.

Sejalan dengan upaya tersebut, Otoritas Bandara (Otband) Wilayah VIII menggandeng stakeholder transportasi maupun pelaku usaha pariwisata untuk menyinergikan sumber daya serta pembuatan kebijakan yang tertuju pada terciptanya konektivitas di wilayah kerja Otband VIII terutama di Sulawesi Utara.

“Kami berkomunikasi dengan Pemda maupun pengusaha setempat untuk merumuskan solusi. Kami juga usulkan ke Pemda agar dilakukan sosialisasi kepada masyarakat dan memberikan subsidi tiket agar masyarakat menjadikan moda transportasi udara sebagai pilihan utama. Begitu juga, para pengusaha setempat agar bisa memanfaatkan transportasi udara untuk mendistribusikan produk hasil alamnya, seperti ikan,” papar Kepala Otoritas Bandara Wilayah VIII Ambar Suryoko.

Komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder terkait—seperti PT Angkasa Pura dan AirNav juga dilakukan Otband VIII dalam rangka pengawasan dan pengendalian terhadap kelaikudaraan, keamanan, angkutan udara, bandar udara, dan navigasi.

“Lewat sinergi dan kolaborasi ini, kami hadirkan layanan transportasi udara yang memberikan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan kepada masyarakat,” ujar Ambar.

Gerbang Internasional Likupang

Untuk menunjang DPSP Likupang dari sisi maritim, pengembangan fasilitas Pelabuhan Laut Likupang telah dilakukan sejak 2020 lalu. Dari sisi darat, pengembangan berupa pembangunan terminal penumpang wisata dan menyiapkan lahan parkir untuk bus-bus yang mengangkut penumpang pariwisata.

Kemudian, dari sisi kepelabuhanan berupa rehabilitasi dermaga eksisting serta membangun dermaga apung pariwisata, trestle, dan dermaga kapal rede. Pelabuhan Rakyat (Pelra) pun tak luput dari perhatian Kemenhub. Selain menempatkan petugas kesyahbandaran sebagai pengawas keamanan dan keselamatan pelayaran, pembangunan juga menyasar dermaga di pelabuhan yang telah beroperasi sejak zaman Belanda tersebut.

“Pelabuhan Laut Likupang sangat siap untuk mendukung DPSP Likupang. Pelabuhan ini bisa menjadi pintu masuk ke DPSP Likupang, termasuk ke pulau-pulau yang ada di sekitar Likupang, seperti Pulau Bangka, Lihaga, Gangga, Kinabuhutan, dan Talise,” ujar Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas III Likupang Mohammad Qowi.

Sebagai informasi, DPSP Likupang dikelilingi banyak pulau dengan potensi wisata bahari yang menarik, di antaranya Pulau Lihaga dan Bangka. Dua pulau tersebut memiliki 26 spot diving yang terkenal sampai mancanegara.

Selain itu, Pelabuhan Laut Likupang juga telah menjadi gerbang internasional bagi cruise maupun yacht asing yang akan masuk ke Indonesia. Peran strategis ini telah diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pelayanan Kapal Wisata (Yacht) Asing dan Kapal Pesiar (Cruiseship) Asing di Perairan Indonesia.

Tidak hanya di Likupang daratan, pengembangan fasilitas kepelabuhanan juga menjangkau hingga ke Pulau Bangka. Pembangunan pelabuhan laut multipurpose di Pulau Bangka nantinya dapat disinggahi semua jenis kapal, mulai dari kapal roro, kapal penyeberangan, kapal niaga, hingga kapal pengangkut alat berat.

“Untuk pembangunan pelabuhan di Pulau Bangka, Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara telah menyediakan lahannya. Saat ini, Kemenhub sudah menyelesaikan tahap pra-fs (feasibility study) di 2022 dan fs di 2023. Dari 4 alternatif lokasi, sudah didapat satu lokasi yang layak, yaitu Desa Kahuku. Tahun 2024, kami lanjutkan dengan studi-studi perencanaan, lalu konstruksi setelah uji studi perencanaan,” ungkap Qowi.

Selain menyiapkan infrastruktur kepelabuhanan, langkah nyata lainnya berupa penambahan sarana pariwisata maritim berupa kapal wisata bottom glass. Dasar kapal ini memiliki kaca sehingga memungkinkan penumpangnya melihat keindahan alam bawah laut tanpa perlu menyelam.

Ada empat unit kapal bottom glass yang dibangun untuk melengkapi sarana pariwisata maritim, yaitu dua kapal jenis catamaran untuk dioperasikan di DPSP Labuan Bajo, NTT dan dua kapal jenis trimaran untuk dioperasikan di DPSP Likupang. Menariknya, kapal ini merupakan karya terbaik anak bangsa dari Institut Teknologi Surabaya (ITS).

“Nantinya, satu kapal akan berlabuh di Pelabuhan Laut Likupang dan satu kapal lagi di Pelabuhan Laut Manado. Kedua kapal ini telah dihibahkan Kemenhub kepada Pemda Sulut,” ujar Qowi.

Selanjutnya, pengelolaan, pemanfaatan, serta pengoperasian kapal bottom glass akan diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Dengan strategi pengelolaan yang baik, kapal ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan daerah dari sektor pariwisata.

Wisata Likupang makin lengkap dengan berlabuhnya kapal selam wisata “Golden Manta” di dermaga apung Pelabuhan Likupang. Kapal selam wisata pertama di Indonesia ini akan menawarkan pesona bawah laut Likupang kepada wisatawan. Kapal selam asal Spanyol ini diimpor PT Bhineka Mancawisata—yang juga tengah membangun Hotel Marriot di Likupang.

“Saat ini, kapal selam masih dalam tahap sertifikasi di Direktorat Perkapalan dan Kepelautan Kemenhub. Termasuk kru kapalnya masih dalam tahap pelatihan. Kapal ini akan beroperasi bersamaan dengan Hotel Marriot pada 2024 mendatang,” jelas Qowi.

Dalam memastikan keamanan dan keselamatan pelaksanaan transportasi maritim di kawasan DPSP Likupang menjadi tanggung jawab UPP Kelas III Likupang. Perluasan wilayah UPP Kelas III Likupang telah diatur dalam Permenhub Nomor 17 Tahun 2023.

Layanan Perintis untuk Logistik

Saat ini, terdapat dua pelabuhan di Likupang. Pelabuhan Laut Likupang difungsikan sebagai infrastruktur transportasi laut pengangkut logistik, sedangkan Pelabuhan Penyeberangan Likupang diperuntukan bagi angkutan laut yang membawa masyarakat. Pengelolaan Pelabuhan Penyeberangan diserahkan kepada Pemda setelah bangunan pelabuhan direhabilitasi oleh Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD).

Pelabuhan Laut Likupang dioperasikan melayani kapal-kapal perintis yang melayani transportasi ke daerah 3T, seperti Pananaru (Kabupaten Sangihe) dan Melonguane (Kabupaten Talaud). Rute Likupang – Pananaru dilayani KMP Tarusi milik PT ASDP Indonesia Ferry cabang Kota Bitung, sedangkan Rute Likupang – Talaud – Melonguane dilayani KMP Watunapato milik PD Talaud.

“Di wilayah Bitung, kami mengoperasikan enam kapal. Dua kapal melayani rute komersial, yaitu Bitung – Ternate dan Bitung – Tobelo. Sedangkan empat kapal lainnya merupakan kapal perintis yang melayani pulau-pulau terluar, salah satunya KMP Tarusi yang melayani rute Likupang – Pananaru,” papar General Manager PT ASDP Kota Bitung Arief Eko.

Menurut Andrie Justus, Supervisor PT ASDP yang bertugas di Pelabuhan Laut Likupang, muatan KMP Tarusi adalah didominasi oleh truk-truk pengangkut logistik. Biasanya, truk-truk tersebut membawa muatan sembako dari Likupang menuju Pananaru. Sebaliknya, dari Pananaru truk akan mengangkut hasil bumi seperti kopra, cengkih, dan pala.

Dalam sekali perjalanan, KMP Tarusi dapat mengangkut 13 truk berukuran sedang, plus empat truk berukuran besar. Adapun logistik yang diangkut truk pada penyeberangan melalui Pelabuhan Laut Likupang berupa hasil bumi seperti pala, cengkih, dan kopra. Dalam operasionalnya, KMP Tarusi juga dapat memuat mobil minibus pribadi. Untuk unit tersebut, tetap diberlakukan tiket subsidi lintasan Likupang ke Pananaru.

“Ini (pelayaran) perintis, tarifnya subsidi lintasan. Kalau seperti mobil Avanza, kena (tarif) Rp. 1.298.190. Sudah termasuk 4 penumpang termasuk driver-nya,” jelas Andrie Justus.

Pelayaran perintis yang dioperasikan PT ASDP Kota Bitung tidak hanya meliputi wilayah Sulawesi Utara. Layanan ASDP Kota Bitung juga mengalokasikan dua kapal komersil untuk menjangkau pulau-pulau terpencil di wilayah Maluku Utara. Kapal-kapal tersebut diperuntukan bagi angkutan logistik berupa sembako, hasil bumi, dan barang kebutuhan sehari-hari.

“Memang kapal perintis kami fokus pada layanan distribusi logistik. Melalui penugasan ini, kami memastikan masyarakat di wilayah 3T dapat tersuplai logistiknya. Makanya, kebanyakan penumpang kapal kami adalah truk-truk logistik. Ke depannya, selain melayani kelogistikan, kami pun berminat untuk melayani sektor pariwisata sekaligus mendukung pariwisata Likupang,” pungkas Eko.

Transportasi Terintegrasi

Saat ini, masyarakat ataupun wisatawan bisa dengan mudah mencapai Likupang setelah tersedianya armada bus DAMRI yang melayani rute Manado – Likupang. Untuk mendukung konektivitas DPSP Likupang, DAMRI menyediakan tiga armada yang melayani tiga rute, yaitu dua rute Bandara Sam Ratulangi – Likupang dan satu rute Likupang – Bitung.

“Untuk meningkatkan pelayanan DAMRI sekaligus mendukung DPSP Likupang, kami melakukan branding sebagai bus khusus wisata Likupang pada bus-bus rute DPSP Likupang. Kami juga menggandeng agen-agen travel melalui layanan one day trip,” jelas General Manager DAMRI Cabang Manado, Ivan Frankie Poluan.

Kini, masyarakat ataupun wisatawan bisa lebih mudah mengakses layanan bus DAMRI lewat aplikasi DAMRI. Ini merupakan komitmen DAMRI dalam memberikan pelayanan terbaik. Tentu saja langkah ini memberikan kemudahan yang pada akhirnya menjadi trademark layanan transportasi di DPSP Likupang.

Selain pengembangan dan pembangunan sarana prasarana transportasi di Likupang, peningkatan kualitas dan kapasitas infrastruktur juga dilaksanakan di Kota Manado. Implementasinya, Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah XXII Provinsi Sulawesi Utara merevitalisasi seluruh terminal Tipe A, salah satunya adalah Terminal Malalayang di Kota Manado.

Dalam maket revitalisasi, Terminal Malalayang terhubung dengan kawasan pantai Malalayang Beach Walk melalui jembatan penyeberangan. Untuk merealisasikan struktur tersebut, BPTD telah menyiapkan sebagian lahan terminal sebagai area parkir pengunjung Malalayang Beach Walk.

“Revitalisasi terminal juga menjadi strategi optimalisasi pemanfaatan terminal lewat penataan trayek. Pada akhirnya, kehadiran terminal tidak hanya melayani sektor transportasi, tetapi juga berperan sebagai penggerak ekonomi dan sosial,” terang Kepala BPTD Wilayah XXII Provinsi Sulawesi Utara Mangasi Sinaga.

Upaya peningkatan layanan transportasi yang dilakukan secara holistik mencakup seluruh subsektor transportasi, yaitu darat, laut, dan udara, diharapkan dapat mengintegrasikan layanan transportasi di wilayah Sulawesi Utara. Dengan demikian, terwujud layanan transportasi yang terintegrasi, aman, dan selamat sehingga dapat mendorong pertumbuhan sektor pariwisata di Sulawesi Utara.

Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp