Potret Angkutan Perkotaan Joglosemar: Lebih Nyaman, Aman, dan Terjangkau!

Pergerakan masyarakat yang tinggi di kawasan Joglosemar mendorong peningkatan kebutuhan akan layanan transportasi publik yang baik. Dengan menggandeng pemerintah daerah, Kemenhub menyediakan layanan angkutan massal perkotaan berbasis jalan berupa Bus Rapid Transit melalui program Buy The Service (BTS). Hadirnya BRT di kawasan Joglosemar diharapkan mampu meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat di wilayah segitiga emas Jogja – Solo – Semarang (Joglosemar).

Bus Rapid Transit adalah sebuah reformasi dalam sistem transportasi publik yang diyakini sebagai sebuah solusi untuk meningkatkan mobilitas masyarakat di perkotaan. BRT sendiri didefinisikan sebagai sistem transit bus berkualitas tinggi yang memberikan layanan cepat, nyaman, serta berkapasitas angkut besar.

Di Indonesia, BRT diimplementasikan dengan skema BTS, yaitu skema pemberian subsidi berupa pembelian layanan dari pemerintah pusat kepada perusahaan angkutan umum. Dengan pembelian layanan, perusahaan angkutan umum berkewajiban untuk menyelenggarakan angkutan penumpang umum di perkotaan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang memenuhi aspek kenyamanan, keamanan, keselamatan, keterjangkauan, kesetaraan, dan kesehatan.

Hingga saat ini, layanan BRT dengan skema BTS telah dilaksanakan di sejumlah kota, termasuk Yogyakarta, Solo, dan Semarang. Meskipun di ketiga kota tersebut belum dapat mengimplementasikan konsep BRT sepenuhnya, yaitu memiliki jalur khusus (full coridor), layanan BRT  layanan BRT telah menyediakan angkutan umum yang nyaman, aman, selamat, dan terjangkau serta memberi kebermanfaatan bagi masyarakat, lingkungan, maupun perekonomian daerah.

Di antaranya, peningkatan aksesibilitas dan konektivitas, kemudahan transfer moda, penghematan biaya kebutuhan transportasi masyarakat, penurunan emisi, hingga terbukanya lapangan pekerjaan baru.

Penerapan layanan ini sekaligus menjadi wujud kehadiran dan komitmen pemerintah daerah dalam menyediakan transportasi publik dengan mengalokasikan anggaran dari APBD-nya.

 

Trans Jateng

SIstem bus raya terpadu ini dioperasikan di bawah kewenangan Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah. Layanan angkutan massal yang mulai beroperasi pada 2017 ini merupakan langkah strategis pemprov dalam pengembangan jaringan dan simpul transportasi dan kemudahan transfer antarmoda untuk meningkatkan aksesibilitas antarwilayah di Jawa Tengah (Jateng).

Sejak beroperasi pada 2017 sampai dengan Oktober 2024, Trans Jateng tercatat telah melayani 34.610.054 penumpang. Hingga saat ini, Trans Jateng telah beroperasi di 4 wilayah aglomerasi Jateng (Kedungsepur, Subosukowonosraten, Purwomanggung, dan Barlingmascakeb) dengan 7 Koridor layanan dan 115 armada bus. (lihat Tabel 1)

Menurut Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah Henggar Budi Anggoro, untuk meningkatkan kualitas layanan dalam penyelenggaraan transportasi umum yang berkelanjutan, telah diusulkan pembentukan PPK-BLUD sebagai badan pengelola Trans Jateng.

Selain itu, ke depannya, juga akan dikembangkan koridor baru di 4 aglomerasi, yaitu.

  1. Kedungsepur: Koridor Semarang – Demak.
  2. Subosukowonosraten: Koridor Solo – Sragen (Pilangsari), Solo – Boyolali, Solo – Klaten, dan Solo – Karanganyar.
  3. Purwomanggung: Koridor Secang – Parakan dan Secang – Muntilan.
  4. Barlingmascakeb: Koridor Cilacap – Purwokerto, Purwokerto – Wangon, dan Purwokerto – Kroya.

 

Trans Semarang

Penyelenggaraan layanan angkutan umum perkotaan yang dikelola BLU UPTD Trans Semarang ini bertujuan untuk mengurai kemacetan di kota Semarang dan mengakomodasi para pelaju yang hendak ke pusat kota atau destinasi wisata di kota Semarang.

Saat ini, Trans Semarang melayani 8 Koridor Utama, 4 Koridor Pengumpan (Feeder), dan 2 Rute Layanan Malam. (Infografis 1 & Tabel 2) Dengan jumlah penumpang terlayani (s.d. 31 Oktober 2024), tercatat sebesar 10.930.506 penumpang.

“Layanan Trans Semarang tidak hanya memudahkan akses dan transfer moda bagi masyarakat. Melainkan, juga meningkatkan konektivitas simpul transportasi di Semarang,” jelas Kepala BLU UPTD Trans Semarang Haris Setyo Yunanto.

Simpul transportasi Trans Semarang dengan kereta, pesawat, maupun Trans Jateng terdapat di Stasiun Tawang (Koridor 2, 3, 4, 7), Stasiun Poncol (Koridor 3 dan 4), Bandara Ahmad Yani (Koridor 5 dan Layanan Malam), Pelabuhan Tanjung Mas (Koridor 3), dan Terminal Mangkang.

“Titik teramai adalah halte-halte di tengah kota yang menghubungkan beberapa koridor dan simpul transportasi sebagai lokasi transit. Sedangkan, rute terjauh adalah Koridor 8 yang satu tripnya menempuh jarak ±59 km dengan penumpang terbanyak adalah pelajar,” ujar Haris.

Batik Solo Trans

Sejak pertama kali beroperasi pada 2010 hingga saat ini, BST telah melayani 6 koridor utama dan 6 koridor pengumpan (feeder). Wilayah operasional BST meliputi kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Karanganyar. (lihat Tabel 3).

BST terintegrasi dengan simpul-simpul transportasi, seperti Terminal Tirtonadi, Terminal Palur, dan Bandara Adisoemarmo, sehingga memudahkan masyarakat saat harus transfer moda. Saat ini, BST juga sudah terintegrasi dengan jaringan angkutan aglomerasi Trans Jateng Koridor 5 (Solo – Sragen/Sumber Lawang) dan Koridor 7 (Solo -Wonogiri). Simpul integrasi BST – Trans Jateng berada di Terminal Tipe A Tirtonadi.

“Kami bersinergi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terkait integrasi rute layanan Trans Jateng dan BST. Untuk saat ini, baru terealisasi 2 koridor. Ke depannya, rencana pengembangan rute terintegrasi akan direalisasikan sebanyak 7 koridor di seluruh wilayah Aglomerasi Subosukowonosraten,” terang Kepala Dinas Perhubungan Kota Surakarta Taufiq Muhammad.

Menariknya, layanan BST memiliki jalur contraflow di ruas Jalan Slamet Riyadi—yang merupakan jalur searah dari simpang Gendengan sampai Gladak. Lintasan contraflow yang dilalui BST Koridor 1 Rute Terminal Palur – Bandara Adi Soemarmo tersebut berdampingan dengan jalur kendaraan lainnya dan rel KA Batara Kresna. 

 

Trans Jogja

Layanan Trans Jogja terus mengalami perkembangan yang signifikan. Utamanya, dalam meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas di wilayah Yogyakarta. Rute-rute Trans Jogja tidak hanya menghubungkan pusat kota dengan kawasan strategis dan simpul transportasi, seperti bandara dan terminal. Namun, juga menjangkau lebih banyak wilayah hingga ke pinggiran kota.

Selain Trans Jogja, di wilayah Yogyakarta juga beroperasi angkutan massal Teman Bus yang merupakan program DJPD Kemenhub. Saat ini, Trans Jogja melayani 19 rute dengan headway 12 – 40 menit (berbeda setiap rute) dan beroperasi mulai dari pukul 05.30 – 21.30 WIB. Sedangkan, Teman Bus melayani 3 rute dengan headway 10 – 13 menit dan beroperasi mulai pukul 05.00 – 19.00. (ITabel 4 & Infografis 2).

“Kalau kita bicara wilayah aglomerasi yang lebih luas, maka angkutan berbasis rel—kereta api atau KRL adalah backbone-nya, dan Trans Jogja sebagai feeder di wilayah DI Yogyakarta. Ketika bicara wilayah perkotaan, maka Trans Jogja adalah backbone AKDP/angkutannya dan angkutan lain—misalnya ojek sebagai feeder-nya,” jelas Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Provinsi DI Yogyakarta Rizki Budi Utomo.

Hal tersebut menunjukkan peran penting Trans Jogja sebagai tulang punggung sistem transportasi perkotaan di wilayah Provinsi DI Yogyakarta.

Untuk tarif, Trans Jogja menetapkan tarif reguler Rp3.500, tarif berlangganan Rp2.700, dan Rp60 untuk pelajar, difabel, dan lansia.  “Untuk pelajar, sudah ada instruksi dari Gubernur untuk digratiskan. Jadi, tarif Rp60 itu muncul karena ada biaya asuransi (Jasa Raharja) yang harus dibayar,” ujar Rizki.

Tarif berlaku untuk satu kali pembayaran dengan ketentuan penumpang yang berpindah bus/koridor dalam kurun waktu 90 menit sejak naik, tidak perlu membayar lagi. Termasuk, jika penumpang pindah dari Teman Bus ke Trans Jogja, tidak dikenakan biaya lagi. Sebaliknya, jika penumpang pindah dari bus Trans Jogja ke Teman Bus, akan dikenakan biaya.

Menurut Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kelas III DI Yogyakarta Dody Arifianto, Yogyakarta dihadapkan pada tantangan pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi yang pesat sehingga berpotensi tingginya kemacetan di masa depan. Data BPS 2024 menunjukkan pertumbuhan 120.000 unit kendaraan bermotor di DIY.

“Maka, hadirnya layanan Trans Jogja yang aman dan selamat, armada yang bersih dan nyaman, serta akses yang mudah, diharapkan dapat menjadi pilihan moda transportasi masyarakat dalam beraktivitas sehari-hari sehingga mampu mengurangi kemacetan serta berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan di Yogyakarta,” pungkas Dody.

Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp