Kepulauan Mentawai merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Sumatra Barat yang wilayahnya terdiri atas 4 pulau utama yang terbentang di Samudra Indonesia. Keempat pulaunya adalah Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan.
Pulau Sipora menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan Ibu Kota Tuapejat. Di pulau ini pula, terdapat Bandara Mentawai dan Pelabuhan Tuapejat yang menjadi pintu gerbang Mentawai. Bandara Mentawai terletak di Desa Rokot, Kecamatan Sipora Selatan, sedangkan Pelabuhan Tuapejat berada di ujung utara Pulau Sipora. Tepatnya, di Desa Sipora Jaya, Sipora Utara, yang juga menjadi titik 0 km Pulau Sipora.
Bandara Mentawai adalah bandara perintis yang dikelola UPBU Kelas III Rokot. Sejak diresmikan Presiden Joko Widodo pada 25 Oktober 2023, Bandara Mentawai resmi beroperasi dan menggantikan bandara lama, yaitu Bandara Rokot Sipora. Bandara ini tidak lagi dioperasikan lantaran kondisi lahan yang terbatas sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengembangan bandara.
Kondisi tersebut salah satunya diakibatkan abrasi yang mengikis landasan pacu sehingga jaraknya semakin dekat dengan bibir pantai. Dengan landasan pacu (runway) sepanjang 850 m, Bandara Rokot hanya bisa dilandasi pesawat baling-baling berkapasitas 12 penumpang, seperti Cessna Grand Caravan.
Untuk itu, Pemerintah merelokasi bandara dengan membangun Bandara Mentawai yang berjarak sekitar 2 km dari Bandara Rokot. Dengan panjang runway 1.500 m x 30 m, Bandara Mentawai dapat mengakomodasi pesawat jenis ATR berkapasitas hingga 78 penumpang. Pada sisi darat, Bandara Mentawai memiliki terminal seluas 1.610 m2 dengan kapasitas 53.881 penumpang per tahun.
Kepala Kantor UPBU Kelas III Rokot Ariadi Widiawan, mengatakan, terjadi kenaikan jumlah penumpang yang cukup signifikan sejak Bandara Mentawai beroperasi. Pada 2023, Bandara Mentawai melayani 2.096 penumpang dengan 254 kali pergerakan pesawat rute Padang – Mentawai dan Mentawai – Padang. Jumlah tersebut naik signifikan jika dibandingkan jumlah penumpang pada 2022 yang tercatat sebanyak 1.362 penumpang dengan 220 kali pergerakan pesawat.
Untuk mengakomodasi minat penumpang yang cukup tinggi, telah dilakukan penambahan layanan penerbangan per tanggal 3 Juni 2024. Frekuensi penerbangan armada perintis dari semula 2 kali seminggu di hari Selasa dan Jumat menjadi 3 kali seminggu di hari Senin, Rabu, dan Jumat.
Saat ini, penerbangan rute Padang – Mentawai (pp) dilayani armada Susi Air yang berkapasitas 12 penumpang. Keberangkatan dimulai dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang pukul 7 pagi menuju Bandara Mentawai dengan lama penerbangan 40 menit. Setibanya di Bandara Mentawai, pesawat akan terbang kembali menuju BIM dengan waktu keberangkatan pukul 8 pagi.
“Kami berharap, pesawat ATR 72-600 segera beroperasi dan mendarat di Bandara Mentawai sehingga bisa mengangkut lebih banyak penumpang. Kami terus berkomunikasi dengan pihak maskapai maupun stakeholder terkait lainnya, agar pesawat ATR bisa segera masuk dan melayani penerbangan ke Mentawai,” ujar Ariadi.
Tidak hanya membawa lebih banyak penumpang, Ariadi menambahkan, masuknya pesawat ATR ke Mentawai juga akan mempermudah mobilitas masyarakat maupun wisatawan yang kebanyakan ingin berselancar di Mentawai. Saat ini, para surfer yang hendak menaklukkan ombak Mentawai harus memilih jalur laut untuk menuju Mentawai. Lantaran, terbatasnya kapasitas angkut pesawat Cessna yang tidak memungkinkan muatan besar, seperti papan surfing.
Dengan begitu, kehadiran layanan pesawat ATR akan turut mendongkrak potensi wisata di Kepulauan Mentawai. Utamanya, wisata selancar (surfing) yang memang menjadi keunggulan Mentawai. Sebagai informasi, Mentawai memiliki 71 spot surfing dan 2 di antaranya masuk 10 spot surfing dengan ombak terbaik di dunia versi Surfer Magazine, yakni Spot Lances Right di Pantai Katiet, Sipora dan Spot Macaronies di Silabu, Pagai Utara.
Penambahan jadwal penerbangan dan pengembangan runway Bandara Mentawai untuk dapat dilandasi pesawat ATR pun mendapat respon positif masyarakat pengguna jasa penerbangan. Seperti pasangan suami istri dan seorang anak balita, Nathaniel dan Eva, penumpang pesawat Susi Air.
“Layanan penerbangan ini amat sangat membantu masyarakat yang akan ke Mentawai. Memang, kalau dibandingkan dengan kapal, harga tiket pesawat lebih tinggi. Tapi, buat kami yang bepergian dengan anak balita, harga tersebut sepadan karena pesawat jauh lebih cepat dan nyaman,” ujar Nathaniel yang datang ke Mentawai untuk menghadiri pernikahan sang adik.
Hal senada diungkapkan Rully, seorang dokter spesialis bedah asal Padang Pariaman yang praktik di RSUD Mentawai sejak 1987. Menurutnya, saat ini mobilitas ke Padang – Mentawai dan sebaliknya sudah sangat mudah. Ada banyak alternatif moda transportasi yang bisa dipilih, mulai dari kapal cepat, kapal feri, kapal perintis tol laut, hingga pesawat.
“Dulu, saya selalu naik kapal. Tapi sejak ada layanan penerbangan, saya lebih memilih lewat jalur udara. Karena, selain lebih cepat, saya juga rutin pulang ke rumah di Padang Pariaman. Jadinya, perjalanan dengan pesawat lebih nyaman,” ujar Rully.
Sebagai pengguna jasa penerbangan, Rully juga menyambut positif jika ada pesawat ATR yang melayani rute penerbangan ke Mentawai. “Tentunya, akan menambah jadwal penerbangan sehingga penumpang lebih leluasa memilih waktu bepergiannya. Yang terpenting lagi, menurut saya, akan mendorong pariwisata dan perekonomian Mentawai,” lanjut Rully.
Letak Bandara Mentawai yang berjarak 25 km dari pusat kota Tuapejat tak luput dari perhatian pemerintah. Untuk memudahkan akses dari dan menuju bandara, pemerintah telah menyiapkan angkutan bus DAMRI yang melayani rute Tuapejat – Sioban.
Dalam rutenya, bus DAMRI akan berangkat dari Pelabuhan Tuapejat dan melintasi Bandara Mentawai, Bandara Rokot (bandara lama), hingga tujuan akhir di Dermaga Sioban. Perjalanan dari Tuapejat sampai Sioban menempuh jarak 45 km dan penumpang dikenakan tarif Rp16 ribu.
Layanan bus DAMRI hadir pertama kali di Mentawai pada Januari 2022 dengan rute Tuapejat – Rokot. Kehadiran bus DAMRI mendapat respon sangat positif dari masyarakat karena bus DAMRI sangat membantu mobilitas masyarakat. Bahkan, masyarakat menginginkan penambahan rute bus DAMRI sampai ke pusat Kecamatan Sipora Selatan, yaitu Sioban.
“Karena merasa sangat terbantu, akhirnya banyak permintaan untuk penambahan rute sampai ke Sioban yang terealisasi di Januari 2023. Saat ini, masyarakat dilayani 2 armada bus DAMRI. Memang, adanya bus DAMRI bukan hanya membantu masyarakat, tetapi juga membantu kelancaran perekonomian di Mentawai,” jelas General Manager DAMRI Cabang Sumatra Barat Surianto Boko.
Manfaat dari penambahan rute dirasakan Susi—seorang warga Tuapejat. Sebelum ada layanan bus DAMRI, Susi harus membayar ojek Rp400 ribu untuk mengunjungi rumah anaknya di Sioban. Sekarang, ia hanya perlu membayar Rp16 ribu dan bisa sampai ke Sioban dengan aman, selamat, dan tentunya lebih nyaman. Lantaran, bus DAMRI dilengkapi fasilitas AC, supirnya pun ramah dan sangat memperhatikan keselamatan dan keamanan penumpang selama perjalanan.
Manfaat layanan bus DAMRI, utamanya dirasakan anak-anak sekolah. Setiap pagi, bus DAMRI tak ubahnya bus sekolah yang dipenuhi anak-anak berseragam SD hingga SMA. Sejak adanya bus DAMRI, mereka tidak perlu lagi diantar orangtua atau, bahkan jalan kaki untuk sampai sekolah yang berjarak 5 – 9 km dari rumah.
“Saat ini, kami sudah menyesuaikan jadwal bus dengan jam masuk dan pulang anak sekolah. Setiap harinya, bus kami berangkat dari Pelabuhan Tuapejat jam 6.30 dan sepanjang jalan akan mengangkut anak-anak sekolah. Sekolah terjauh ada di KM 9, setelah melewati itu, biasanya bus sudah lebih sepi dan hanya penumpang umum,” jelas Surianto.
Selain tarif yang terjangkau, DAMRI juga menetapkan standar pelayanan minimal yang baik sebagai wujud komitmen DAMRI dalam melayani masyarakat. Standar pelayanan mencakup ketepatan waktu, kendaraan bersih dan wangi, serta langsung ke tempat tujuan.
“Setiap bus selalu terpantau GPS untuk memastikan ketepatan waktunya. Kami juga rutin melakukan monitoring ke lapangan untuk melihat kondisi dan evaluasi, baik terkait kebutuhan pelanggan maupun peningkatan layanan,” jelas Surianto. (Tabel 1)
Jika layanan gerbang udara masih relatif terbatas, lain halnya dengan gerbang laut Mentawai. Pelabuhan Tuapejat sebagai gerbang laut menjadi labuhan sandar sejumlah kapal yang datang dari pelabuhan di Padang maupun pulau lainnya di Mentawai.
Dari dataran Pulau Sumatra, tersedia 3 titik keberangkatan kapal menuju Mentawai yang dilayani 4 perusahaan operator kapal, mulai dari pemerintah, perusahaan plat merah, hingga swasta. Masyarakat bisa memilih layanan kapal ke Mentawai sesuai dengan kebutuhan dan, tentu saja isi kantongnya.
Seluruh layanan angkutan penyeberangan tersebut berada di bawah koordinasi dan pengawasan KSOP Kelas II Teluk Bayur dan BPTD Kelas II Sumatra Barat. Utamanya, dalam memastikan keselamatan dan keamanan pelayaran di perairan Sumatra Barat.
Dari Pelabuhan Teluk Bayur, penyeberangan ke Mentawai dilayani dua armada Kapal Perintis Tol Laut milik PT PELNI, yaitu KM Sabuk Nusantara 37 dan KM Sabuk Nusantara 68, yang mengangkut penumpang dan barang. Kedua kapal ini berlayar dari Teluk Bayur menuju Sikakap di Pulau Pagai Utara dengan waktu tempuh 12 jam.
Dari Sikakap, pelayaran berlanjut ke sejumlah daerah di Kepulauan Mentawai, seperti Sioban, Tuapejat, Sikabaluan, Labuhan Bajau, hingga Penasahan Painan di Kabupaten Pesisir Selatan. Untuk perjalanan jarak terjauh (Padang – Sikakap), penumpang dikenakan tarif Rp29 ribu.
Tarif yang ramah di kantong sejalan dengan tujuan penyelenggaraan Tol Laut, yaitu menyediakan layanan transportasi ke wilayah yang belum terlayani angkutan komersial sehingga diharapkan dapat meningkatkan konektivitas, aksesibilitas, dan efisiensi logistik yang berujung pada penurunan disparitas harga.
Kehadiran Tol Laut di perairan Sumatra Barat telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Sumatra Barat, seperti Muhammad Iqbal dan Astri yang kerap menggunakan layanan kapal perintis Tol Laut. Harga tiket yang sangat terjangkau menjadi pertimbangan utama Iqbal dan Astri memilih kapal perintis Tol Laut.
“Saya sering pulang pergi ke Mentawai naik kapal ini karena saya kerja di Padang. Memang, perjalanannya lebih lama, tapi harga tiketnya terjangkau sekali dan fasilitasnya juga bagus. Jadinya, biarpun lama perjalanannya, tetap nyaman,” ujar Astri.
Alasan serupa diungkapkan Iqbal yang kerap bepergian ke Mentawai. Iqbal benar-benar sangat dimudahkan dengan layanan transportasi penyeberangan yang murah, nyaman, aman, dan berkeselamatan.
“Mungkin, ke depannya, bisa ditambah petugas yang jaga, terutama di hari raya atau hari libur supaya antriannya tidak lama,” saran Iqbal.
Guna memastikan keselamatan pelayaran dan penumpang, KSOP Kelas II Teluk Bayur melakukan pemeriksaan kelaiklautan kapal dan kelengkapan fasilitas keselamatan dan navigasi yang laik secara rutin dan berkala.
“Setiap sebelum keberangkatan kapal, kami juga melakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada kelebihan muatan kapal maupun penumpang. Koordinasi dan komunikasi dengan BMKG, Stasiun VTS, dan Stasiun Radio Pantai Distrik Navigasi tak pernah henti, selalu dilakukan untuk memastikan keberangkatan dan kedatanganan kapal selalu dalam kondisi aman,” tegas Kepala Kantor KSOP Kelas II Teluk Bayur Chaerul Awaluddin.
Tidak hanya kapal perintis Tol Laut, KSOP Teluk Bayur juga mengawasi dan memastikan keamanan dan keselamatan pelayaran kapal cepat MV Mentawai Fast. Kapal milik swasta—PT Mentawai Anugerah Sejahtera ini tidak hanya melayani rute penyeberangan Padang – Tuapejat – Padang. Namun, juga Padang – Sikabaluan – Siberut – Padang dan Padang – Sikakap – Padang.
Kapal MV Mentawai Fast berangkat dari Pelabuhan Muaro Padang yang terletak di tengah Kota Padang. Pelabuhan yang digunakan sejak abad ke-17 ini merupakan pelabuhan tertua di Padang. Kapal MV Mentawai Fast berangkat dari Pelabuhan Muaro Padang pukul 7 pagi setiap Senin – Sabtu dan pukul 10 pagi di hari Minggu.
“Beberapa tantangan yang dihadapi Pelabuhan Muaro Padang adalah terjadinya pendangkalan di alur pelabuhan akibat sedimentasi sehingga perlu segera dilakukan pengerukan alur pelayaran dan kolam pelabuhan. Lalu, penataan juga perlu dilakukan terhadap pelabuhan dan dermaga, di antaranya dengan pemisahan antara dermaga kapal penumpang dan kapal barang agar lebih terjaga keselamatan dan keamanan, baik penumpang maupun kegiatan bongkar muat barang,” ungkap Chaerul.
Kapal MV Mentawai Fast merupakan transportasi tercepat menuju Mentawai, setelah pesawat. Perjalanan ke Mentawai ditempuh hanya dalam waktu 4 jam dengan harga tiket mulai dari Rp250 ribu untuk warga lokal dan Rp300 ribu untuk warga asing. Meskipun harga tiket relatif tinggi, kapal ini menjadi pilihan, khususnya untuk mereka yang mengejar waktu sampai di Mentawai.
Selain masyarakat lokal, kapal ini juga banyak ditumpangi wisatawan asing yang membawa papan selancar. Pada Mei 2024, KSOP Teluk Bayur mencatat rute terpadat adalah Tuapejat dengan jumlah penumpang naik dari Muaro Padang sebanyak 5.126 orang (lokal) dan 1.091 orang (asing).
Alternatif angkutan penyeberangan ke Mentawai berikutnya adalah kapal feri PT ASDP Padang. ASDP Cabang Padang mengoperasikan dua armada feri Ro-Ro, yakni KMP Ambu-Ambu dan KMP Gambolo. Kedua kapal tersebut berangkat dari Pelabuhan Teluk Bungus yang terletak sekitar 29 km di selatan Kota Padang atau dapat ditempuh sekitar 50 menit dari pusat Kota Padang.
KMP Ambu-Ambu dan KMP Gambolo melayani 6 lintasan yang terdiri dari lintasan komersial dan perintis dengan waktu tempuh Padang – Mentawai sekitar 10 – 12 jam. Lintasan terpadat dalam pengangkutan penumpang dan logistic dalam kendaraan adalah lintasan Padang – Tuapejat. Sedangkan, untuk pengangkutan logistik barang lepas/curah, lintasan terpadat adalah Sikakap dengan muatan berupa hasil bumi, seperti pisang, jengkol, pinang, cengkih, kayu manis, dan hasil laut, seperti lobster, ikan, dan gurita.
Kapal feri ASDP menjadi pilihan masyarakat lokal, terutama mereka yang membawa muatan logistik. Kapal feri Ro- Ro memungkinkan mobil ataupun truk bermuatan logistik bisa sekaligus naik ke kapal. Dengan begitu, pemilik barang tidak perlu repot membongkar muat barang satu per satu ke dalam kapal. (Tabel 2 dan 3)
“Selain faktor cuaca, salah satu tantangan dalam penyelenggaraan angkutan penyeberangan ini adalah barang lepas/curah yang dibawa masyarakat. Barang lepas ini dapat mengganggu keselamatan pelayaran kapal,” jelas General Manager PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Padang Rudy Mahmudi.
Rudy menjelaskan, barang lepas adalah barang dagangan/hasil panen yang dibawa penumpang naik ke kapal tanpa menggunakan kendaraan. Jadi, barang- barang itu akan diletakkan menumpuk di sejumlah sudut kapal. Adanya barang lepas ini disebabkan banyak pedagang kecil yang belum mampu menyeberangkan barang dagangan ataupun hasil panennya dengan menggunakan kendaraan.
Saat tiba di Mentawai, kapal pun tidak bisa langsung kembali ke Padang karena kendaraan yang membawa logistik membutuhkan waktu lebih lama untuk proses bongkar muat. Lantaran, kendaraan tersebut akan berkeliling dari toko ke toko dan pasar terlebih dulu untuk mengantarkan sekaligus mengisi muatan. Setelah terisi muatan, kendaraan baru kembali ke pelabuhan.
Salah seorang pemilik barang lepas yang menumpang KMP Ambu-Ambu adalah Nenek Leni. Nenek Leni biasa berdagang sayuran yang dibawanya dari Padang di Mentawai. Karena tidak memiliki modal cukup besar untuk membayar mobil pengangkut logistik, Nenek Leni pun menggunakan jasa bentor untuk membawa barang dagangannya ke dalam kapal.
“Sebenarnya, memang tidak boleh meletakkan barang seperti ini,” ujarnya sambil menunjuk barang dagangannya yang menumpuk di salah satu sudut kapal, “tapi, petugas di sini selalu mengingatkan kami untuk menyimpan barang-barang serapi mungkin agar tidak mengganggu mobilisasi penumpang maupun kendaraan,” lanjutnya.
Menurut Leni, meski petugas memberi kelonggaran, petugas juga tak pernah bosan mengingatkan dan menganjurkannya untuk menggunakan jasa mobil pengangkut. “Saya sangat bersyukur dengan adanya layanan kapal ini yang sangat membantu usaha saya berdagang sayur di Mentawai,” syukur Leni.
Di sisi lain, kondisi ini menjadi tantangan bagi ASDP dan stakeholder untuk memikirkan solusi mobilisasi logistik supaya bisa lebih lancar dan cepat. “Tentunya, dengan tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan pelayaran, serta mempertimbangkan kondisi keterbatasan yang dialami pedagang kecil pengguna jasa penyeberangan kapal ASDP,” jelas Rudy.
Dengan demikian, kehadiran ASDP di Mentawai diharapkan dapat berperan penting dalam mendistribusikan logistik dari dan menuju Mentawai maupun antarpulau di Mentawai. Armada kapal Ro-Ro yang dioperasikan ASDP mampu membawa logistik dalam jumlah besar sehingga dapat membantu pemerintah untuk mengendalikan inflasi karena perputaran logistik menjadi lebih cepat.
Masyarakat Mentawai pun dapat menggunakan jasa penyeberangan kapal ASDP untuk memobilisasi logistik berupa hasil pertanian, hasil laut, dan material pembangunan. Hingga akhirnya, kehadiran ASDP mampu mendorong pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Mentawai.
Selain KMP Ambu-Ambu dan KMP Gambolo, dari Pelabuhan Teluk Bungus juga diberangkatkan kapal Ro-Ro milik swasta, yaitu KMP Wira Samaeri yang melayani rute Padang – Mentawai. Kapal milik PT Wira Jaya Logitama yang beroperasi sejak Februari 2024 ini akan melengkapi layanan kapal penyeberangan sehingga rute Padang – Mentawai bisa diakses masyarakat setiap hari. Disamping itu, kehadirannya juga akan memaksimalkan luasan gerbang perekonomian, pemerataan pembangunan di Sumatra Barat, serta memajukan pariwisata Kepulauan Mentawai.
Layanan angkutan kapal penyeberangan perintis menjadi bukti kehadiran negara di Mentawai sebagai salah satu wilayah terluar (3TP) di Indonesia. Layanan perintis merupakan bentuk kewajiban pemerintah dalam menyediakan pelayanan publik (Public Service Obligation – PSO) dengan subsidi yang disalurkan melalui BUMN—dalam hal ini PT Pelni dan PT ASDP untuk memberikan layanan kepada masyarakat.
Pada penyelenggaraan angkutan penyeberangan perintis ke Mentawai, BPTD Kelas II Sumatra Barat (Sumbar) memiliki kewenangan untuk pemberian subsidi dan penetapan jadwal operasi kapal angkutan penyeberangan sekaligus memastikan keselamatan dan keamanan pelayaran kapal sungai, danau, dan penyeberangan.
Menurut data BPTD Sumbar, layanan angkutan penyeberangan perintis ke Mentawai pada 2024 dilaksanakan untuk lintasan Padang – Siberut sebanyak 114 trip dan lintasan Siberut – Tuapejat sebanyak 112 trip. Skema keperintisan bersubsidi juga dilaksanakan pada lintasan Padang – Sikabaluan sebanyak 80 trip dan Tuapejat – Sikakap sebanyak 66 trip.
Kepala BPTD Kelas II Sumatra Barat Muhammad Majid menyebutkan subsidi kapal angkutan penyeberangan perintis akan memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat Mentawai. Di antaranya, menekan harga kebutuhan pokok di Mentawai, menjadi sarana utama pengangkutan hasil bumi di Mentawai, menjadi akses utama pengangkutan kendaraan untuk menyeberang dari Kota Padang ke Mentawai atau sebaliknya, serta membantu pengangkutan material untuk pembangunan di Mentawai.
“Pada akhirnya, manfaat tersebut tidak hanya dirasakan masyarakat, melainkan daerah Mentawai secara luas. Dalam hal ini, turut meningkatkan pengembangan potensi pariwisata Mentawai yang berujung pada mendorong laju pertumbuhan perekonomian Kepulauan Mentawai,” pungkasnya.
#satudekademenghubungkanind
onesia
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat