Seperti kota-kota besar lainnya di Indonesia, salah satu transportasi publik yang cukup populer di Kota Padang adalah angkutan kota atau angkot. Angkot menjadi primadona karena selain trayek yang beragam, angkot juga mematok harga yang terjangkau untuk semua kalangan mulai dari pelajar hingga lansia.
Akan tetapi, kehadiran angkot juga tidak terlepas dari masalah. Salah satu dampak negatif adalah timbulnya kemacetan berkepanjangan akibat angkot yang menurunkan atau menaikkan penumpang di sembarang tempat. Kemacetan ini berpengaruh signifikan bagi masyarakat karena selain dapat memicu terjadinya kecelakaan juga banyak waktu yang “terbuang”.
Untuk menangani persoalan-persoalan yang terjadi pada transportasi dalam lingkup kota tersebut, pemerintah pusat melalui Kemenhub melakukan pemberian bantuan bus sebagai stimulus kepada pemerintah kota Padang yang menjadi latar belakang adanya BRT/Trans Padang.
Beroperasi sejak Februari 2014, Trans Padang merupakan bus sedang dengan kapasitas tempat duduk sebanyak 20 kursi dan kapasitas berdiri sebanyak 20 penumpang.
Melihat potensi Trans Padang yang cukup baik di tengah masyarakat, pengelolaan bus Trans Padang dialihkan ke Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Padang Sejahtera Mandiri (PSM) pada 2018. Perubahan tersebut ditegaskan melalui Peraturan Wali Kota Padang Nomor 160 Tahun 2020 tentang SPM Trans Padang beserta perubahannya.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Padang, Ances Kurniawan menuturkan, untuk menghadirkan layanan Trans Padang yang terjangkau dan ramah bagi masyarakat, Dishub selalu memastikan aspek kenyamanan dan keselamatan layanan.
“Kami selalu berinovasi untuk meningkatkan kenyamanan dan keselamatan penumpang Trans Padang. Kami menyediakan fasilitas yang layak dan nyaman seperti AC, lampu penerangan, kemudahan akses naik turun penumpang, dan kesetaraan berupa fasilitas yang nyaman bagi penumpang berkebutuhan khusus,” ujar Ances.
Ances menambahkan, Dishub Kota Trans Padang berhenti di Terminal Tipe A Anak Air, Padang juga menekankan aspek keselamatan berupa laik kendaraan, peralatan keselamatan, fasilitas kesehatan, dan informasi pengaduan.
“Kami selalu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan di lapangan. Kami juga melaksanakan penilaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan aturan kepada Perumda PSM sebagai pengelola terkait bus Trans Padang yang beroperasi tidak diperbolehkan berhenti selain di halte atau rambu bus stop yang tersedia,” jelas Ances.
Kini hingga April 2024, bus Trans Padang telah mengoperasikan 75 unit bus di enam koridor dengan total penumpang lebih dari tiga juta penumpang. (infografis 1)
Trans Padang melayani perjalanan setiap hari dengan tarif Rp3500 untuk penumpang umum dan Rp1500 untuk pelajar. Tarif ini flat untuk satu kali perjalanan jauh atau dekat.
Adapun guna meningkatkan minat penumpang dalam bertransportasi bersama Trans Padang, Dishub Kota Padang mengadakan beragam program seperti menggratiskan penumpang lansia di Hari Lanjut Usia dan perayaan ulang tahun Kota Padang.
“Kami bersama Perumda PSM melakukan sosialisasi melalui media sosial terkait program tersebut. Hingga hari terakhir, sebanyak 3318 lansia di enam koridor telah merasakan nyamannya layanan Trans Padang,” terang Ances.
Dengan semakin diminatinya Trans Padang sebagai transportasi publik, Dishub Kota Padang optimis menargetkan jumlah penumpang sebanyak lima juta di 2024.
“Sebagai alat transportasi utama yang murah, aman, dan nyaman, Trans Padang diharapkan meningkatkan perekonomian Kota Padang dengan mudahnya akses ke berbagai sudut Kota Padang. Untuk itu, pada 2024 ini kami menargetkan penumpang Trans Padang adalah sebanyak lima juta orang,” tegas Ances.
Adapun untuk mencapai target tersebut, sejumlah strategi pun telah dilakukan Dishub Kota Padang diantaranya: (infografis 2)
Kemudahan bertransportasi bersama Trans Padang diharapkan dapat terus dinikmati masyarakat Kota Padang dan sekitarnya.
Klik tautan dibawah ini untuk berbagi artikel
Hak Cipta Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat